Tittle : Idiot

By : Anaphalis Javanica

Dis : Masashi Kishimoto (Naruto)

Rate : T

Setting : AU

Pair : Sasuke U. & Hinata H.

Note : Tidak suka dengan pairnya? Sebaiknya berhenti membaca ('v')

Sasuke POV

Aku frustasi mendengar kata-kata Ayahku, apa dia sudah gila?! Dia ingin mengirimku ke Jepang secepatnya. Alasannya benar-benar menusuk hatiku, dia berkata bahwa dia tidak mampu menjagaku dengan baik karena pekerjaannya yang sangat sangat tidak bisa diremehken jadi aku akan dititipkan ke temannya yang ada di Jepang.

Aku ingin menangis, tapi itu bukan laki-laki namanya. Ayahku masih bisa menjaga Itachi dan memberinya semua kasih sayang yang ada, sedangkan aku? Aku bagaikan anak yang dipungut. Tidak dihiraukan sama sekali. Untung saja aku pandai menjaga diri, dan aku orang terpintar di sekolahku jadi Ayahku pernah melirikku walau hanya sekali, dan aku sangat bangga.

"Baiklah, jika itu keputusan Ayah. Aku akan ke Jepang." Kataku lalu segera meninggalkan rumah besar itu yang tidak ada kenyamanan didalamnya. Aku mengambil motor Ducati merahku lalu ku gas menuju pantai didekat kota.

Aku sudah sampai dan menepikan motorku didepan pagar pembatas lautan, kulihat ada beberapa orang yang sedang jogging di sekitarnya mungkin karena waktu ini sudah sore jadi banyak yang berolahraga. Aku masih duduk diatas motorku sambil terus menatap lautan biru yang tenang dan terlihat kapal mewah yang sedang melintas. Aku terus meratapi nasibku yang sangat menyedihkan.

"Drrtttt..." ponselku bergetar dan segera kuambill dari dalam celana training panjangku berwarna hitam. Aku membuka sebuah pesan yang dapat kulihat pengirimnya adalah Sakura, Sakura ya Sakura, teman baikku yang selalu bersamaku di halang rintang yang ada di sekolah kami. Aku tidak tau aku punya perasaan atau tidak kepadanya, saat ini aku tidak mementingkan perasaan. Aku tidak peduli dengan perasaan!

Aku mengembalikan ponselku kedalam trainingku, pesan Sakura tadi tidak penting. Aku menarik napas sedalam-dalamnya dan kuhembuskan secara kasar. Lalu aku kembali pulang kerumah untuk istirahat.

-0-

Aku sudah ada di rumah, kulihat Ayahku sedang berbicara dengan Shisui, sekretaris Ayahku. Dia baik, selalu memberiku apa-apa yang kuperlukan, tapi kali ini aku tidak memerlukan tiket penerbangan yang ada didepannya. Dia tersenyum paksa didepanku lalu Ayahku berbalik melihatku juga.

"Kau akan terbang besok pagi." Kata Ayahku

Segitu cepatkah dia ingin memusnahkanku dari hadapannya? Aku makin sakit hati.

"Hn." Gumamku berusaha tegar lalu kutinggalkan Ayahku dan Shisui menuju ke kamarku.

-0-

'Itachi-nii, menurutmu Ayah membenciku?' tanyaku membatin. Aku duduk dibingkai jendela kamarku dan melihat halaman rumahku yang begitu luas. Aku memandangi kolam renang yang biasa aku gunakan bermain air bersama kakakku dulu. Aku mengingat kembali wajah kakakku waktu kecil yang sangat bersemangat melempari aku air, dan ibuku datang membawa kue enak sambil tersenyum melihat ulah kami.

Tapi ibuku telah berada disisi Kami-sama, aku yakin itu.

Tak kusangka saat ini mataku sudah memerah menahan air mata yang jatuh. Aku pun pergi mandi dan setelahnya aku harus mempacking semua bajuku serta buku-buku sekolahku.

