Deciduous

by affany hwali

Rate: T

Disclaimer: Semuanya milik Tuhan

Warning: cerita alot dan membosankan, Romance gagal, cerita pasaran, typo problems, tidak sesuai EYD, jauh dari sempurna, maksa, alur ngebut-ngebutan.

a/n:

ini fic rate T pertama gue. ga tau kenapa lagi pengennya nulis yang aman aja. ini 2shot ya. rencana awal mau 1shot tapi, kepanjangan. maaf maaf kalo ga bagus, ini alakadarnya gue aja, keo?

enJOY~

Autumn 2014

"Sungjin-ah." seorang yeoja sedang bersimpuh dengan lututnya, ia menundukkan kepalanya. "Appa..." Yeoja itu kesulitan meneruskan kata-katanya. "Appa..."

TES

Satu tetes air mata disusul oleh tetesan air mata lainnya.

Dengan terisak, ia melanjutkan perkataannya. "Appa sakit." Air matanya terus mengalir sampai jatuh di atas tanah tempat ia bersimpuh. Di sebelah sebuah gundukan yang tertata rapi.

Makam namdongsaengnya.

Namdongsaengnya meninggal karena sebuah tusukkan di perutnya. Ia menjadi sasaran seorang rekan saingan bisnis appa mereka yang juga merupakan orang tua teman satu sekolah Sungjin yang -kebetulan- membenci Sungjin.

Musim ini musim gugur. Udara tak hangat menerpa kulit pucat Sungmin. Yeoja yang baru genap berusia 22 tahun itu tak mempedulikan dirinya yang bisa saja jatuh sakit juga karena pakaian yang ia pakai tidak cocok dengan lingkungan.

"Sungmin-ah!" Sungmin tak menghiraukan panggilan itu. Ia masih terisak.

"Semanjak hari itu, kondisi appa menurun drastis." Suara Sungmin parau. Setelah Sungjin meninggal, ayah mereka -yang memang punya riwayat sakit- langsung jatuh sakit. Keadaannya semakin tidak stabil. Tiba-tiba sepasang lengan merengkuhnya.

"Aku dan eomma tak tahu harus bagaimana. Kalian tak ada disampingku disaat-saat seperti ini." Sungmin semakin terisak. Mengungkapkan kegelisahan hatinya.

"Sssh. Tenang, ada aku Sungmin-ah." Sosok yang mendekap erat tubuh Sungmin mengusap pelan punggung Sungmin. Berusaha untuk menenangkannya.

Deciduous

"Terimakasih, Siwon-ah. Maaf merepotkanmu."

"Ne, ahjumma. Tak apa, aku merasa ini sudah menjadi tanggungjawabku."

"Tapi ini terlalu merepotkan. Sejauh ini, kau sudah cukup menolong kami."

"Ahjumma jangan berkata seperti itu. Aku senang melakukannya." Eomma Sungmin tersenyum lembut pada Siwon –kekasih putrinya.

Mereka telah menjalin hubungan selama 3 tahun. Keluarga masing-masing telah mengetahui keduanya dengan cukup baik.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Siwon berpamitan. Sekali lagi, eomma Sungmin mengucapkan terimakasih dan menepuk bahu tegap Siwon. Ia merasa beruntung Sungmin mendapatkan kekasih seperti Siwon.

Summer 2015

Kondisi fisik maupun mental Sungmin sudah membaik. Ia tak lagi cengeng dan rapuh seperti 9 bulan yang lalu, saat Sungjin pergi dan appanya sakit parah.

Ayah Sungmin kini menjalani rawat jalan. Beliau belum dibolehkan beraktivitas berat. Pekerjaannya sudah dihandle orang-orang terpercaya.

Pagi-pagi, Siwon datang ke rumahnya. Ia mengajak Sungmin ke pantai. Cuaca sangat bersahabat.

"Pantai? Sekarang?" Siwon mengangguk-angguk merespon pertanyaan Sungmin. Sungmin loncat ke arahnya kegirangan.

CUP

"Tunggu, aku ganti pakaian dulu." Sungmin bergegas ke kamarnya setelah mengecup singkat pipi Siwon.

