A Way To The Man's Heart Is Through His Stomach
Original Link : archiveofourown org/works/15064418
(ganti spasi dengan titik)
Author : WaddlingPenguin
Pairing : Chanbaek / Baekyeol
Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boy x Boy, Boys Love
THIS STORY BELONGS TO WADDLING PENGUIN
AND I JUST TRANSLATE IT INTO INDONESIAN
PLEASE DO NOT REUPLOAD THIS STORY!
Summary : Baekhyun hanya lucu saat makan.
Author Notes: Hello! Niruesie, maaf jika ini mengecewakan tetapi saya ingin menembus diri saya dan menulis pesan anda, 2. Tolong hubungi saya setelah pengungkapan. Kepada para pembaca, maaf jika ini underwhelming, saya sudah benar-benar di bawah cuaca beberapa bulan terakhir, maaf.
T/N : Hai! Aku kembali sebagai translator dan ini adalah cerita yang sepenuhnya sudah dapat ijin dari author aslinya. Terima kasih Author-nim, aku sangat menyukai karya-karyamu! Semoga kalian tertarik dengan cerita ini, dan yeah, aku dengan segala kelabilanku seringkali ganti penname, maaf :( Mungkin akan ada banyak kata yang bakal aku tetep dengan bahasa inggris atau mungkin aku salah translate mohon di maklumkan karena ada beberapa kata yang susah ke bhs indo.
Jangan bosen dengan cerita yang akan sering aku post nanti:) Tolong berikan banyak cinta pada penulis aslinya.
Happy reading!
.
.
.
Mereka bertemu di sebuah kedai kopi dimana Baekhyun bekerja sebagai kasir, Sabtu sore yang malas- matahari di warnai dengan lilac dan oranges- cahaya lembut terselubung diatas meja kopi dan orang-orang di dalam toko.
Baekhyun berusia 21 tahun, seorang mahasiswa bangkrut yang harus bekerja dua shift untuk membayar Universitas dan sewa tetapi tidak ada pelanggannya yang tau itu karena dia harus tersenyum manis dan terlihat rapih setiap kali dia di depan mereka kecuali satu pelanggan- pelanggan yang sangat gigih yang datang setiap hari Sabtu, memesan Americano yang besar dan duduk di meja sudut tempat Baekhyun dapat melihatnya dengan jelas.
Kasir itu selalu mengernyit, tetapi Chanyeol selalu mengmbalikannya dengan senyum cerah.
"Kau lagi." kata Baekhyun sambil memutar matanya.
Pria itu tertawa kecil, "Aku tidak akan merepotkan jika kau setuju untuk berkencan denganku." Dia berkata, suaranya yang rendah menggema di telinga Baekhyun.
Itu sangat menjengkelkannya, bagaimana mungkin pria ini berbicara begitu santai kepadanya setelah dia menepisnya berkali-kali, "Sudah aku katakan berkali-kali, aku tidak suka berkencan. Jadi bisakah aku menerima pesananmu?"
"Kau tau pesananku." Pria itu berkata sambil menatap Baekhyun seolah dia tidak menolaknya lagi.
Baekhyun memutar matanya lagi, "Satu Americano ukuran besar dengan dua bungkus gula." Dia akan melotot ke arah pria itu tetapi dia melihat manajernya dari sudut pandangannya, "Apakah hanya itu saja, Tuan?" wajahnya berubah dengan cepat dari tatapan yang tidak senang ke yang antusias.
Pelanggan itu membungkuk lebih dekat untuk membisikkan sesuatu, Baekhyun tidak melakukan apa-apa selain menajamkan telinganya karena manajernya sedang melongo padanya, "Kau terlihat manis hari ini." Gumam pria itu.
Baekhyun berdiri tegak ketika tengah alisnya mulai membentuk lipatan, "Itu akan menjadi 5.000 won. Apa yang harus saya tulis di cangkir anda?" Tanyanya.
"Kau tau namaku," kata pria itu dengan mengedipkan matanya.
Kasir itu menahan diri untuk menyerang pria ini jadi, Baekhyun tersenyum- gelisah, "Pesanan anda akan akan disajikan di meja anda."
Pria itu menyerahkan pembayarannya dan kemudian pergi ke tempat biasanya dan mengambil telepon dari sakunya dijalan.
Ketika minuman sudah siap, Baekhyun menulis di atasnya dan menyajikannya kepada pria tercela secara pribadi.
"Ini pesanan anda, Tuan." Dia tersenyum lalu pergi dengan hati-hati ketika minuman diletakkan di atas mejanya.
Ketika dia mondar-mandir, dia mendengar tawa pria itu melenggelegar di seluruh kafe, jadi dia buru-buru berjalan ke konter.
"I am not cute, Mr. Park Chanyeol ."