-0-

Esok Harinya...

Kini aku sudah ada di Bandara, ayahku tidak bisa mengantarku. heh, kupikir dia memang tidak mau mengantarku. Aku hanya diantar Shisui, dia sedang mengurus keberangkatanku dan sedang memegang jaket milikku. Aku kini menatap lurus layar besar yang menunjukkan jam penerbangan yang ada, aku mencari jam keberangkatanku London ke Tokyo, Jepang sekitar 15 menit lagi.

"Tuan muda."

Panggilan Shisui mengagetkanku.

"Hn?"

"Ini jaket anda, dan ini passport dan tiket anda Tuan." Shisui memberi jaketku, pass dan tiket. Aku melihat uluran tangannya, dan ia bergetar.

"Kau tidak apa-apa heh?" tanyaku sambil berdiri dihadapannya lalu mengambil semua milikku dari tangannya yang bergetar itu.

Dan

"Bukk." Shisui memelukku. Aku kaget dan aku merasakan dia menangis.

"Jaga dirimu bro.." kataku sambil menepuk punggungnya. Dia hanya mengangguk di atas bahuku. Kemudian tak lama dia sudah melepas pelukannya dan mengusap matanya yang agak basah.

"Maafkan aku Tuan Muda jika selama ini aku bekerja tidak becus." Katanya.

"Apa ? kau bercanda eh? Tidak becus? Kau ini sekretaris hebat!" kataku seadanya dan sejujurnya sambil memukul lengannya.

"Ok sepertinya pesawatku sudah akan terbang, jaga juga dirimu. Jangan terlalu mementingkan omongan Ayahku." Kataku tersenyum kepada Shisui dan dia hanya mengangguk. Lalu kutinggalkan dia dan pergi kedalam pesawat.

Aku duduk didekat jendela pesawat, sebentar lagi pesawat ini akan take off, aku memasang headsetku ke telinga dan kabelnya kupasang ke MP3 warna biru mengkilap hadiah ulang tahunku dari Sakura tahun lalu.

Aku lelah dan mungkin aku akan tertidur.

-0-

"Ibu, nanti aku akan menggantikan Ayah duduk di kursi bos!" Kata Itachi kecil berapi-api.

"Kalau kamu Sasuke?" tanya Mikoto ke Sasuke.

"Acu ingin menjadi olang belguna Ibu." Mendengar penuturan Sasuke kecil, Itachi dan Mikoto tertawa terbahak-bahak.

"Yah =3=, Ada yang calah kaka?" tanya Sasuke.

"Uhum." Itachi menggeleng.

"Kau akan menjadi orang yang hebat Sasuke." Kata Itachi mengusap-usap rambut Sasuke.

"Benalkah? *O*" Sasuke menatap kakaknya berbinar-binar.

"Iya." Timpal Mikoto. Sasuke langsung loncat-loncat kegirangan di sofa.

"Yeyeye acu jadi olang hebat yeye olang hebat." Kata Sasuke.

"Ibuu.." Itachi meraung-raung melihat Ibunya terbaring lemah diatas ranjang di Rumah Sakit elite.

"Kaka.." Sasuke berusaha meraih kakaknya yang sedang berjinjit melihat ibunya terdiam, namun Sasuke kecil tidak dapat meraih kakaknya karena Ayah Sasuke, Fugaku agak terlalu jauh menggendong Sasuke.

"Itachi." Suara berat Fugaku membuat Itachi terdiam.

"Jangan seperti itu, Ibumu tidak akan suka." Lanjut Fugaku. Itachi mengepalkan tangannya.

"Baik Ayah." Suara Itachi makin suram.

Fugaku melihat layar alat pengukur detak jantung, dari bergerigi panjang menjadi lurus, lurus dan lurus seterusnya. Fugaku menutup matanya rapat hingga alisnya tertekuk 'Selamat jalan sayang.' Batin Fugaku. Sasuke melihat raut wajah ayahnya yang nampak sedih sekali kemudian Sasuke kecil memeluk wajah ayahnya. Fugaku langsung membuka matanya dan mendapati pipinya melekat di pipi Sasuke anaknya. Fugaku tersenyum dan...

