Casts: Kim Seokjin!GS – Kim Taehyung Jeon Jungkook as Kim Jungkook

©BTS members belong to their parents and agency

©Story is a remake of Yasuko's manga with same title

TaeJin and KookJin fanfiction. Straight. OOC. AU. Crime. Romance. Alur maju–mundur.


.

.

Don't Let Me Awake if This is a Dream

.

Chapter 1: That Strange Ajussi

.

.


Ngiung.. Ngiung.. Ngiung..

Sirine ambulans dan mobil patroli polisi membahana sore itu. Televisi juga sedang ramai dengan live report dari depan salah satu rumah di kompleks perumahan Ilsan Regency dengan headline news 'Kecelakaan pelajar SMA'.

"Kim Seokjin (15) yang kepalanya terbentur keras sedang dalam kondisi koma. Dapat dipastikan bahwa si penabrak adalah penguntit yang sering mengikuti gadis yang biasa dipanggil Jin itu. Saat ini polisi masih melakukan pemeriksaan—"

.

.

Ya.. Kata-kata 'Aku akan selalu berada di sampingmu', pada akhirnya.. hanyalah cerita dalam mimpi saja.

.

.

Masih dapat Jin ingat dengan jelas kejadian beberapa bulan sebelum ia tertabrak. Sore itu Jin dan beberapa teman sekelasnya sedang berada di taman bermain.

"Hei, habis ini aku ingin naik bianglala!", seru Jin ceria.

"Mwo..?! Bianglala?! Jet coaster saja, lah.."

"Iya. Bianglala kan membosankan."

"Aku juga mau main jet coaster saja."

"Eeeh? Nggak ada yang mau naik bianglala, nih?!", seru Jin dengan raut wajah sedih.

"Ah, aku juga.. ingin naik bianglala.", seru salah satu namja di sana. "Kita semua naik bareng, yuk!", ajaknya.

"Eh? Serius, Taehyungie? Yasudah, kalau begitu.. Kalian berdua saja yang naik!", seru namja lainnya dengan wajah iseng.

"Iya, begitu saja, Jinnie."

"Kita naik jet coaster, ya. Setengah jam lagi kita kumpul di sini. Dah~!"

Teman-teman Jin yang lain meninggalkannya berdua saja dengan Taehyung, namja yang sudah beberapa bulan ke belakang digosipkan menyukainya. Tentu saja Jin jadi kikuk. Begitu pula dengan Taehyung yang notabene memang agak pemalu.

Karena antrian cukup panjang, Jin dan Taehyung mendapatkan giliran saat matahari hampir terbenam.

"Daebak! Taehyung, lihat! Pemandangan di luar indah sekali, loh.", seru Jin antusias. "Taehyung?"

Jin yang tadinya menemplok di jendela pun menoleh ke arah Taehyung karena tidak mendapatkan komentar apa-apa sejak mereka masuk ke bianglala.

"Jangan-jangan… Kamu takut ketinggian, ya?"

"Ma.. ma.. mana mungkin! Hahaha!", seru Taehyung dengan wajahnya yang memucat seiring bertambah tingginya bilik bianglala mereka.

"Huh, padahal kalau takut nggak perlu maksa ikut naik, kan..", kata Jin sambil mem-pout-kan bibir tebalnya. Manis sekali.. Benak Taehyung.

Taehyung pun mengumpulkan keberaniannya untuk jujur. Toh, momennya juga pas. Di bianglala sudah hampir sampai puncaknya dan sunset juga hampir tenggelam. "Aku.. menyukai Jin. Maukah Jin menjadi… pacarku?", kata Taehyung dengan wajahnya yang agak bersemu, sehingga sudah tidak terlihat pucat lagi.

Jin terpana mendengar penuturan Taehyung yang terdengar begitu tulus. Selama ini Taehyung selalu baik padanya. Apalagi teman-teman sekelas yang lain sering menggoda mereka untuk cepat jadian.

"Em… boleh.", kata Jin yang pipinya terdapat semburat samar berwarna pink.