Park Chanyeol adalah CEO dari sebuah perusahaan teknik, meskipun ia cukup muda untuk posisi itu, itu semua usahanya yang membawanya ke negara itu, pada usia 27, ia adalah bosnya sendiri, ia mengambil risiko meninggalkan pekerjaan yang stabil dan bertualang ke yang tidak dikenal, itu adalah jalan berbatu tapi dia sampai disana.
Saat itu, ia dapat memiliki segalanya, kecuali untuk kasir yang ia kejar meskipun sudah banyak kali ia ditolak.
Pada awalnya, itu hanya kesenangan dan permainan, Chanyeol adalah seorang playboy, dia bisa membuat laki-laki dan wanita jatuh hanya dalam satu jentikan jari- pesonanya yang tampan dapat dengan mudah menyapu orang dari kaki mereka, tatapannya hangat dan memikat dengan mata besar itu. Meskipun telinganya menjulur dari kepalanya, ia masih sangat indah- spesimen yang bagus untuk seorang pria. Bukan hanya dia tampan tapi dia juga tinggi- banyak jatuh untuk tipe orang-orang dan CEO memiliki daftar nama yang cukup panjang terselip di ikat pinganggnya.
Tapi Baekhyun berbeda- ada sesuatu tentang dirinya yang membuat Chanyeol pergi ke kedai kopi itu setiap Sabtu sore- sesuatu yang tidak biasa dan baru seperti pemandangan padang rumput di dalam kota; dia adalah wajah yang segar, awet muda dan polos dengan sedikit esensi yang membingungkan.
Chanyeol mengira dia adalah seorang veteran dalam memainkan permainan seperti itu tetapi Baekhyun membuktikan dia salah ketika mereka pertama kali bertemu.
CEO berjalan di kedai kopi mengenakan hoodie hitam dipasangkan dengan celana denim robek dan topi bola hitam tidak terlalu jauh terlihat seperti salah satu senior di perguruan tinggi yang akan lulus. Ini adalah pertama kalinya di toko itu.
Pertama kali mereka bertemu.
Baekhyun mengoperasikan kasir seperti biasa, hanya hari biasa. Dia tampak manis mengenakan baret di atas rambut pirangnya dan celemek hitam di atas kemeja putih lengan panjangnya yang dilipat kesiku. Chanyeol berjalan langsung ke arahnya, dia tidak memperhatikan Baekhyun sampai dia menatap mata kasir- sinar matahari sore yang lembut menyoroti wajahnya dengan cara yang tulus- matanya adalah dua amber yang menyambut Chanyeol.
Pada saat itu, sesuatu di dalam Chanyeol diklik, sifat playboynya gatal.
Permainan dimulai.
Dia pikir Baekhyun adalah salah satu tipe yang mudah terombang-ambing oleh ketampanan tetapi dia salah berpikir.
"Halo, Tuan. Bolehkah saya menerima pesanan anda?" Kasir bertanya sambil tersenyum.
Chanyeol menggulung lengan bajunya, "Bisakah aku...uhmmm," sang CEO melihat papan menu dan kembali ke Baekhyun, "punya nomormu?" Katanya dengan lancar.
Baekhyun menyeringai, "Bisakah anda mengulanginya lagi, Tuan?" Katanya dengan sabar.
"Bisakah aku mendapatkan nomormu?" Chanyeol mengulangi pertanyaannya sambil melipat tangannya di depannya.
Kasir memperhatikan tato di lengan pelanggan kemudian menatapnya dengan tatapan tidak senang, "Maaf, tapi aku tidak suka fratboy, jadi tolong, bisakah aku menerima pesanan anda,Tuan?" Tidak ada senyum, hanya wajah yang datar.
"Apa yang membuatmu berpikir aku fratboy?" CEO bertanya, berterima kasih bahwa tidak ada pelanggan lain di belakangnya.
"Kau berbau seperti itu." Kata Baekhyun tidak tertarik.
Chanyeol mengangkat alis, "Dan seperti apa bau fratboy?" Tanyanya.
"Aroma arogansi dan kesombongan yang kuat." Jawab Baekhyun.
Chanyeol tertawa bahwa permainan ini semakin menarik, "Aku tidak berbau seperti itu."
"Dan juga..." Baekhyun mendengus, "sedikit penolakan. Jadi tolong, bisakah aku menerima pesanan anda sekarang?" Dia semakin tidak sabar.
Chanyeol menyadarinya, "Oke, oke, satu Americano besar dengan dua paket gula." Dia berkata sambil tersenyum.
Baekhyun menekan urutan, "Namamu?' Tanyanya.
"Berikan milikmu dulu." Chanyeol bersikeras.
Baekhyun memutar matanya, 'Oke, Tuan 'berikan milikmu dulu' apakah itu yang ingin anda tulis dalam cangkirmu?"
"Chanyeol, Park Chanyeol." CEO itu berkata, "Sekarang berikan milikmu."