-0-

"Tuan, pesawat telah sampai di Tokyo." Kulihat buram seorang pramugari wanita telah menggoyang-goyangkan bahuku sambil headset ditelingaku yang masih tahan memutar lagu yang ada di MP3ku. Kurasa aku tertidur panjang dan memimpikan masa lalu yang bahagia berubah menjadi kelam. Aku mengangguk dan berdiri mengambil barang barangku di atasku.

-0-

Kini aku berada didalam Taxi yang sudah kuberikan alamat yang akan kutujui. Aku melihat kota Tokyo bagaikan tempat club malam, bagaimana tidak semua di sudut rumah mempunyai lampu yang bersinar warna-warni. Dan tulisan yang terbuat dari lampu kecil yang bisa berubah warna.

Aku tidak asing sebenarnya, karena aku bisa berbahasa Jepang dan aku pernah tinggal disini waktu kecil saat ibuku masih hidup.

Dan tidak butuh waktu yang lama supir taxi telah memberhentikanku didepan pagar yang rumahnya tidak jauh beda ukurannya dengan rumahku di London.

'Semoga aku bisa bertahan.' Doaku kemudian memberi beberapa uang kepada supir taxi. Aku turun dari taxi dan membuka bagasinya lalu kuturunkan juga semua barang bawaanku, lalu aku pergi memencet bell yang ada disamping pagar.

Tak ada yang keluar dari rumah ini, aku makin kasar terhadap bellnya. Kemudian kulihat anak kecil bermata putih keunguan keluar sambil membukakan pintu pagar.

"Paman mencari siapa?" tanyanya kepadaku. Aku berjongkok agar tubuhku setara dengan tingginya

"Apa benar ini rumah keluarga Hyuuga?" tanyaku sambil memberikan senyuman.

"Iya paman." Dia mengangguk

"Hanaabi, siapa itu?" kudengar suara wanita dari dalam

"Adaa pamaan yang tampaan mamaa." Aku terkaget ketika bocah ini berteriak seperti itu.

Kemudian tidak lama aku melihat seorang wanita keluar dan melihatku dengan tatapan bingung dan dia kemudian menghampiriku. Dia cantik, tapi ibuku tentunya lebih cantik, walaupun sudah tiada tapi aku hapal betul rupanya.

"Anda mencari siapa anak muda?" tanya wanita itu kepadaku

"Aku mencari Paman Hiashi, apakah ini benar kediaman Paman Hiashi Hyuuga?"

"Iya ini benar, memangnya anda siapa?"

"Saya Sas~"

"SASUKE? SASUKE UCHIHAA?" belum sampai namaku, wanita ini kini berteriak menyebut namaku aku hanya tersenyum kikuk.

"I-iya, saya Sasuke Uchiha. Anak Fugaku Uchiha."

"Haaa aku tidak percayaa! Kau sudah besar Sasuke."

'Iyalah, masa aku kecil terus.' Batinku

"Apa kau mengenali bibi?" tanya wanita itu kepadaku dengan menunjuk dirinya. Aku hanya menggeleng pelan.

"Haa lupakan,aku Hana istrinya Hiashi. Masuklah dulu. Hanabi suruh bibi buat minum yah." Katanya kemudian membantuku membawa koperku yang satunya.

"Iya mama." Kulihat bocah itu berlari masuk.

"Terima kasih bibi Hana." Ucapku.

Aku telah berada di rumah keluarga Hyuuga, teman baik Ayahku. Tapi sialnya aku lupa betul dengan keluarga yang satu ini. Aku memproses ingatanku, tapi yang kudapat hanyalah bibi Hana itu mirip wanita yang ada di majalah fashion milik Sakura. Sakura sangat mengidolakan desainer itu. tapi aku ragu. Mungkin aku salah orang.