"Jinjja?!", seru Taehyung yang mendadak berdiri saking antusiasnya.

GRAK.

Bilik bianglala yang mereka naiki sampai miring karena tekanan mendadak dari Taehyung.

"HUWAAA!", teriak Taehyung yang langsung berjongkok dan memegang erat kursinya.

"Tuh, kan.. Memang nggak bisa, kan.", kata Jin sambil cekikikan. "Pembohong.", lanjutnya sambil tertawa pelan dan menjulurkan tangannya untuk membantu Taehyung berdiri.

.

.

Aku suka kamu, Tae.

Kebaikan hatimu..

Senyum kotakmu..

Juga kebohonganmu yang langsung ketahuan.

Tae, aku… ingin selalu berada di sampingmu..

.

.

Present time

.

"Pembohong.", kata Jin lemah.

"Eh? Ji-jin…?"

Jin membuka matanya perlahan-lahan. Ia kebingungan dengan sosok seorang namja yang ada di hadapannya. Ia tidak kenal dengan namja itu.

"Ajussi.. siapa?", tanya Jin.

"Ah.. A-aku panggilkan dokter, ya.", kata namja itu seraya pergi ke luar ruangan rumah sakit.

Oh, iya.. Aku.. tertabrak mobil, ya?

.

.

"Menurut hasil pemeriksaan, kondisimu stabil. Tapi, bukan berarti kau bisa kembali seperti semula.", kata namja itu. "Kau sudah tertidur selama lima bulan."

"Lima bulan?!", seru Jin tidak percaya. "Tapi.. ngomong-ngomong.. Ajussi ini siapa?!"

Namja itu menghentikan kegiatannya memasukkan pakaian Jin ke dalam sebuah tas besar.

"Aku Kim Jungkook, saudara jauhmu.", kata namja itu dingin. "Dan selama ini, cuma aku yang menjagamu."

Mwo?! Dia ngomong apa, sih?! "Aku kan masih punya orang tua.. Ah! Taehyung! Di mana Taehyung?!", seru Jin panik.

"…Jin. Kepalamu terantuk keras saat kecelakaan itu. Mimpi dan kenyataan jadi tak bisa dibedakan."

Mimpi..?

"Ayo, kita pulang.", lanjut namja yang ternyata bernama Jungkook.

"Heee? Pulang? Pulang ke mana?!"

"Ke rumahku.", kata Jungkook sambil membawa tas besar di bahu kanannya lalu berjalan mendekat untuk menggendong Jin ala bridal.

"An.. ANDWEEE!", Jin berteriak heboh. "Kenapa aku harus ikut pulang ke rumah ajussi?! Pakai acara gendong ala tuan putri segala, lagi! Aku nggak ngerti apa-apa, nih!"

Namun Jungkook tidak menggubris teriakan-teriakan Jin dan tetap berjalan keluar dari ruang inap.

"Pasien Jin barusan sadar, ya?", bisik seorang suster.

"Iya. Tadi namja itu bilang 'Harus segera keluar dari rumah sakit.' dan meminta izin secara paksa.", bisik suster lainnya.

.

.


Aku.. sama sekali nggak mengerti….

"Tunggu di sini sebentar, ya.", kata Jungkook seraya menurunkan Jin dari gendongannya di taman depan kos-kosannya.

Di sini..? Tempat apa itu? Reyot banget!

Ah, ini kesempatan! Aku harus lari dari ajussi aneh itu selagi sempat!

PRANG!

Terdengar suara benda pecah lalu tak lama kemudian Jungkook keluar dari kos-kosannya lagi. Jin jadi kehilangan kesempatannya untuk kabur karena ia terlalu kaget.

"Nah, ayo masuk.", kata Jungkook yang langsun menggendong Jin ala bridal lagi.

Hiiii.. Apaan tadi? Ajussi tadi memukul sesuatu sampai pecah, kah?

Eottokhe.. Ini, sih, nggak ada tanda-tanda aku akan diantar ke kantor polisi.

Ah, aku harus segera menelepon polisi!