Baekhyun hanya tersenyum, "Itu akan menjadi 5.000 won. Pesanan anda akan disajikan. Terima kasih." Dia berkata, lalu berbalik untuk menulis nama di cangkir.
Chanyeol hanya mengangkat bahu dan membayar, dia pikir ia bagus dalam permainan sedikit yang dia tau, kasir bisa memainkannya hampir lebih baik daripada dia.
Baekhyun: 1
Chanyeol: 0
CEO pergi ke meja sudut dan menunggu pesananya. Beberapa menit kemudian, kasir melayani pesanannya sendiri dan apa yang membuat Chanyeol lebih bertekad untuk memilikinya adalah apa yang tertulis di cangkirnya.
"Tuan Park Chanyeol, namaku ada di tanda terima :P"
Baekhyun: 1
Chanyeol: 1
Berbulan-bulan telah berlalu sejak pertemuan pertama itu.
Namun, Chanyeol masih pergi ke kedai kopi setiap hari Sabtu. Dia kehilangan hitungan berapa banyak poin yang telah dia cetak tetapi permainan masih berjalan dan dia benar-benar menebak-nebak setiap waktu.
"I am not cute Mr. Park Chanyeol ."
Bagaimana dia bisa tidak lucu jika dia melakukan hal seperti itu? Chanyeol hanya tertawa ketika Baekhyun berjalan kembali ke konter.
Baekhyun: +1
Matahari meredup dan bersiap untuk tidur di sisi dunia itu saat Americano Chanyeol dikosongkan. Dia memeriksa arlojinya dan berdiri, ketika dia akan pergi, dia memastikan untuk melihat Baekhyun. Kasir itu hanya memberikan tatapan tidak senang yang kembali dengan senyum lembut dan mengucapkan selamat tinggal ketika ia melangkah keluar dari toko dan menunggu sopirnya menjemputnya.
...
Baekhyun selalu melihat 'fratboy' itu memanggil Mercedes-Benz yang ramping setiap kali dia pergi, benar-benar bajingan beruntung dengan sendok perak di mulutnya.
"Hei Baek, bagaimana sekolah tekniknya?" Baekhyun tersentak dari pemikirannya begitu dia mendengar rekan kerjanya berbicara- Minseok, si barista. Dia lebih tua tetapi dia terlihat lebih muda daripada siapapun yang bekerja di kafe, gusinya muncul setiap kali dia tersenyum dan itulah sebabnya semua orang menganggapnya menggemaskan.
Dia tidak menyadari bahwa shift-nya sudah naik dan barista lainnya suah pergi, "Oh hyung~ itu neraka." Baekhyun merengek, "Aku perlu menemukan perusahaan yang menerima pekerja magang dan memiliki gaji yang baik."
"Kau selalu bisa bertanya pada seniormu tentang itu, kenapa kau tidak bertanya pada Junmyeon?" Minseok menyarankan.
"Aku akan bertanya padanya besok," katanya kemudian melihat jam dinding, "shift-ku telah berakhir beberapa menit lalu, bye hyung~ perlu melakukan beberapa perkejaan sekolah."
Selain bangkrut, Baekhyun mengalami neraka melalui rekayasa progamnya, banyak malam tanpa tidur dan hari-hari menegangkan hanya karena satu alasan.
Untuk berinovasi dunia.
Dan berada di tahun ketiganya, itu adalah persyaratan untuk memiliki pengalaman di lapangan. Itu mengasyikan jika bukan karena fakta bahwa ia bekerja dua shift di kedai kopi untuk mempertahankan pendidikannya- sebuah absen yang berarti pengurangan gaji. Dia tidak mampu membayar itu, dia praktis menjalani hidupnya dengan anggaran yang ketat.
Dia menunggu hari berikutnya dan bertemu Junmyeon- senior, kulit yang adil dan senyum manis, dia sangat tampan tetapi satu-satunya kecewa adalah bahwa dia selalu berpikir dia lucu.
Lelucon ayah tidak pernah lucu.
"Hei Baek, ada apa?" Tanya senior sambil duduk di sebelahnya.
Junmyeon berbau seperti kesturi, "Oh hai hyung. Bagaimana tesisnya?" Tanya Baekhyun.
"Ini menegangkan, tapi aku tau kau tidak menunggu disini untuk menanyakan hal itu. Apa itu? Membuka rahasia dengan tidak sengaja." Junmyeon mempertanyakan.
"Belikan aku makan siang gratis." Si junior berkata dengan cemberut, wajah anak anjing lucu yang dia tau tidak bisa ditahan si tertua.
Junmyeon memutar matanya, "Oke. Tapi ini yang terakhir. Seperti halnya aku ingin memberi makan kau, aku tidak bisa melakukan itu." Dia mengklarifikasi, "Aku kehabisan dana juga."
"Thank youuu~" kata Baekhyun, "dan tentang itu."
"Tentang apa?" Tanya Junmyeon.
