A Naruto Fanfiction..
BORED BE SEME
~ Bosan Jadi Seme ~
RATE: T
GENRE: Romance, drama, SHONEN-AI/YAOI, friendship
DISCLAIMER: Naruto is belongs to Kishimoto Masashi-sensei
WARNING: AU, banyak kata2 gombal ala playboy, maybe typos, shonen-ai/yaoi, masih ada kesempatan untuk "back"
Insert Song: "Aku Jatuh Cinta" by Roullete
PAIRING: SasuNaru (S.N)
Summary: Namikaze Naruto seorang pelajar, jadi idola banyak gadis, pintar, dan tampan. Siapa sangka dibalik wajah manisnya ternyata dia seorang playboy?
- File 1: The Playboy -
*First..
"Naru-kun..suki dai yo..(aku menyukaimu)," ucap seorang pemuda manis sambil memeluk erat punggung seorang pemuda di hadapannya.
Pemuda berambut blonde itu lebih tinggi darinya. Dan dia hanya berdiam diri tak bergeming dari tempatnya berdiri menapaki bumi dengan latar belakang pepohonan cemara yang menjulang tinggi. Menambah suasana romantis di sekitar mereka.
Di taman cemara itu hanya ada mereka berdua. Tiba-tiba semilir angin berhembus perlahan. Memainkan rambut merah bata pemuda itu. Menerpa tubuh kedua pemuda itu yang tengah memakai seragam sekolah. Seragam sekolah menengah atas dengan kemeja putih bersih lengan panjang, dipadu dengan celana panjang biru dongker, dan jas berwarna senada disertai dasi merah terikat pada bagian leher. Pada bagian dada kiri jas itu terbordir sebuah emblem sekolah tempat mereka bernaung. Sebuah logo dengan lambang seperti spiral dan bordiran tertulis "Konoha Gakuen". Itulah nama sekolah mereka.
Pemuda yang dipanggil 'Naru' tadi membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pemuda itu. Dia tersenyum lembut sembari mengusap lembut pipi kanan pemuda itu.
"Boku mo (aku juga). Suki dai yo, Gaara (aku menyukaimu, Gaara)," kata pemuda itu dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya.
Diapun memeluk pemuda bernama Gaara itu. Mereka berpelukan mesra. Saling memadu cinta melalui hangatnya pelukan yang mereka rasakan.
.
.
*Second..
Gelap. Tanpa cahaya. Seorang pemuda duduk di depan sebuah piano hitam di tengah-tengah panggung. Spotlight tiba-tiba menyala di tengah panggung. Menyinari pemuda itu. Jemari tangannya menekan tuts-tuts piano dengan cermat. Suara dentingan piano mengalun pelan. Menggema ke seluruh penjuru ruangan itu. Membius para penonton dengan melodi indah yang mengalun. "Over The Rainbow", lagu yang dimainkannya.
Satu lagu telah selesai dimainkannya dengan jenius. Diapun beranjak dari kursinya dan menghadap ke arah para penonton. Membungkuk pelan pada para penonton yang hadir.
"Plok..plok..plok.."
Tepuk tangan dari para penonton yang ditujukan untukya dengar ramai. Senyuman manis menghiasi wajah imutnya. Rambut pirang muda ikalnya berkilauan kala cahaya lampu menyinarinya. Diapun kembali ke belakang panggung.
Seorang pemuda berambut blonde cerah berdiri sembari bersandar pada dinding dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Dia masih mengenakan seragam sekolahnya. Dia menoleh pada seseorang di ambang pintu menuju panggung, pemuda yang tadi bermain piano. Dia tersenyum ramah padanya.
"Aku berhasil!" teriak pemuda itu sembari berlari menghampiri pemuda tadi.
Memeluknya dengan bahagia.
"Aku tahu. Kau memang hebat," puji pemuda itu dan membalas pelukannya. "Karena kau berhasil sebagai hadiahnya, bagaimana kalau kita kencan?"
"Naru-kun, anata ga itoushii.(aku menyayangimu)"
"Boku mo. (aku juga) Menma-koi."
Mereka mempererat pelukan mereka. Tak peduli dengan orang-orang di balik panggung yang menatap mereka dengan pandangan aneh.
.
.
*Third..