Omong-omong.. di mana benda itu?

"Handphone-ku mana, ajussi?", tanya Jin yang sudah duduk di kursi meja makan kosan Jungkook.

"Rusak waktu kecelakaan.", jawab Jungkook dingin.

"Eomma dan appa? Taehyung?", tanya Jin menuntut. "Sebelum kecelakaan, aku bertemu Taehyung! Aku masih mengingatnya sama seperti kemarin! Dan aku nggak kenal ajussi siapa..!"

"Sudah kubilang, kan.. 'Mereka' yang kau sebut itu hanya khayalan. Kau bermimpi.", kata namja itu dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Dan, wajar kalau kau tak kenal aku. Aku kan saudara jauhmu."

A-apaan, sih, orang ini..?

Menakutkan!

Jin berjalan mundur dengan perlahan, lalu kakinya menginjak sesuatu. Jin menginjak pecahan cermin. Jin melirik ke arah wastafel lalu ia melihat serpihan-serpihan cermin lainnya berserakan di lantai.

Jadi, ajussi tadi memecahkan.. cermin?

Untuk apa…..?

"Inilah kenyataan. Berhenti bermimpi.", kata Jungkook.

Ah.. Mungkin ini adalah kasus om-om aneh yang suka menawan perempuan muda.

Menawan, lalu meminta tebusan..

Seketika itu juga Jin pingsan di atas pecahan-pecahan cermin.

.

.


Beberapa hari sebelum kecelakaan..

."

"Ne, gwenchana. Sekarang? Aku lagi sama Tae. Iya, aku akan pulang cepat. Dah, eomma."

PIP.

Jin memutuskan panggilan teleponnya.

"Eomma bilang apa?", tanya Taehyung.

"Kemarin-kemarin aku memberitahu eomma dan appa kalau aku diikuti seseorang, mereka langsung heboh, deh."

"Uwa! Itu, sih, namanya penguntit! Lebih baik lapor polisi..."

"Ah, biarkan saja! Dulu kok dia mengikuti akunya. Akhir-akhir ini sudah nggak terlihat.", kata Jin cuek. "Apa boleh buat, yeoja semanis aku pasti banyak yang ngejar..", lanjut Jin sambil tersenyum jahil.

"Hm.. benar juga. Nanti kalau fans-mu dendam dan mengincarku, Jinnie yang melindungiku, ya..?", ledek Taehyung sambil menatap Jin malas.

"Geure! Kalau musuh datang, aku akan lari meninggalkan Tae!", seru Jin lalu tertawa terpingkal-pingkal setelahnya.

"Huh, mentang-mentang Jinnie bisa lari 50m dalam sepuluh detik…", kata Taehyung sambil memajukan bibirnya, pura-pura ngambek. "Jangan khawatir, aku akan tetap hidup demi Jinnie, kok.", lanjut Taehyung sambil mengelus-elus kepala Jin.

.

.

Walau bicara begitu.. Tae selalu mengantarku sampai rumah setiap harinya.

.

.


Beberapa hari kemudian, sore hari, di depan rumah Jin..

.

"Sampai besok, Jinnie. Annyeong.", kata Taehyung sambil tersenyum lebar, membentuk kotak yang sempurna.

"Eoh.", kata Jin sambil tersenyum manis.

Setelahnya, Taehyung berjalan menjauhi rumah Jin untuk pulang ke rumahnya sendiri. Namun, Taehyung tidak tahu jika Jin masih berdiri di depan pagar rumahnya dan terus memandangi punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.

Aku suka sekali.. menatap punggung itu. Benak Jin.

"Tae-ah!", seru Jin.

Yang dipanggil pun membalikkan tubuhnya. "Apa lagi? Cepat masuk."

Walau terdengar seperti perintah, Taehyung tetap tersenyum ramah. Jin jadi tidak takut, kan.

Makasih selalu merepotkanmu! Seru Jin dalam hati. "Makas—"

Senyuman Taehyung seketika lenyap ketika ia melihat sebuah mobil dengan kecepatan diatas rata-rata yang melaju ke arah Jin—betul-betul ke arah Jin—karena mobil itu mepet sekali ke arah kiri, padahal jalanan kompleks itu luas.