"Tentang dana, apakah kau tau perusahaan yang memiliki gaji tinggi untuk pekerja magang?"
Junmyeon merenung sebentar, "Aku tau, itu hanya perushaan baru tetapi kredibilitas kerja mereka luar biasa dan bayaranya juga cukup," katanya.
Baekhyun adalah telinga, "Perusahaan apa?" Tanyanya.
"Park Engineering Firm." Jawab senior itu.
Baekhyun mengangkat alis, itu terdengar familier, "Park?"
"Ya, Park, kau tau?" Tanya Junmyeon lagi.
Junior itu menggelengkan kepalanya, "Terdengar akrab, tetapi aku tidak bisa mengerti dimana aku mendengarkanya." Dia berkata, "Apakah kau tau alamatnya?"
"Ya. Aku akan mengirimkannya kepada kau nanti." Junmyeon sepakat.
Kemudian Baekhyun tersenyum dan menatap yang tertua itu dengan penuh perhatian, "Untuk sekarang..."
"Untuk saat ini, apa?" Junmyeon mengangkat alisnya.
Baekhyun terkekeh, "Makan siang~"
Junmyeon memutar matanya, "Ini yang terakhir." Katanya.
"Ya hyung~ terima kasih." Jawab Baekhyun, "Aku akan mentraktirmu makan siang saat aku mendapatkan magang."
"Kau bahkan belum melamar." Junmyeon mengacak-acak rambutnya.
Baekhyun mengernyitkan hidungnya ke aksi, "Aku tau, tapi aku merasa mereka akan menerimaku." Dia membalas.
"Yah, kau adalah siswa yang sangat pekerja keras. Itu kualifikasi yang bagus." Kata senior itu.
Hari itu berakhir dengan nada yang lebih cerah, Junmyeon selalu menjadi kabar baik meskipun humornya tidak, tetapi Baekhyun selalu bersyukur bahwa dia berteman dengannya.
Dia hanya merasa seolah 'Park Engineering Firm' akan menerimanya tanpa keraguan.
PARK ENGINEERING FIRM
Dengan hanya empat tahun dalam bisnis ini, perusahaan telah membuat nama untuk dirinya sendiri dalam hal layanan dan kualitas kerja, Chanyeol telah mengarahkan perusahaan dengan bantuan Kyungsoo- sarjana dalam manajemen bisnis, memiliki bingkai kecil dengan bibir berbentuk hati dan pipinya yang mengembang, orang-orang telah salah mengiranya sebagai pegawai baru karena dia mengeluarkan getaran yang muda, tetapi mereka tidak tau dia adalah salah satu fondasi perusahaan.
Kyungsoo ingin semua pelamar melewatinya untuk seleksi yang lebih baik; Park Engineering Firm menerima mereka yang memiliki visi dan prinsip yang sama.
Baekhyun memasuki gedung pada hari berikutnya- rambutnya ditata dengan tepat, ia meminjam pakaian yang bagus dari beberapa seniornya. Dia berjalan dengan tersenyum dan melanjutkan ke resepsionis, "Selamat pagi, apakah perusahaan menerima magang teknik?"
"Ya, Tuan, apakah anda membawa resume?" Tanya sang resepsionis.
Baekhyun dengan cepat membuka tasnya dan mengambil salah satu amplopnya untuk menyerahkan resumenya, "Ini."
Resepsionis memandangi kertas itu dan kemudian memandangi penampilan siswa itu, "Silahkan duduk sebentar, dan saya harus memberi tau Tuan Do." Dia tersenyum.
Baekhyun mengangguk lalu melanjutkan ke ruang tunggu.
Setelah beberapa menit, namanya dipanggil. "Tuan Byun?"
Baekhyun berdiri dan segera pergi ke resepsionis, "Tuan Do akan menunggu di ruang A untuk wawancara anda," katanya kemudian menyerahkan resume-nya kembali kepadanya.
"Dimana itu?" Tanyanya sambil mengangkat alisnya.
"Belok kanan di ujung lorong di sebelah kiri anda." Dia memberi arah dengan lancar.
Baekhyun mengangguk lagi, "Terima kasih."
Siswa itu dengan ragu berjalan menyusuri lorong menuju ruang pertemuan, kepalanya memuncak ketika dia membuka pintu terbuka, yang dilihatnya adalah seorang lelaki kecil yang duduk di salah satu kursi di sekitar meja bundar besar.
"Dia pasti pelamar lain." Dia berpikir, jadi dia memasuki ruangan dan lelaki itu segera menjulurkan lehernya kepadanya.
Yang mengejutkan, lelaki itu terlihat seperti anak sekolah menegah karena poni pendeknya- Baekhyun menyambut dengan senyum, "Apakah kau juga seorang pelamar?" Tanyanya sambil duduk di sebelahnya.
Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi dengan tawa yang dalam, "Apa yang membuatmu berpikir aku pelamar?" Katanya ketika ekspresinya berubah- alisnya yang tebal berkerut dan matanya tumbuh lebih besar.