Di suatu kafe yang cukup ramai terlihat beberapa pelayan wanita dengan baju maid berenda-renda dengan warna hitam-putih. Mereka sibuk melayani para pengunjung kafe itu. Maklum saja, ini sudah memasuki jam makan siang jadi jangan heran jika banyak pengujung yang memilih makan siang di sana. Di salah satu sudut kafe dekat jendela, nampak seorang pemuda berambut blonde tengah menikmati makan siangnya. Di hadapannya ada sebuah piring dengan hidangan nasi goreng di atas meja dan segelas jus jeruk. Pemuda itu memakannya dengan nikmat.
"GREP!"
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Kedua mata pemuda itu tertutupi oleh sepasang tangan putih nan lembut. Pemuda blonde itu tersenyum.
"Tebak siapa aku..?" tanya pemuda itu dengan nada menggoda.
"Hm..siapa ya? Aku tidak ingat," jawab pemuda yang satunya pura-pura tidak mengetahuinya.
Padahal dia tahu betul siapa pemilik suara lembut itu.
Pemuda berambut hitam panjang itu cemberut. Dia melepas kedua tangan putihnya dari pemuda yang sedang makan siang tadi. Diapun duduk di kursi yang berhadapan dengan pemuda itu.
"Naru-kun, kau menyebalkan!"
"Hahahaha.." tawa pemuda yang dipanggil 'Naru' tadi.
"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?"
"Ada. Wajahmu saat cemberut itu benar-benar menggemaskan. Kau jadi tambah manis saja, Haku-chan," ujar Naru seraya mengusap kepala Haku dengan lembut.
Muncul semburat kemerahan di wajah cantik Haku.
"Kau ini bisa saja, Naru-kun."
Pemuda itu hanya membalasnya dengan senyuman.
Mereka berdua saling menatap. Kedua mata mereka bertemu. Biru saphire milik Naru dengan coklat tua milik Haku. Haku menggenggam tangan Naru erat.
"Naru-kun?"
"Ya."
"Daisuki da, kimi dake yo..(aku menyukaimu, hanya dirimu)"
"Boku mo. (aku juga)"
Haku tersenyum manis, senyuman manis yang mampu membuat siapapun merasa terpesona ketika melihatnya.
.
.
Sang surya mengiringi pagi yang menyapa Tokyo hari ini. Suara-suara burung berkicauan di langit menyemarakkan suasana ramai ibu kota. Jalanan yang mulus telah dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Di salah satu sudut kota nampak bayangan seseorang. Seorang pemuda berambut jabrik berdiri di depan sebuah gerbang sekolah. Di atas gerbang terlihat ada sebuah papan nama sekolah itu, "Konoha Gakuen".
Konoha Gakuen merupakan sekolah yang terkenal di Tokyo. Bangunannya berbentuk kastil seperti bangunan di Eropa pad aabad pertengahan. Terkesan seperti bangunan tua. Apalagi dengan halaman tengah dengan rerumputan hijau nan luas dna terawat. Murid-muridnya terkenal memiliki banyak keahlian dan juga otaknya yang jenius. Dan ada satu lagi keunikan dari Konoha Gakuen. Berbeda dengan sekolah SMA kebanyakan, Konoha Gakuen memliki sistem peraturan dua kelas yaitu kelas pagi dan kelas malam.
Kelas pagi adalah untuk murid-murid biasa. Sedangkan kelas malam adalah untuk murid-murid khusus.
Pemuda berambut pirang cerah itu berjalan memasuki sekolah dengan langkah santainya. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam saku celananya sedangkan tangan kirinya memegang tas orang-nya yang tersampir pada bahu kirinya. Senyuman menawan menghiasi wajah tampannya. Pada bagian kedua pipinya terdapat tiga garis tipis. Kedua mata biru saphire-nya diedarkan pada sekelilingnya.
Hari inipun..pasti akan ramai.
Pemuda itu masuk ke dalam gedung sekolah. Dia berada di lobi sekolah, hendak menuju kelasnya. Tapi dia langsung disambut oleh seorang gadis cantik dengan rambut pendek coklat. Kedua mata hitam miliknya menatap pemuda itu dengan tatapan kagum.
Tampan sekali..batin gadis itu.
"Hai, nona cantik.. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya pemuda tadi tiba-tiba seraya mencium punggung tangan gadis itu dengan gaya ala abad pertengahan.