"Jin…?! AWAS!", teriak Taehyung. Namun ia terlambat.

"Eh?"

BRAK!

"JIN!"

.

.

Aku nggak melihat wajah penabrakku.

Tapi.. jangan-jangan.. namja yang bernama Jungkook itu.

.

.


Sore itu Jin terbangun di atas kasur yang tidak terlalu empuk.

Em? Oh, iya.. Aku pingsan. Di atas pecahan cermin!

Jin panik memeriksa keadaan tubuhnya sendiri tapi tidak ada luka sama sekali.

Perasaan aku jatuh di atas pecahan cermin..? Kok aku nggak apa-apa? Eh?!

Jin melihat Jungkook tertidur di kursi dan kepalanya ada di ujung kasurnya. Dikedua tangan Jungkook terdapat perban yang masih baru.

Huh, salah sendiri kenapa memecahkan kaca!

SRUK.

Jungkook terbangun dari tidur tidak enaknya karena Jin terus bergerak-gerak tak nyaman.

"Ah, sudah bangun, ya?", kata Jungkook, lalu raut wajahnya melembut seketika, terlihat sekali jika ia lega. "Syukurlah.."

Selanjutnya, Jungkook mengusap kepala Jin dengan sayang, "Maaf membuatmu kaget.". Setelah membuat Jin bingung dengan kelakuannya tadi, Jungkook langsung berdiri dan berjalan ke ruang tengah kosannya.

"Eh.. Kamu mau ke mana?", tanya Jin.

"Kerja.", jawab Jungkook yang raut wajahnya sudah kembali dingin.

Loh.. Kerja.. Jam 5 sore?

"Aku pulangnya agak malam. Kau tidur saja. Tirainya jangan dibuka, ya. Bahaya.", lanjut Jungkook seraya meninggalkan kosannya.

BLAM.

A-apa, sih?

Harusnya juga aku yang lari, kok, malah dia..?

Ah! Ada telepon! Biar kutelepon Taehyung saja!

Jin menekan beberapa digit nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala. Jin kecewa ketika ia disambut oleh suara operator.

"Maaf, nomor yang Anda hubungi sudah tidak terpakai."

Eh?

Apa aku salah pencet?

Jin menekan nomor telepon Taehyung sekali lagi.

"..Nomor yang Anda hubungi…"

Bohong! Masa Tae ganti nomor?

Ah! Telepon rumah! Eomma dan appa pasti khawatir!

"...Sudah tidak terpakai."

Apa?!

Apa benar kata Jungkook.. 'Mereka' yang kusebut itu… hanya khayalan?

Benarkah?

Ah, tidak mungkin!

Polisi! Aku harus telepon polisi!

Eh..?

Gerakan Jin terhenti ketika ia melihat tumpukkan pakaian yeoja di sebelah telepon.

Diakah.. yang selama ini merawatku?

Sejak aku sadar sampai saat ini pun, hanya ada dia.

Jangan-jangan, biaya rumah sakitnya juga?!

Barulah Jin memperhatikan kamar kos-kosan Jungkook dengan seksama.

Plastik mini market, bungkusan ramyeon instan, beberapa pakaian yang digantung. Ruangan itu tidak memiliki televisi ataupun radio. Ruangan yang begitu kosong dan suram.

Jin mengintip siluet Jungkook yang belum terlalu jauh pergi dari jendela kamar.

Apa benar.. yang aku miliki.. cuma dia?

.

.

.

Malam itu.. Kim Jungkook pulang larut sekali.

Dia melihat aku yang berpura-pura tidur sambil tersenyum lega.

Sejak itu, aku merasa.. orang ini bukan penguntit.

.

.

TBC


FF baru lagi yeorobun! selingan ah biar ga bosen :3

remake lagi dari manga (aku habis ngubek2 koleksi komik jaman dulu ternyata banyak yang seru kalau diremake pake cast member bts hehe)