"Dulu kau pernah ngompol saat kugendong Sasuke. Hahaha."

'What the!' batinku itu benar-benar pengakuan terlarang yang menyedihkan! Dan aku hanya tersenyum paksa mendengar penuturannya.

"Aku menggantikan popokmu dan kau malah menendang bibi."

'Hentikan, kumohon' ini menyesakkan.

"Maaf bibi." Kataku

"Iyaa, tidak masalah. Kau dulu itu sangat lucu dan imuutt." Kini dia mencubit pipiku. Rasanya sakit tapi aku berusaha tersenyum.

Saat anaknya yang bernama Hanabi itu datang, bibi Hana telah berhenti mencubit pipiku. Aku mengusap-usap pipiku yang mungkin agak memerah.

"Mama, paman ini tampan sekali." Bocah itu frontal sekali, aku hanya tersenyum geli melihatnya yang terkagum-kagum melihat muka dewa sepertiku. Hahaha abaikan.

"Iya, paman ini namanya Sasuke, Hanabi panggil dia kakak saja seperti Neji, ok." Ucap bibi Hana kepada anaknya. Anaknya hanya mengangguk.

"Kakak, mau antarkan Hanabi ke sekolah kan?" bocah itu merengek kepadaku.

"Tentu." Aku mengangguk dan lihat wajahnya, dia sangat senang.

Aku duduk di sofa melihat sekeliling sambil meneguk teh hijau. Pandanganku terfokus kepada foto keluarga yang besar. Aku melihat wajah pria tua duduk disamping bibi Hana yang juga duduk sambil menggendong Hanabi. Dan dapat kupastikan itu adalah Paman Hiashi. Dan satu lagi perempuan yang berdiri sambil tersenyum dibelakang Bibi dan Paman.

'Mungkin anaknya.' Pikirku. Keluarga yang bahagia.

Pandanganku kini beralih ke Bibi yang datang sambil membawa kunci, mungkin kunci pintu untuk kamar baruku dan benar saja.

"Ini kunci kamarmu, istirahatlah dulu. Bibi mau keluar sebentar bersama Hanabi, kalau ada keperluan kau tinggal minta ke pembantu yang ada di dapur." Jelas Bibi kepadaku. Aku hanya mengangguk.

"Kamarmu diatas, disamping pintu ungu muda. Ok, bibi pergi dulu yah Sasuke."

"Iya Bibi."

Bibi telah menghilang dari pandanganku, segera saja ku seret koperku yang besar duluan. Aku yakin ini akan membuatku patah tulang dan sendiku terlepas dari tempatnya. Lihat saja anak tangganya yang spiral dan banyak. Aku menarik napas dalam-dalam kemudian aku secepat kilat mengangkat koperku lalu berlari menaiki tangga gila ini.

"Hosh hos hosh." Aku tersengal-sengal dan duduk di anak tangga yang paling atas. Ok kini aku melihat ada dua pintu yang berdampingan. Dan didepannya ada sofa, meja dan LCD agak besar.

'Disamping pintu ungu muda.' Batinku ya, itu dia. Aku menarik koperku ke depan pintu kamar disamping pintu berwarna ungu. Aku memasukkan kuncinya dan kuputar lalu knopnya kutarik kebawah dan cantik, pintu itu terbuka.

Kulihat didalam kamarku, ada lemari besar terbuat dari almunium disampingnya ada jendela agak besar. Dan ranjangnya berukuran king size. Lalu ada meja dan kursi dan wc. Lengkap. Sepertinya aku akan betah disini.

Aku kemudian turun lagi untuk mengambil koperku yang satunya. Saat sudah sampai diruang tamu aku melihat ada seorang perempuan yang mirip dengan bibi. Ahh~ itu dia yang ada difoto. Dia menatap kaget kepadaku. Dan terus menerus melihatku sepertinya dia butuh jawaban.

"Maaf, a-anda siapa?" dia tergagap.