Para murid yang kebetulan berada di sana langsung menoleh dan memperhatikan apa yang dilakukan pemuda blonde itu. Murid-murid yang tadi berjalan langsung berhenti dna memperhatikan dua pemuda-pemudi tadi. Mereka menunggu apa kelanjutan adegan live romance di hadapan mereka itu.
"Na, namaku Matsuri, Naruto-senpai," jawab gadis itu sopan.
"Matsuri, artinya festival. Nama yang cantik, sama seperti orangnya," puji pemuda bernama Naruto tadi. "Kurasa kau akan menjadi wanita yang menyenangkan seperti sebuah festival di musim panas. Wanita yang menjadi idaman kaum Adam."
Semburat merah menghiasi wajah Matsuri.
Naruto tersenyum ramah padanya, lalu dia kembali berjalan menuju kelasnya. Saat pemuda itu memasuki lorong sekolah yang ramai, para gadis cantik langsung bermunculan. Mereka saling berdesak-desakan untuk melihat pemuda itu.
"Kyaa..Naruto-sama.."
"Naru-sama, I love you..!"
"Gyaaa.."
"Hari inipun kau terlihat tampan, Naru-sama.."
Terdengar suara teriakan para gadis itu. Meneriakkan nama pemuda itu, Namikaze Naruto. Terdengar pula bisikan-bisikan gadis-gadis membicarakan tentang Naruto. Mereka menatapnya dengan pandangan kagum dan terpesona. Sedangkan yang dipandang hanya membalas mereka dengan cengiran khasnya.
"Hari ini pun Naru-sama terlihat imut ya?"
"Dia tampan, tapi sekaligus imut."
"Dia adalah idola kita.."
Naruto terus berjalan sambil sesekali melemparkan senyuman mempesonanya pada para gadis. Dia berjalan sampai di depan sebuah kelas. Dia berhenti di depan sebuah kelas dengan sebuah papan bertuliskan '2-F' di atas pintu masuknya. Naruto menggeser pintu itu pelan.
"Sreek.."
"Ohayou minna..," sapa Naruto pada teman-teman sekelasnya.
"Ohayou Naruto..," balas teman-teman sekelas Naruto.
"Yo Naruto!" panggil seorang pemuda berambut coklat dengan tato segitiga merah terbalik pada kedua pipinya.
Naruto tersenyum lalu berjalan menghampiri pemuda itu di bangku paling belakang dekat jendela sebelah kiri. Jendela itu menghadap langsung pada halaman sekolah. Sedangkan pemuda itu adalah teman sebangku Naruto.
"Ada kabar bagus, mau dengar tidak?" tanya pemuda itu riang.
"Kabar apa Kiba?" tanya Naruto penasaran.
Pemuda bernama lengkap Inuzuka Kiba itu mengambil sesuatu dari balik tasnya. Naruto duduk di bangku sebelah Kiba. Kedua matanya sibuk memperhatikan aktivitas Kiba.
"TADAA..!" teriak Kiba seraya menunjukkan dua buah tiket nonton di bioskop.
"Tiket nonton bioskop?" tanya Naruto tidak mengerti maksud sahabatnya itu.
"Iya. Hari ini ada film bagus yang akan diputar. Rencananya aku akan mengajak gadis itu," ujar Kiba bersemangat.
"Ho..gadis kelas 2-C itu? Hinata kan?"
"Iya. Sudah lama aku menyukainya. Kami juga sudah cukup dekat akhir-akhir ini. Berkat petunjukmu."
"Hahaha..tentu saja. Aku kan hebat. Playboy nomor satu di Konoha Gakuen."
"Sekarang apa ada yang kau inginkan Naruto?"
"Eh?"
"Kalau kau ingin sesuatu, akan kubelikan. Sebagai tanda terima kasihku padamu."
"Sudahlah..kita kan sahabat. Tidak perlu hal seperti itu.."
"Hei, jangan begitu. Kau terlalu banyak menolongku. Jadi..kali ini turuti kata-kataku."
"Baiklah.. Apapun yang kumau kan?"
"Ya, apapun.."
Naruto menyeringai kecil.
Jangan-jangan..dia mau menjadikanku uke-nya? Ah tidak! Aku kan bukan tipe-nya, pikir Kiba.