Ekspresi Baekhyun juga berubah, dari ceria menjadi kaget kemudian menjadi malu, "Apakah kau Tuan Do?" Tanyanya ketika matanya tumbuh lebih besar.
"Halo. Bolehkah saya melihat resume anda?" Kata lelaki itu dengan seringai- seringai mengejek.
Baekhyun menyerahkan kertas itu kepadanya, "Aku minta maaf karena menganggap bahwa kau adalah pelamar." Dia membungkuk.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, wawancara sudah dimulai." Lelaki kecil dengan poni pendek menyatakan.
"Oh. Uhm..kau terlihat seperti siswa sekolah menegah." Dia berkata jujur yang membuatnya naik alis, "Maksudku, kau terlihat muda." Dia berhenti untuk lebih lanjut tidak mempermalukan dirinya sendiri.
Lelaki itu tersenyum, "Jangan terlalu tegang, aku sering mendapatkannya." Dia menyakinkan, "Jadi, Tuan..." dia melihat ke kertas, "Byun Baekhyun." Dia berkata.
Baekhyun mengendurkan bahunya, "Ya, Tuan."
"Kau ingin aku memanggilmu apa," pewawancara bertanya.
Mahasiswa itu memiringkan kepalanya, "Kau bisa memanggilku Baekhyun." Dia menjawab.
"Oke, Baekhyun, aku Do Kyungsoo." Dia berkata, "Berapa jam yang kau butuhkan untuk magang?" Katanya ketika matanya menelusuri resume Baekhyun.
Tangan Baekhyun gelisah, "Jam 5:00, Tuan." Dia menjawab.
"Apakah baik-baik saja dengan berkeja dari Senin sampai Jumat, 8:00 sampai 5:00?" Kyungsoo melanjutkan pertanyaannya.
"Ya, Tuan." Jawab Baekhyun tanpa ragu.
Kyungsoo mengangguk, "Jadi, apa yang membuatmu mendaftar di perusahaan ini?"
Baekhyun sangat siap untuk pertanyaan ini, "Aku tau bahwa perusahaan ini masih muda dan ini adalah perusahaan yang sedang tumbuh dan sebagai insinyur masa depan yang ingin tumbuh dan mendapatkan pengalaman dengan perusahaan yang baru saja mulai menjelajah disana." Dia menyampaikan dengan lancar.
"Diluar sana? Dimana?" Tanya Kyungsoo.
Siswa itu meluruskan posturnya, "Bidang inovasi." Dia menjawab.
"Baik. Jadi, apa yang kau bisa bawa ke meja?" Kyungsoo meletakkan kertas di meja.
"Aku pekerja keras dan gigih. Aku bisa menyelesaikan tugas dalam durasi waktu yang diberikan." Baekhyun menjawab; dia puas dengan apa yang dia katakan.
"Cukup tentang hal-hal teknis, ceritakan lebih banyak tentangmu," Kyungsoo meminta.
Baekhyun tercengang, dia tidak siap untuk pertanyaan ini, "Uhm..." Dia dengan cepat memikirkannya apa yang bisa dia katakan, "Aku Byun Baekhyun, 27, seorang mahasiswa teknik."
"Sudah cukup, itulah yang tertulis di resume-mu." Pewawancara berkata.
"Aku murid yang bekerja," Jawab Baekhyun malu-malu.
Kyungsoo memperhatikan perubahan padanya, "Ada apa?" Tanyanya.
"Tidak ada, Tuan. Hanya saja aku perlu melakukan itu untuk mendukung studiku dan membayar sewaku. Aku tidak menjalani kehidupan yang mewah- aku bekerja satu shift setiap hari kerja dan dua shift setiap akhir pekan." Jawab Baekhyun.
"Tidak ada yang malu dengan hal itu. Aku punya pertanyaan lain." Kyungsoo menunjukkan.
"Apa itu, Tuan?" Baekhyun mengangkat alisnya menunggu bola lengkung lagi.
Kyungsoo tersenyum lembut, "Jika aku memperkerjakanmu hari ini, apakah kau akan bisa mulai besok?" Tanyanya.
"Ya." Jawab Baekhyun tanpa ragu.
"Baiklah, kau diterima." Kyungsoo tersenyum ketika dia berdiri dan menawarkan tangannya.
Baekhyun juga berdiri dan menerima tangan Kyungsoo. "Terima kasih, Tuan."
"Ini nomor kontakku jika kau memiliki pertanyaan." Lelaki itu memberikan kartu namanya.
Siswa itu mengambilnya dengan kedua tangan dan tersenyum cerah, "Terima kasih lagi, Tuan."
"Sudah cukup, pastikan kau ada disini besok jam 8:00 pagi." Kyungsoo memberikan komentar terakhirnya lalu pergi.