"Aku Sasuke Uchiha. Apa kau anak Paman Hiashi?"

"Y-ya."

"Aku tinggal disini sementara."

"O-oh." Angguknya tapi kupikir dia belum puas dengan jawabanku. Hn, terserah. aku lelah. Kini aku menggiring ransel dan koperku naik lagi keatas. Shit ini benar-benar awal yang buruk. Aku berjalan elite naik ke tangga tidak seperti tadi karena kutau anak paman yang satunya itu masih menatapiku.

"Hofth. Kusso!" aku menutup pintu kamarku kemudian merebahkan diri di ranjang. Nanti saja aku bereskan barang-barangku.

-0-

Normal POV

Hinata yang baru saja pulang dari lessnya, bagaikan orang bodoh melihat orang asing berada dirumahnya. Ia butuh penjelasan yang lebih rinci. Ia mau menelpon Ibunya tapi dia takut nanti orang yang menjadi objek bakal mendengar dan tersinggung.

Akhirnya Hinata masuk kedalam dapur untuk memakan ice creamnya yang dimasukkan ke freezer tadi pas pulang sekolah.

"Bibi." Panggil Hinata

"Ya, Nona?"

"Siapa orang itu?"

"Saya juga tidak tau Nona. Saya hanya membuatkan teh tadi saat dia datang." Jelas pembantu Hinata.

"Ibuku ke Butik ?"

"Iya Nona, bersama Nona kecil."

Hinata hanya mengangguk sambil memakan ice cream coklatnya.

Setelah memakan ice creamnya, Hinata menuju keatas ruang tamu pribadi miliknya. Ia masuk mengambil beberapa buku yang bersampul mate-matika dan menjatuhkannya di atas meja dengan kasar. Hinata sangat benci dengan pelajaran mate-matika. Ia sudah berusaha mempelajarinya dengan berbagai cara namun nihil hasilnya ulangan Hinata selalu nol koma nol koma dan sampai saat ini selalu begitu.

Sasuke yang tadinya sudah terlelap kini membuka matanya karena mendengar suara yang Hinata buat tadi.

Hinata membuka buku yang agak tebal daripada yang lainnya, ia membuka kembaran demi lembaran dengan kasar sampai suaranya dapat didengar.

'Hah Kami-sama tolong turunkan dewa mate-matika untukku!' batin Hinata mengacak-ngacak rambutnya.

"Kau kenapa heh?" Sasuke berdiri di bibir pintu.

Hinata langsung kaget melihat Sasuke yang tiba-tiba ada.

"S-sejak kapan kau disitu?" tanya Hinata, ia malu kalau saja Sasuke tadi melihat dirinya dengan tampang kusut dan mengacak-acak rambut bak orang gila.

"Sejak kau menjatuhkan bukumu."

"A-apa?!" Hinata syok, jadi semuanya sudah dilihat!

"Tidak penting." Ucap Sasuke kemudian mendekati Hinata yang tengah duduk bersila diatas karpet berbulu-bulu.

"Boleh aku duduk?" tanya Sasuke. Hinata dengan ragu mengangguk.

"Kau kelas 10 heh?" Sasuke menanyai Hinata. Sasuke melihat dicover buku itu terdapat tulisan X.

"I-iya."

"Ini mudah."

"Ap~"

"Bagian mana yang tidak kau ketahui?"

"Se-semuanya." Hinata jujur, Sasuke melotot horror ke Hinata.

"Hn, kita mulai darimana?" Sasuke membuka buku itu.

"Apa? Kau bisa?"

"Kau meragukanku?" tanya Sasuke dengan wajah stoic. Hinata meneguk ludahnya sembari mengalihkan matanya ke buku diatas meja.

Dan inilah awal kisah Sasuke mulai berubah dari yang tidak mengerti perasaan sama sekali menjadi tau apa itu perasaan.

-0-

Malam Hari di Kediaman Hyuuga

"Hinataa." Panggil Hana dari bawah.