"Baiklah!" teriak Naruto dengan tangan kanan langsung menyambar dua tiket yang ada di tangan kiri Kiba. "Dua tiket ini jadi milikku."
"APAA..? Kembalikan sekarang juga Naruto!"
"Tidak. Kua sendiri yang bilang 'Apapun'."
"Aku memang bilang begitu, tapi dua tiket itu pengecualian. Aku mendapatkannya dengan susah payah tahu!"
Kiba berusaha mengambil dua tiketnya yang ada di tangan Naruto. Tapi Naruto dengan cerdik terus menghindar. Merekapun berkejar-kejaran di dalam kelas.
"Naruto, kembalikan!" teriak Kiba.
"Hahaha..tidak akan..hahaha," ucap Naruto disertai tawa riangnya.
"Wah..itu kan Naruto-sama? Sepertinya sedang menjahili temannya lagi," tebak seorang gadis berambut coklat panjang ketika melewati kelas 2-F.
"Wah..benar..," kata gadis di sampingnya memenarkan.
"Kyaa...kyaa...Naru-sama keren..!"
"SREEK.."
"Kiba! Naruto! Cukup main-mainnya. Sekarang saatnya pelajaran dimulai. Semuanya kembali ke tempat duduk masing-masing!" teriak seorang guru laki-laki dengan rambut diikat tinggi ke atas.
Di wajahnya yang kecoklatan terdapat sebuah bekas luka melintang di antara hidung dan matanya. Tapi bekas luka itu tak mengurangi wajah manis yang dimilikinya. Guru itupun berjalan menuju meja guru yang ada di dekat jendela. Meletakkan beberapa buku tebal di atas meja. Diedarkannya kedua matanya menelusuri tiap inci kelas itu.
Dua gadis yang memperhatikan Naruto dari balik jendela melihat wali kelas 2-F itu. Mereka segera pergi dan kembali ke kelas mereka.
"Ohayou..," sapa guru laki-laki itu pada murid-muridnya.
"Ohayou, Iruka-sensei.."
Iruka-sensei mengambil kapur putih lalu menuliskan sesuatu di atas papan tulis.
"Hari ini kita akan mengadakan suatu riset tentang manusia. Hubungan antar manusia," ujar Iruka-sensei.
"Hubungan seperti apa sensei?" tanya Kiba.
"Jangan-jangan hubungan cinta ya? Hahaha..," sahut pemuda lainnya.
"Hahahaha.."
Pernyataan pemuda itu cukup membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
"Hubungan ini mengenai perasaan dan juga hubungan sosial, jadi bukan hanya cinta tapi juga persahabatan," jelas Iruka-sensei. "Untuk itulah akan dibagi menjadi beberpaa kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang. Kalian tentukan sendiri."
Iruka-sensei memulai penjelasannya mengenai pelajaran dan tugas kelompok kelas 2-F.
"Naruto, kita sekelompok kan?" tanya KIba memastikan.
"Tentu saja..kita kan sahabat baik yang takkan terpisah," jawab Naruto ceria.
Kiba tersenyum,"Kita kurang dua orang lagi. Bagaimana kalau kita sekelompok dengan Sai?"
Sai?
"Boleh saja. Aku tidak keberatan."
"Okey.."
Kiba melirik ke arah Naruto. Meliriknya tajam. Aura gelap menguar dari tubuh Kiba. Naruto merasakan aura dingin dari teman sebangkunya itu. Dia menoleh padanya.
"Ada apa?" tanya Naruto santai.
"Kembalikan tiketku. Kau ingin melihat sahabatmu bahagia kan?"
"Ayolah..aku kan ingin kencan dengan'nya'."
"'Nya'? Siapa?"
"Uke-ku."
"Uke-mu kan banyak.."
"Hehehe.."
.
.
.
Awan mendung menghiasi angkasa. Menutupi sinar sang mentari yang seharusnya bersinar dengan teriknya di tengah hari itu.
"Sepertinya akan turun hujan," gumam Kiba lirih.
"Iya," sahut Naruto membenarkan.
Naruto melihat pemandangan di luar jendela kelasnya yang ada di lantai dua. Dia memperhatikan halaman sekolah yang penuh dengan rumput yang dipangkas rapi oleh tukang kebun sekolah itu.
Kiba memakan sandwich yang dibawanya sebgaai bekal makan siang.
