Fang

Aku merasakan sakit luar biasa, tembakan Mega Probe mengenai tepat di lenganku. Aku hanya dapat meringis. Boboiboy masih sibuk melawan Adu Du dan Probe. Aku melihat Ochobot mendekat ke arahku. Pandanganku perlahan kabur, lalu gelap.

...

Seminggu Sebelumnya

Pagi itu kelas masih sepi. Seperti biasa aku duduk di belakang Boboiboy. Pagi itu ia belum menampakkan dirinya. Setelah meletakkan tas, aku duduk lalu menatap keluar jendela. Sesekali aku menatap Gopal tergesa – gesa mengerjakan tugas matematik dari Cikgu Papa.

"Hai Gopal." Suara itu membuat telingaku terganggu. Aku mengalihkan pandangan ke asal suara tersebut.

"Hai Boboiboy!" Jawab Gopal

"Hai Fang." Aku menoleh sementara lalu membuang muka. Malas aku berhubungan dengan orang macam dia. "Ish sombongnya" Cibir Gopal sambil menatapku dengan sinis.

"Haih, sudah – sudah. Apa yang kau buat ni Gopal?" Tanya Boboiboy sambil meletakkan tasnya.

"Tugas dari Cikgu Papa lah, Boboiboy." Jawab Gopal tak acuh sambil mengerjakan tugasnya. Aku merasa konsentrasiku terganggu. Aku berdiri dari kursi, lalu berjalan ke luar kelas.

Boboiboy

Aku baru sampai di kelas pagi itu. Gopal kelihatan tergesa – gesa mengerjakan tugas matematiknya. Pandanganku tertuju pada Fang. Tangannya menopang dagunya dan matanya menatap ke arah luar. Setelah ia menyerangku, kami tak pernah berbicara. Aku cukup kesal padanya, namun sekarang kurasa aku harus memperbaiki hubunganku dan dia. Lagipula, kami teman. Tidak sepatutnya seperti ini.
"Hai Gopal." Tanyaku sambil melayangkan lima jariku.

"Hai Boboiboy!" seperti biasa, Gopal penuh semangat.

"Hai Fang." Sapaku sambil meletakkan tas. Ia menoleh sebentar lalu kembali memusatkan pandangannya pada pemandangan di luar sana. Apakah yang begitu menarik baginya?

"Ish sombongnya." Gopal mencibir.

Aku mencoba mengembalikan keadaan. Ya jikalau memang Fang tidak mau berteman dengan tak apa. Aku lalu berbincang sebentar dengan Gopal. Benar – benar si Gopal ini. Tugas matematik dari Cikgu sudah diberikan sebulan yang lalu, baru sekarang ia kerjakan. Tiba – tiba Fang berdiri. Ia kelihatannya risih dengan keberadaanku. Ia berjalan keluar kelas.

Aku refleks ikut berdiri lalu mengejar Fang. "Hei Boboiboy, hendak kemana?" Tanya Gopal.

"Kejar Fang lah." Jawabku spontan.

Fang benar – benar cepat. Aku hampir kehilangan langkahnya.

"Fang! Tunggu!"

"Apa korang ikut – ikut aku ni?" Tanya Fang seolah tak suka aku mengikutinya. Aku diam beberapa saat. Aku pun tak tahu mengapa aku mengikuti dia. Fang rasa aku takkan menjawab pertanyaannya, ia segera berbalik badan lalu berjalan ke arah kantin. Apalah urusanku mengikuti Fang. Namun, akhirnya aku tetap mengikuti dia.

Fang

Mengapa si Boboiboy ini terus mengikutiku. Aku benar – benar merasa terganggu sekarang. Aku pasti dibandingkan dengannya. Dasar pengganggu. Aku telah sampai di kantin, rencananya aku akan membeli sepotiong donat lobak merah untuk sarapan.

"Hoi Fang." Panggil Boboiboy dari belakang. Apalagi yang dia inginkan? Membuat sebal saja.

"Kenapa kau ikuti aku dari tadi hah?" Tanyaku agak sedikit emosi dengannya.

"Aku hanya ingin bicara saja dengan kaulah. Tak boleh?"

"Tak. Minggir lah kau." Aku melewati Boboiboy lalu membeli donat lobak merah kesukaanku dan segera beranjak ke kelas, menghindari Boboiboy.

Aku berjalan melewati semua orang yang kelihatannya terkagum atas ketampanan dan kehebatanku. Namun, Boboiboy masih saja mengganggu.

"Fang! Tunggulah."

"Aish berisik sekali. Apa yang kau inginkan?"

"Kumohon, sebentar sajalah." Boboiboy keliahatan memelas.

"Yasudah terserah korang sajalah." Aku akhirnya menyetujuinya dan menunggu Boboiboy mengatakan maksudnya.

"Eh, bagaimana bilangnya. Eng, Sejak kitorang berkelahi kau tak pernah tegur aku."

"Jadi?"

"Aku cuma mau kita jadi teman. Macamana?" Tanya Boboiboy kelihatan serius. Benarkah? Berteman. Sepertinya menarik. Sejak datang ke Pulau Rintis ini tak ada seorang temanpun kupunya.

"Tak. Tak sudi aku punya teman macam korang."

Yash

bersambung