Baekhyun berdiri di sana terperangah dan terpesona. Dia merasa seperti menang dalam hidup.
Kyungsoo pergi ke kantornya lalu di sambut oleh Chanyeol.
"Apakah kau tidak memiliki kantor sendiri?" Tanya lelaki kecil itu.
Chanyeol membalikkan kursinya untuk menghadap lelaki yang berbicara itu, "Mengapa kau mendapatkan pemandangan yang indah ini?" Tanyanya.
"Ini hanya kota, tidak ada yang istimewa." Kyungsoo memutar matanya.
"Kau mengatakan itu karena kau tidak memiliki gedung pencakar langit yang menghalangi jendelamu." Chanyeol merengek.
"Kurasa aku hanya beruntung." Kyungsoo membalas, "Pergi, aku punya banyak hal yang harus dilakukan." Dia berkata kemudian mendesak Chanyeol untuk berdiri.
Pria jangkung itu terlihat seperti bayi di tubuh yang tumbuh terlalu tinggi, itu seperti tubuhnya sudah matang tetapi wajahnya tidak tapi tidak berbeda darinya, Kyungsoo terihat seperti dia terjebak dalam tahap pubertas.
"Bisakah kita bertukan kantor?" Raksasa itu cemberut.
Kyungsoo mengangkat bahu, "Tidak, Chanyeol." Dia berkata dengan nada tegas yang selalu berhasil padanya.
"Oke, ada pembaruan?" Tanya Chanyeol.
"Tidak banyak." Jawab Kyungsoo lalu mengingat Baekhyun, "Oh! Aku menyewa magang baru. Dia akan mulai besok." Dia mengikuti.
"Apakah dia baik?" Raksasa itu berubah ke wajahnya yang serius.
Pekerjaan selalu memesona CEO, "Nilainya tinggi dan dia bekerja keras." Lelaki kecil itu mengatakan.
"Kau tau nilai tidak penting di lapangan." Chanyeol menunjukan.
Kyungsoo menyeringai, "Aku tau, tapi dia gigih dan baik." Dia menjelaskan.
"Apakah dia imut?" Chanyeol berubah ekspresi wajahnya lagi- menjadi facade yang lucu.
Kyungsoo mengernyitkan alisnya, "Dia imut. Tapi terlalu baik untukmu. Jangan berani." Dia memperingati.
"Okay okay, aku sedang mengunjungi situs besok, sayang sekali aku tidak akan melihatnya." Raksasa itu menyatakan.
Hari berikutnya datang; Baekhyun menjadi cemas tentang apa yang akan terjadi. Dia ditugaskan di departemen desain dimana dia menghadapi komputer sepanjang hari- melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
Semuanya berhalan lancar- sampai keesokan paginya.
Baekhyun merasa nyaman pada hari kedua, dia berjalan masuk ke dalam gedung dengan senyum yang cerah- gigi-gigi berkedip dan pipi memancarkan senyum. Dia menyapa semua orang selamat pagi meskipun belum banyak karyawan.
Dia antusias hari itu sampai lift terbuka dan dia melihat Park Chanyeol di dalam.
Park Chanyeol.
Park Engineering Firm
Baekhyun pasti berkhayal jika dia berpikir bahwa bocah laki-laki ini terhubung dengan pemilik perusahaan. Dia tampak begitu kasual dengan celana krem, kemeja putih, dan kardigan merah marun.
"Aku tidak percaya bocah laki-laki akan berlaku di perusahaan ini," kata Baekhyun saat memasuki lift.
Chanyeol bahkan tidak memperhatikannya pada awal, "Jadi kau magang baru," katanya sambil menyeringai.
"Bagaimana kau tau itu?" Tanya Baekhyun sambil mengangkat alis.
Chanyeol hanya mengangkat bahu dan lift terbuka di lantai 2, para karyawan memperhatikannya dan mereka sepertinya tidak ingin masuk, "Ada ruang untuk semua orang, masuk." Katanya.
"Bos kami sangat baik." Para karyawan bergumam ketika mereka satu per satu melangkah.
Itu semakin ketat, Baekhyun tidak bisa membantu tetapi untuk berdiri di samping CEO saat karyawan menyambutnya dengan selamat pagi.
"Selamat pagi bos."
Chanyeol hanya tersenyum pada mereka.
Baekhyun menatapnya dari ujung ke ujung, pria ini tidak mungkin 'Park' di belakang Park Engineering Firm. Dia terganggu ketika pria jangkung itu berbicara atau lebih suka berbisik.
"Apa departemenmu?" Katanya dengan nada rendah.
Baekhyun mengigil, "Desain, Tuan." Bagian 'Tuan' lemah
"Laporkan ke kantorku dengan makan siang dan bawakan denah proyek penangananmu," katanya tegas, sangat profesional seolah-olah pria ini tiak pernah seperti itu di kedai kopi setiap hari Sabtu memesan Americano ukuran besar dan mengganggunya.