"Kau tidak ingin ke kafetaria?" tanya Kiba tiba-tiba.
"Tidak. Aku ingin di kelas saja," jawab Naruto dengan mata masih memperhatikan rerumputan di bawah.
Saat ini sedang jam istirahat makan siang, hampir semua orang pergi ke kafetaria untuk makan siang. Hampir semua, karena dua murid kelas 2-F masih berada di kelasnya, Naruto dan Kiba.
"Hari ini kau aneh sekali. Ada masalah dengan para uke-mu itu?"
"Ssst..jangan keras-keras saat mengatakannya," ujar Naruto dengan tangan kanan langsung membungkam mulut Kiba.
Kiba mengangguk. Naruto melepas tangannya dari Kiba.
Rupanya dia masih belum bisa mengakui kalau dia yaoi pada orang lain, kata Kiba dalam hati.
"Kau mau?" tawar Kiba seraya memperlihatkan kotak makan siangnya yang bening yang berisi sandwich.
Naruto mengambil salah satu sandwich itu. Kemudian memakannya.
"Jadi, ada apa kali ini?"
"Haah..aku bosan."
"Bosan? Bosan dengan mereka?"
"Tidak. Memiliki tiga uke sudah cukup untukku. Itu saja sudah membuatku kesulitan mengatur waktu kencan, mana mungkin aku menambah uke lagi. Bisa-bisa mereka jadi kurang perhatian."
"Lalu?"
"Aku bosan dengan hidupku. Kau tahu? Aku seorang playboy yang hebat dan tak ada yang bisa mengalahkanku."
"Maksudmu kau ingin punya saingan?" tebak Kiba yang mulai mengerti arah pembicaraan Naruto.
Naruto menggeleng.
Kiba cemberut,"Lalu apa?"
"Mungkin sudah saatnya aku berhenti menjadi playboy."
"Eeeh..?"
"HAHAHAHAHA..."
Tiba-tiba Naruto tertawa terbahak-bahak. Kiba jadi tambah bingung melihat sahabatnya yang satu ini.
"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Kiba kesal karena merasa dipermainkan oleh Naruto.
"Ekspresimu saat mendengarnya sangat lucu. Hahaha..aduh, perutku sakit."
"Dasar. Padahal aku sudah mengkhawatirkanmu. Rugi deh khawatir."
"Eh?"
Kiba mulai memakan sandwich-nya lagi. Kali ini berganti dialah yang memperhatikan halaman sekolah.
"Sebenarnya..aku ingin mencoba sesuatu," tutur Naruto pelan seraya mengambil sandwich Kiba.
"Hm?"
"Aku kan seme, bagaimana kalau aku menjadi seorang uke?"
"Hah? Kau menjadi uke?"
"Iya. Bagaimana menurutmu?"
"Lalu bagaimana dengan ketiga uke-mu itu? Mau kau putus?"
"Mungkin.."
"Mereka punya hati, Naruto. Kau tidak boleh mempermainkan perasaan mereka."
Naruto tertegun mendengar penuturan Kiba. Dia berpikir sejenak.
Apa yang dikatakan Kiba benar. kalau hanya karena aku ingin mencoba menjadi uke, kau jadi melukai perasaan ketiga uke-ku berarti aku seorang seme yang jahat. Itu bukan diriku.
"Kau benar Kiba. Aku tidak akan melukai perasaan mereka."
"Kalau tidak ingin melukai perasaan mereka, kau harus memilih di antara mereka bertiga."
"Untuk apa? Aku sayang mereka semua."
Kiba mengusap wajahnya.
"Kau harus memilih, kalau tidak hanya akan melukai mereka saja kan?"
Naruto mengangguk.
Akan kucoba.
.
.
.
"Brr..brrr.."
Sebuah ponsel merah bergetar di atas meja kayu. Tangan putih seseorang mengambil ponsel itu, lalu membukanya.
Pada layar ponsel itu tertera tulisan "One Message Recieve".
-From: My Beloved-
-"Hari ini kutunggu di Suna Shopping Center di lantai 4 jam 8 malam. See you.."-
"Tidak pernah berubah. Selalu tiba-tiba. Tapi entah kenapa aku suka dengan sifatnya yang spontan itu."
Orang itu tersenyum. Diapun mulai mengetik balasan pesan tersebut.