Dan disinilah mereka, di tepi pantai. Tidak terlalu ramai. Berhubung hari itu bukanlah holiday. Senyuman Sungmin terus merekah membuat Siwon mau tak mau ikut tersenyum.

"Siwon-ah! Ke sini!" Sungmin melambaikan tangannya. Ia mengajak Siwon untuk mendekati air.

SPLASH

Sungmin mencipratkan air laut di tangannya ketika Siwon mendekat.

"Ya!" Nada bicara Siwon tinggi, tetapi raut wajahnya tak sedikitpun terlihat marah. Ia membalas perbuatan Sungmin. Ia menyerang Sungmin bertubi-tubi. Sampai-sampai kemeja putih Sungmin basah.

Tak ingin kalah, Sungmin menggunakan kakinya tapi tetap saja, Siwon tak sebasah dirinya. Akhirnya Sungmin lari menjauhi Siwon, menghindari cipratan airnya.

Mereka menghabiskan waktu mereka disana. Bermain air, membuat sand castle sampai mencari cangkang kerang mereka lakukan. Tak lupa mengambil beberapa foto sebagai kenangan.

GREP

Sungmin merasakan kehangatan di pinggangnya. Siwon memeluknya dari belakang, menumpukan dagu lancipnya di pundak Sungmin. "Padahal hanya pergi ke pantai, mengapa kau senang sekali?" mereka menatap gelombang air laut yang pasang surut.

"Semua karenamu." Siwon terkekeh. Sungmin menggombal. "Mau kemana saja, asal ada kau aku senang." Sungmin menolehkan kepalanya menatap Siwon. Keduanya tersenyum geli.

Perlahan Siwon memutar tubuh Sungmin, menatap manik Sungmin dalam-dalam. Begitu juga dengan Sungmin.

"Menikahlah denganku." Alis Sungmin tertaut, dahinya sedikit mengerenyit.

"Ayo menikah." Siwon bukan tipe namja yang romantis. Ia tidak membuat-buat sikapnya yang menjadi alasan kandasnya hubungan ia dengan para mantannya itu. Di lain sisi, Sungmin bisa menerimanya.

Hening. Pelan-pelan Sungmin memutus kontak mata mereka.

"Appa masih belum pulih." Sungmin mulai berbicara. "Aku memprioritaskan kesehatan appa terlebih dahulu." Siwon tersenyum kecut dan Sungmin menyadari itu.

"Tak apa. Tak harus dijawab sekarang." Siwon belum siap di tolak, walaupun sebenarnya ia mengerti. Sungmin belum menerima lamarannya. Secara tidak langsung atau tersirat, Sungmin menolaknya dengan sebuah alasan.

Kesehatan appanya.

Autumn 2015

"Tolong dok, lakukan apa saja. Suami saya harus bertahan, tolong." Eomma Sungmin menangis di hadapan dokter yang menangani appa Sungmin. Di sebelahnya ada Siwon yang merengkuh tubuh ringkih eomma Sungmin.

Sedangkan Sungmin? Ia menatap datar ruang perawatan appanya. Sudah setahun, 7 bulan ini kondisi appanya membaik. Terkadang turun, tapi mungkin wajar.

Malam ini, sama seperti satu tahun yang lalu. Kondisi appa Sungmin turun pada titik terendah. Seminggu terakhir ini kondisinya memang tidak stabil.

Sehari setelah itu, appa Sungmin menyusul Sungjin. Eommanya sangat terpukul, beliau menangis sampai pingsan.

Musim gugur tahun lalu, Sungjin ditarik pulang oleh Tuhan. Musim gugur tahun ini, suaminya juga harus kembali pada Tuhan.

Sungmin berusaha tegar di luar, di dalam ia tak bisa berbohong. Air mata raganya tak menetes, namun air mata hatinya sudah menggenang, membanjiri seluruh daratan hatinya.

Berusaha menegarkan diri dan eommanya tak mudah. Siwon yang berdiri dan mendekapnya sangat membantu. Entah apa yang terjadi tanpa kehadiran namja tampan itu.