Baekhyun hanya mengangguk lalu hendak pergi ketika dia berada di lantai 4 tetapi Chanyeol mencengkram pergelangan tangannya untuk mencengahnya pergi.
"Izinkan aku bertanya satu hal lagi," kata raksasa itu.
Baekhyun menelan ludah, "Apa, Tuan?"
"Sekarang, apa bau CEO?" Tanya Chanyeol ketika sudut mulutnya membentuk seringai.
Magang itu sangat ingin ditelan oleh tanah- dia menghirup, "Musk dengan sedikit teror." Katanya lemah.
Chanyeol hanya tertawa lalu melepaskan tangannya, "Semoga harimu menyenangkan, Baekhyun." Katanya saat magang keluar lift di lantai 5.
Dia ditakdirkan, dia tidak pernah tau bahwa dia tidak menghormati CEO dari perusahaan tempat dia bekerja dan dia telah mengusirnya sejak mereka bertemu.
...
Chanyeol berpikir bahwa kemungkinannya menguntungkannya, permainan menjadi lebih menarik sekarang karena dia tau bahwa dia memiliki kekuasaan atas lelaki petit.
Waktu makan siang tiba, dan ketika diperintahkan, Baekhyun pergi ke kantor CEO. Dia mengatakan kepada sekertarisnya bahwa dia memiliki pertemuan dengan pria di dalam panel kaca berwarna yang dikonfirmasi oleh sekertaris setelah berbicara dengan CEO melalui telepon.
Baekhyun terhuyung-huyung di dalam kantor, lututnya lemah- dia tidak tau rasa malu dapat menyebabkan rematik sampai saat itu.
"Tuan?" Tanya Baekhyun.
Chanyeol menatapnya- tatapan serius, tajam untuk menebusnya, "Duduklah, Baekhyun." Perintahnya.
Magang memenuhi. "Maaf atas sikap saya, Tuan." Katanya.
CEO menyeringai, "Apakah kau membawa denah lantai?" Tanyanya.
Baekhyun mengangguk.
"Biarkan aku melihat," kata Chanyeol.
Magang itu menyerahkan selembar kertas gulung besar kepadanya, "Ini, Tuan."
"Aku ingin kau ikut denganku besok ke lokasi dan mendesain ducting lantai ini," kata Chanyeol.
Baekhyun menatapnya dengan alis terangkat. "Kau tidak akan memecatku?" Tanyanya.
"Tidak. Itu akan merusak kesempatanku, kan?" CEO itu terkekeh.
Baekhyun memutar matanya ke arahnya, "Aku tidak percaya kau masih menyukai itu," katanya santai kepada bosnya.
"Hei aku masih bosmu disini," kata Chanyeol.
"Maaf, Tuan." Magang itu menundukkan kepalanya.
Chanyeol tersenyum, "Apakah kau sudah makan siang?" Tanyanya.
Baekhyun segera menatap raksasa itu dengan mata terkejut, "Aku belum." Jawabnya jujur.
"Yah, ini waktunya makan siang, ayo, mari kita makan di luar." CEO itu menawarkan.
"Itu terlalu banyak." Kata Baekhyun.
"Aku traktir." Kata Chanyeol.
Satu hal yang Baekhyun pelajari adalah untuk tidak pernah menolak barang gratis, kebanyakan makanan. Ini adalah prinsipnya yang bertindak atas dirinya, "Baik, Tuan." Jawabnya.
...
Chanyeol membawanya ke tempat pizza untuk makan siang, Baekhyun sedikit mual- ini adalah pria yang terus mengganggunya tetapi apa yang akan dia lakukan jika orang yang sama adalah bosnya dan kata 'GRATIS' berkilau di benaknya.
"Apa pesananmu?" Tanya Chanyeol menirukan nada suara Baekhyun saat mereka berdiri berdampingan melihat menu di atas kepala kasir.
Sisi Baekhyun menatapnya. "Apakah aku benar-benar terdengar seperti itu, Tuan?" Tanyanya.
"Kau terdengar seperti itu bagiku, tetapi dengan orang lain kau berbeda, kau sedikit pelangi dengan mereka tetap denganku kau seperti badai petir." Chanyeol mengatakannya, "Juga hilangkan kata 'Tuan' saat kita diluar."
Baekhyun tiba-tiba mengangguk, "Pepperoni," katanya tiba-tiba lalu berjalan ke meja.
Chanyeol tersenyum, "Minumannya?" Tanyanya saat Baekhyun berjalan lebih jauh darinya.
"Jus jeruk." Teriaknya sambil menjulurkan lehernya.
Chanyeol memesan makanan mereka dan segera pergi ke meja tempat Baekhyun berada.
Baekhyun segera mengunyah irisan pizza-nya, menyumpal wajahnya dengan itu begitu Chanyeol meletakkan makanan di atas meja mereka. "Aku loooooovvveeeeee pizzzzaaaaa~" katanya segera setelah mulutnya kosong.