-To: My Beloved-
-"Baik. Jangan terlambat ya. Kalau terlambat, waktu kencan kita harus ada penambahan sesuai dengan waktu terlambatmu."-
"Brr..brr.."
Tak lama kemudian ponsel merah itu bergetar kembali. Pesan balasan dari orang yang dicintainya telah sampai.
Orang itu buru-buru membuka pesan itu.
-From: My Beloved-
-"Ya. Apapun untukmu, my love. Sudah dulu ya, see you.."-
-To: My Beloved-
-"See you too. Muach.."-
-From: My Beloved-
-"Muuuaaach.."-
.
.
.
Bias keemasan menghiasi langit yang biru. Kilauan cahaya yang terpancar sang matahari memberi kesan lembut pada orang yang melihatnya. Melodi-melodi indah dan suara lembut seorang penyanyi terdengar di sebuah kafe. Di kafe bergaya Jepang kuno itu di atas panggung kecil seorang gadis berambut pink dengan yukata bermotif bunga sakura tengah bernyanyi di depan sebuah keyboard yang dimainkannya. Suaranya menggema ke seluruh penjuru ruangan. Para pelayan kafe yang memakai yukata berlalu-lalang mengantar pesanan para pengunjung. Sedangkan para pengunjung kafe duduk di meja-meja kotak yang ditata sedemiian rupa. Tampak asri dan rapi. Apalagi sebuah bonsai bunga sakura terpajang di tengah-tengah setiap meja kafe itu. Seolah bonsai sakura itu adalah maskot kafe itu.
Di antara para pengunjung itu terlihat seorang pemuda blonde cerah tengah menikmati semangkok ramen bersama dengan seorang pemuda. Sesekali kedua mata biru saphire-nya memperhatikan pemuda yang tengah memakan soba yang dipesannya.
"Naru-kun?" panggil pemuda itu.
"Ya?" sahut pemuda blonde yang ternyata adalah Naruto.
"Aku senang hari ini kau bersedia datang. Kupikir kau tidak bisa datang, kau kan sibuk."
"Tidak apa-apa. Untukmu, akan kulakukan apapun."
Naruto tersenyum lembut pada pemuda itu. Pemuda itu merona.
Kau memang perayu yang hebat, Naruto. Hehehe..pikir Naruto.
Penyanyi kafe itu telah selesai menyanyikan lagunya bersamaan dengan Naruto selesai makan ramennya. Tiba-tiba Naruto berdiri dari kursinya. Pemuda di depannya menatapnya dengan pandangan seolah berkata 'apa yang kau lakukan?'.
Naruto berjalan ke arah panggung kecil itu. Dia menghampiri sebuah gitar bening tebuat dari kaca yang tergeletak di dekat keyboard. Mangambilnya lalu membisikkan sesuatu pada seorang gadis berambut pink di depan keyboard. Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
Naruto berjalan menuju depan microphone seraya menyampirkan gitar itu pada bahunya.
"Di sore yang indah ini aku ingin mempersembahkan sesuatu untuk seseorang yang kusayangi. Orang itu ada di sini. Dan aku akan membawakan sebuah lagu khusus untuknya. Haku, this song is for you," ucap Naruto seraya menunjuk ke arah pemuda berambut hitam panjang.
Haku hanya tersipu malu karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian para pengunjung kafe itu, termasuk para pelayannya.
"Wah..gadis yang beruntung ya," gumam seorang gadis yang kebetulan mejanya dekat dengan meja Naruto dan Haku.
"Gadis cantik dan pemuda tampan, mereka pasangan serasi," bisik seorang ibu-ibu kepada suaminya.
Sang suami hanya mengangguk pelan.
"I'm Falling in Love," ucap Naruto sebelum memulai bernyanyi.
Naruto memetik senar-senar gitar itu pelan diiringi dentingan keyboard yang lembut. Suara lembut dan merdu mulai terdengar.