Winter 2015

Ruang makan nampak sepi. Malam natal tahun ini tak berbeda jauh dengan tahun lalu. Hanya ada ia, eommanya dan kekasihnya di meja makan. Tapi hatinya tak sesepi ini.

Tahun lalu ia masih bisa menjenguk appanya di ruang khusus rawat. Tahun sebelumnya, segalanya masih lengkap. Sungjin dan ayahnya masih ada.

Siwon memang selalu menyempatkan diri untuk mampir pada special event seperti ini, walau hanya untuk sebentar. Tapi tahun ini berbeda. Ia tidak tega meninggalkan 2 yeoja rapuh ini.

Keinginannya untuk mempersunting Sungmin semakin tinggi. Hanya saja, belum ada waktu yang tepat.

Spring 2016

Musim semi sudah hampir usai. Sungmin sudah bangkit dari keterpurukannya, begitu juga eommanya. Mereka kembali menata hidup tanpa 2 sosok namja dalam keluarga mereka yang telah pergi lebih awal.

Siwon sebagai sosok yang dekat dengan mereka, bisa lega. Ia tahu, Sungmin adalah yeoja yang tegar. Ia akan selalu ada di belakangnya kala gadis itu akan terjatuh. Ia akan menopang tubuh yeoja itu dan membantunya berdiri kembali.

Deciduous

"Siwon-ah." Sungmin mengelap bibirnya. Ia sudah menyelesaikan makan siangnya bersama Siwon.

"Hhm?" Siwon masih melahap makanannya. Ia melirik Sungmin dengan ujung matanya.

"Ada yang ingin ku bicarakan."

DEG

Apa yang ingin Sungmin bicarakan? Siwon menghentikan kegiatan makannya. Ia menatap Sungmin ragu lalu tersenyum gentle. Setelah meneguk segelas air mineral, ia mempersilahkan Sungmin bicara.

"Soal yang waktu itu." Sungmin memperlama jeda. "Saat di pantai."

Jantung Siwon berdetak lebih cepat. Ia tak melepskan pandangan matanya pada Sungmin yang terlihat gugup.

"Aku mau." Sungmin menghela nafas. "Aku mau menikah denganmu."

Siwon tak bisa menyembunyikan ekspresi abstrak tak hingga miliknya. Ia gembira –tentu saja. Kaget. Lega. Terharu. Sungmin tertawa pelan. Menurutnya, Siwon sedikit berlebihan. Sampai-sampai mukanya derp.-_-

Setelah sadar dari shock teraphynya, Siwon mengutarakan rencana yang akan mereka lakukan kedepan.

"Mungkin, 2 bulan ini aku akan sibuk. Tapi setelah kesibukanku usai, aku akan fokus ke persiapan pernikahan kita. Ok?" Siwon menggenggam kedua tangan Sungmin.

"Jangan terburu-buru. Selesaikan saja dulu pekerjaanmu. Aku akan menunggu." Siwon tersenyum lembut mendengar Sungmin. Yeoja ini begitu mengertinya.

Autumn 2016

Siwon telah melewati 2 bulan penuh kesibukan kerjanya. Sebulan lebih 9 hari mempersiapkan pernikahannya -diselingi pekerjaan -yang tinggal 5 hari lagi dilaksanakan.

Eomma Sungmin tampak senang. Walaupun sempat sedih karena ia akan sendiri jika Sungmin menikah. Tapi demi kebahagiaan putrinya, apa yang tidak? Lagi pula Sungmin tidak meninggalkan ia selamanya -untuk saat ini.

H-3 penikahannya, Siwon harus kambali sibuk karena ada kesalahan bawahannya dalam urusan kontrak kerja sama. Walaupun bukan dia yang menangani langsung, tapi tanggungjawab yang diemban lebih berat. Belum lagi urusan lain yang semakin mebuatnya ribet.

This is so damn imperfect timing.

Deciduous

Sungmin sedang memperhatikan pantulan wajahnya di cermin. Sesekali ia tersenyum sendiri atau tersipu malu. Sebentar lagi ia menjadi seorang istri. Istri Choi Siwon.

Tiba-tiba, handphonenya berdering.