"Kau seperti anak kecil." CEO itu berkata, meraih piringnya.
"Jika kau pikir ini berarti sesuatu." Baekhyun mengigit lagi, "Ini tidak akan berarti apa-apa. Aku ingin disini hanya untuk makanan gratis," katanya dengan wajah penuh pizza.
Chanyeol mencondongkan tubuhnya lebih dekat padanya- jarak yang sangat berbahaya, Baekhyun segera mundur, "Kupikir ini kencan pertama kita," katanya dengan bibir cemberut.
"Psshh. Kau harus menyuapku lebih dari sepotong pizza." Baekhyun menjelaskan, "Berhentilah bermain-main."
"Aku tidak." Chanyeol meletakkan wajahnya di tangannya di meja, "Sudahkah aku memberitahumu bahwa kau terlihat manis saat makan?" Katanya sambil tersenyum lembut.
Baekhyun memberinya wajah yang tidak senang, "Aku tau orang-orang sepertimu, Park Chanyeol."
"Aku orang macam apa?" Tanya sang CEO.
"Fratboy yang bermain-main dengan semua orang yang mereka lihat memiliki wajah imut."
"Jadi kau mengakui bahwa kau memiliki wajah yang imut?" Tanya Chanyeol lalu menyeresap minuman soda.
Baekhyun memutar matanya, "Kalau begitu, kau mengakui bahwa kau fratboy?"
"Tidak, aku bosmu." Jawab raksasa itu.
Itu membuat Baekyun diam.
"Aku bersumpah aku serius, Baekhyun." Kata Chanyeol.
Baekhyun menatapnya di mata- memeriksa apakah semua yang di katakan itu benar, "Mari kita lihat." Katanya sambil tersenyum.
Chanyeol juga tersenyum.
...
"Aku disini hanya untuk makanan."
.
.
.
Hari terus berjalan, kisah Baekhyun dan Chanyeol berkisar seputar makanan. Setiap istirahat makan siang dihabiskan bersama duduk berdampingan di dalam restoran atau kadang-kadang Chanyeol membuat makan siang untuk mereka berdua hanya untuk melihat memberi makan makanan Baekhyun.
Lelaki itu lucu ketika dia makan, Chanyeol perlahan-lahan tertarik padanya seperti planet perlahan terbentuk pada awalanya dia pikir ini semua adalah permainan,bahwa sikap Baekhyun terhadapnya adalah tantangan yang bagus dan itu akan terasa lebih baik dia membuatnya jatuh tetapi semuanya perlahan berubah ketika mereka bertemu setiap hari.
Baekhyun masih berkerja di kafe setiap hari pekan dan Chanyeol masih pergi ke sana pada saat yang sama di tempat yang sama tetapi dengan tambahan pesanannya.
"Halo, Tuan. Bolehkah aku menerima pesananmu?" Baekhyun bertanya dengan pipinya yang mekar karena tersenyum hangat.
"Satu Americano ukuran besar, satu vanilla Prancis dan sebuah cheesecake stroberi." Dia mengatakan pesananya, "Ada tambahan?" Chanyeol bertanya pada Baekhyun.
"Aku tidak bisa bergabung denganmu." Baekhyun cemberut.
Chanyeol juga cemberut, "Haruskah aku membatalkan pesananku?" Tanyanya.
"Tapi shift-ku hampir berakhir." Baekhyun tersenyum.
Chanyeol tersenyum padanya, "Kalau begitu, ini kartuku." Katanya kemudian membungkuk, "Bisakah kita kencan nanti?" Bisiknya.
Baekhyun berdiri tegak lalu memberi perintah kepada barista, "Apa yang ingin kau taruh di cangkirmu, Tuan?" Tanyanya.
"Jawabanmu." CEO itu tersenyum.
"Pesananmu akan dilayani setelah beberapa saat." Jawab Baekhyun dengan senyum lembut.
"Aku akan menunggu." Kata Chanyeol dengan pandangan mengharapkan.
Beberapa saat kemudian, Baekhyun tiba dengan pesanannya, "Tunggu, aku harus ganti baju." Katanya sambil meletakkan pesanan di atas meja.
Saat dia berjalan kembali ke dapur, Baekhyun mendengar tawa Chanyeol yang menggelegar kembali di seluruh kafe.
Dia tidak percaya dia akan berkencan dengan orang bodoh dan juga CEO dan bosnya.
"Ya untuk kencan ini, ya untuk menjadi pacarmu. :)"
END
T/N : Thanks to Waddling pengiun for allowing me to translate this sweet story.
Untuk para pembaca, terima kasih sudah mampir dan meluangkan waktu membaca cerita ini. Tolong berikan kritik dan saran supaya aku bisa memperbaiki kedepannya!
Kalian bisa kunjungi penulis aslinya di Twitter DyoRanon.