"..The beginning I didn't understand what I was feeling
Everything change and there is that sense of miss
Since you came in every night in my dreams
I know something is happening to me
Have long time I experienced painful break up
And getting used to live alone without any romance
And your present carry love healing my wounds
You're different then I though
I'm falling in love with himself
Truly love oh..what it is like
I never doubted but still always waiting
I'm really falling in love with him
Try, try to listening what I want to say
Which has indeed been long pent-up
I don't believe it make me helpless
To express what I feel
I'm falling in love with himself
Truly love oh..what it is like
I never doubted but still always waiting
I'm really falling in love with him
Sometimes I was jealous, sometimes I was nervous
Often I don't necessarily go through my day
I can't deny my heart of hearts
How I fell in love with him.."
(AKU JATUH CINTA by Roullete, dibuat versi bahasa Inggris)
Orang-orang yang mendengar lagu yang dinyanyikan Naruto memberi sambutan tepuk tangan meriah padanya. Lagu yang indah, suara yang merdu, dan wajah yang tampan dari penyanyinya. Lengkap sudah sore yang hangat itu menjadi sore yang terindah. Naruto tersenyum pada para pengunjung kafe yang mendadak menjadi penonton konser tunggalnya. Mata biru saphire-nya menangkap bayangan Haku sedang tersenyum manis padanya. Naruto membalasnya dengan senyuman menawannya.
"Kau hebat. Suaramu bagus," puji seorang gadis yang menjadi pemain keyboard pada Naruto.
Naruto menoleh pada gadis itu.
"Arigato," kata Naruto berterima kasih.
"Bagaimana kalau kau bekerja di kafe ini?" tawar gadis itu.
"Ah, kekkou desu. Aku masih SMA dan sibuk dengan urusan sekolahku. Jadi..gomen nasai."
"It's okey. Aku juga masih SMA. Namaku Haruno Sakura," kata gadis itu seraya mengulurkan tangannya pada Naruto.
"Aku Namikaze Naruto," kata Naruto memperkenalkan diri seraya membalas uluran tangan Sakura.
Kedua mata hijau emerald Sakura melihat ke arah Haku.
"Sebaiknya kau kembali, sepertinya uke-mu menunggumu. Dan..aku yakin dia tidak akan suka kalau kau berada dekat denganku," ujar Sakura.
Kedua mata Naruto membulat.
"Bagaimana kau..?"
"Aku tahu, karena aku seorang fujoshi. Fujoshi memiliki kemampuan untuk melihat siapa yang yaoi siapa yang straight, siapa yang seme siapa yang uke, dan juga..apa yang sudah terjadi di antara mereka."
Sakura tersenyum pada Naruto.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya. Arigato sudah mau mengiringiku dengan keyboard-mu Sakura."
"Doo itashimashite."
Naruto pun berlalu. Dia berjalan menuju ke arah mejanya dengan Haku. Haku tersenyum lembut ke arah Naruto. Naruto duduk di kursinya kembali.
"Bagaimana penampilanku?"
"Aku suka dengan penampilanmu. Arigato, Naru-kun."
"Doo itashimashite."
"Trilililuuuut...trilililuuut...trililuuuuut..."
Terdengar suara ponsel Naruto berbunyi. Diapun segera mengambil ponsel putih yang ada di dalam saku kemeja hitamnya itu.
Ada apa ya? Oh, alarm? Sudah jam tujuh lebih tiga puluh rupanya.
1 detik..
2 detik..
3 detik..
APAAA..! Sudah jam tujuh lebih? Aku kan ada janji! Teriak Naruto dalam hati.
Naruto mengembalikan sang ponsel ke dalam saku kemejanya.
"Haku-koi, gomen ne aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini. Aku lupa kalau hari ini aku ada janji untuk mengantar Kaasan ke dokter. Gomen..," tutur Naruto lembut dengan penuh kebohongan.
Raut wajah Haku mengguratkan rasa kecewa hatinya. Tapi bibirnya masih mengulaskan senyum simpul pada sang kekasih.
"Tidak apa-apa..Kaasan Naru-kun lebih penting daripada aku sendiri. Aku bisa mengerti karena cinta harus saling mengerti," jawab Haku bijaksana, walau dalam hatinya dan sangat sedih dan kecewa.
Aku jadi merasa bersalah..batin Naruto. Sudah membohonginya, aku juga membuatnya kecewa.
"Gomen ne Haku-koi. Hati-hati saat pulang nanti ya."
"Iya. Kau juga, Naru-kun."