"Iyaa mah." Hinata turun dengan senyuman mengembang diwajah cantiknya.

"Kau tidak melihat laki-laki?"

"Aku melihatnya."

"Kau sudah tau siapa dia?"

Hinata mengangguk.

"Kakak jangan jatuh cinta dengan pangeranku yaa.." Hanabi membuat Hinata tertawa.

"Kau ini.." Hana mengacak-ngacak rambut Hanabi,anaknya.

"Kalau begitu kau panggil dia untuk makan malam Hinata." Kata Hana

"Aku saja mama!" Hanabi kegirangan.

Dan Hana hanya mengangguk. Hanabi dengan secepat kilat naik tangga dan menuju kekamar Sasuke.

"Kakak." Hanabi memanggil Sasuke

"Tok tok tok..."

"Kriett.."

"..." Hanabi terkagum-kagum kembali melihat pangerannya lebih tampan saat rambutnya basah.

"Ya, Hanabi-chan?" ucapan Sasuke mengembalikan Hanabi ke kesadarannya yang sepenuhnya.

"Kakak kok bisa sangat tampan? Kakak pakai guna-guna yah?" tanya Hanabi polos

"Hahaha." Suara baritone Sasuke terdengar.

"Kakak dipanggil mama, makan malam." Kata Hanabi kemudian Sasuke mengangguk lalu dia berjongkok didepan Hanabi.

"Ada apa kak?"

"Hanabi mau kurengek? Ayo."

Hanabi tersenyum lalu memeluk leher Sasuke kemudian Sasuke memegang punggung dan paha Hanabi dan mengangkatnya.

"Kakak punya kekasih?" tanya Hanabi sambil senyam-senyum tidak jelas. Sasuke menggeleng.

"Kenapa begitu? Apa kakak tidak punya orang yang kakak cintai?"

"Cinta yah? Memang Hanabi tau apa itu cinta?" Sasuke balik bertanya. Hanabi hanya cekikikan.

'Cinta itu idiot.' Batin Sasuke.

Sesampainya Sasuke merengek Hanabi ke dapur. Hinata hanya menggeleng ria. Dan Hana memarahi Hanabi karena masalah kecil 'Direngek'

"Aku yang minta merengeknya Bibi." Sasuke mengatakan sejujurnya.

"Ia mama, Kakak yang menyuruh Hanabi." Sasuke mengangguk membenarkan ucapan Hanabi.

"Hah sudahlah, kalian sini makan."

"Paman dimana bibi?" tanya Sasuke.

"Paman sedang berbisnis di China."

Sasuke mengangguk

"Jadi sudah ada rencana Sasuke?" tanya Hana.

"Ya, sepertinya bibi." Sasuke tau jelas maksud istri paman Hiashi

"Dimana?"

"Di Sekolah yang sama dengan anak anda."

Hinata terbatuk seketika mendengar ucapan Sasuke.

"A-apa? Apa m-maksudnya?" Hinata membisik ibunya dengan menutupi wajahnya dengan tangan kanannya agar Sasuke yang dihadapannya itu tidak dapat melihat bibir Hinata yang sedang berbicara. Hana hanya tersenyum.

"Hinata.." ujar Hana

'Namanya Hinata' batin Sasuke.

"Kau tidak apa-apa kan kalau Sasuke satu sekolah denganmu? Sasuke sangat membantumu. Dia akan menjagamu, itu lebih baik dan mama akan merasa tidak khawatir." Ucap Hana.

"Y-ya mah." Hinata merunduk menatap makanannya.

Setelah acara makan Hinata langsung naik kekamarnya. Sasuke juga mengekori Hinata. Saat sudah dilantai atas Sasuke memegang pundak Hinata dari belakang. Hinata tetap pada posisinya.

"Mohon bantuannya." Ucap Sasuke pelan kemudian berjalan masuk kekamarnya.

To be : Haru -haru by BIGBANG

Author minta reviewnya. Itu menjadikan semangat author bertambah x)

saran dan kritik sangat diterima.