Naruto berlari keluar kafe itu. Meninggalkan Haku sendirian. Naruto berlari ke tempat parkir dimana dia memarkirkan mobil sport kuning kesayangannya. Membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa. Masuk ke dalam mobil, menyalakan mobilnya, dan melesat di jalan raya yang padat merayap.
Semoga aku tidak terlambat. Tempatnya kan cukup jauh. Semoga dia tidak marah padaku.
.
.
.
Seorang pemuda berpakaian casual berambut merah bata dengan tato kanji "Ai" pada dahi sebelah kirinya sedang bersandar pada pilar di sebuah bangunan besar di Tokyo. Bangunan itu adalah gedung pusat perbelanjaan, "Suna Shooping Center", merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Tokyo dan merupakan gedung tertinggi di Tokyo.
Sudah lebih dari lima belas menit pemuda itu menunggu di sana. Tapi orang yang ditunggu-tunggu belum juga menampakkan diri. Dilihatnya jam tangan hitam yang melingar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 08.10 PM.
Kemana dia? Kenapa belum datang juga?
Kedua bola mata hijau jade miliknya diedarkan ke sekelilingnya. Berharap untuk menemukan orang yang ditunggu-tunggunya sedari tadi ada di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang. Orang yang disayangi dan dicintainya, kekasihnya.
Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berlari dengan kecepatan tinggi. Pemuda itu tersenyum ketika melihat pemuda berambut merah bata itu masih menunggunya. Dia mempercepat laju larinya. Dan berhenti di depan pemuda berambut merah bata tadi.
"Maaf aku terlambat," kata pemuda itu sambil terengah-engah mengatur nafasnya.
"Lima belas menit. Artinya kau harus memberi waktu tabahan untukku selama lima belas menit," ujar pemuda berambut merah merajuk.
"Hai'..hai'..," balas pemuda itu seraya menggandeng tangan kanan pemuda berambut merah tadi.
Mereka bergandengan tangan dan masuk ke dalam bioskop yang ada dalam gedung itu. Pemuda itu mengeluarkan dua tiket dari saku kemejanya. Menyerahkannya pada petugas penjaga pintu bioskop. Petugas itu mempersilahkan dua pemuda itu masuk ke dalam bioskop.
Ruangan itu lampunya masih menyala. Filmnya belum dimulai. Tapi sudah cukup banyak kursi yang sudah dipenuhi oleh berbagai kalangan dan pasangan muda-mudi. Kebanyakan dari mereka adalah pasangan yaoi dan straight. Dua pemuda itu memilih duduk di bangku termasuk pada deret belakang. Mencari ketengangan dan jauh dari pasangan yaoi lainnya.
"Naru-kun..," panggil pemuda berambut merah.
"Ya, ada apa Gaara-koi?" tanya pemuda blonde perhatian.
"Tumben sekali kau mengajakku menonton di bioskop. Kau tidak sedang merencanakan sesuatu kan?"
Naruto tersenyum lembut pada Gaara.
"Tempat ini akan menjadi gelap ketika film dimulai, bangku yang kita pilih juga termasuk pada bagian belakang, lalu..banyak pasangan berada di sini. Siapapun pasti akan memanfaatkan moment itu. Ya kan, Gaara?"
Wajah Gaara memanas dan muncul semburat pink. Dipalingkannya wajahnya dari Naruto.
"Ja, jadi..kau memang akan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan?" tanya Gaara ragu.
"Tidak."
"Eh?"
Gaara menatap wajah tampan Naruto, mencari kebenaran mlalui wajah Naruto.
"Akan kulakukan kalau kau sudah siap. Aku akan bersabar untuk hal itu. Aku tahu saat ini kau belum siap."
Naru-kun..kau memang memahamiku.
Gaara memeluk lengan kiri Naruto dengan erat. Baginya hal ini sudah cukup membuatnya senang. Dia suka dengan sikap Naruto yang tidak memaksanya. Tiba-tiba cahaya dalam ruangan itu padam. Layar besar di depan mereka bercahaya putih. Film telah dimulai.
TBC
Moshi-moshi..aku Wind, buat yang belum kenal..salam kenal.
Kali ini fic yang memang asli romance, gak ada action-nya seperti fic-ku yang lain.
Chapter 1 masih fokus pada Naruto sebagai tokoh utama cerita.
Jadi masih ringan-ringan aja masalah yang muncul..
Buat yang udah baca, makasih ya..
Review please..