Jiwon.

Mengapa yeodoengsaeng Siwon menelefonnya malam-malam begini? Bukankah akhir-akhir ini mereka sering bertemu.

"Yeoboseoyo?" Raut bingung Sungmin berubah tegang saat ia mendengar suara Jiwon yang serak. Yeoja itu terisak di balik line telephone. Sedikit menceritakan permasalahan yang terjadi.

Siwonnya, ditemukan tewas di ruang kerja kantornya dengan sebuah peluru yang bersarang di kepalanya.

Tatapan Sungmin lurus kedepan dan kosong. Air mata menggenang, hampir tumpah dan menetes di pipi chubbynya. Tak ada pergerakkan dari Sungmin. Yeoja itu terlalu kaget sampai-sampai tak bisa membedakan, this is for real or not.

Rasanya Sungmin ingin ikut bersama Siwon. Kemanapun itu, jika bersama Siwon, ia akan bahagia. Ke liang lahat sekalipun. Mungkin mereka akan bersama di surga?

Deciduous

Keluarga Siwon terus menyelidiki kasus pembunuhan putra sulung mereka. Segala usaha mereka kerahkan untuk membongkar kejahatan ini.

Kemarin, seharusnya menjadi hari sucinya. Hari sucinya bersama Siwon. Mengucap janji sehidup-semati.

Kasus pembunuhan Siwon mulai terbaca samar-samar. Hatinya semakin hancur mendengar segala berita mengenai Siwon.

Sekarang eommanya yang menggantikan posisi Siwon. Menopangnya dari belakang, menariknya untuk kembali berdiri.

Eommanya tahu, Sungmin jatuh ke dalam lubang yang sangat dalam. Untuk kembali ke atas, ia harus mendaki dinding terjal lubang itu dan beliau tak membiarkan Sungmin mendaki sendiri.

Sungmin ikut disibukkan dalam penyelesaian kasus pembunuhan Siwon. Beberapa kali ia ikut ke pengadilan. Ia juga diminta keterangan-keterangan mengenai Siwon sebelum kejadian perkara.

Deciduous

"Yeoja itu adalah calon pengantin korban. Yang kudengar, mereka akan menikah 2 hari sebelum insiden penembakan." Para pekerja hukum juga manusia. Mereka suka bergosip ria.

"Miris sekali." Satu menimpali, yang lain berdatangan. Topik pembicaraan cukup menarik.

"Apa yang kalian bicarakan? Tidak baik menggosipkan perkara di tempat kerja." Terlihat lelaki berjas rapi menegur mereka. Ia adalah pengacara kepercayaan keluarga Choi.

"Di luar kantor boleh, hyung?" Timpal seseorang yang baru datang.

Ia adalah asisten yang terlihat lebih tampan dan berwibawa daripada si pengacara kondang dengan pakaian yang lebih casual.

"Ya." Jawab si pengacara yang disapa 'hyung'.

Deciduous

"Gadis itu sering datang."

"Maksudmu siapa, Kyu?"

"Sungmin. Lee Sungmin."

"Oh, calon pengantin wanita itu."

"Padahal sepertinya ia masih terpukul."

"Itu wajar, Kyu."

"Tapi sebaiknya ia tidak terlalu dilibatkan, hyung. Kasihan kondisi psikisnya." Kyuhyun menatap garang sosok yang ia panggil 'hyung'.

"Kenapa kau memperdulikannya sejauh itu? Kenapa pula protes padaku?" Yesung –si pengacara yang dipanggil hyung oleh Kyuhyun- bingung dengan tingkah Kyuhyun.

"Entahlah. Hanya saja, aku menaruh empati padanya." Kyuhyun menyenderkan tubuhnya di atas sofa. Yesung mengerenyit bingung.

Seorang Kyuhyun empati?

Deciduous

Sungmin semakin sering ikut serta dalam wawancara atau sekedar pemberitahuan kasus tersebut. Ia penasaran dengan semua itu. Intensitas pertemuannya dengan Yesung dan Kyuhyun meningkat. Hubungan mereka cukup akrab.

Yesung dan Kyuhyun sebagai namja, menjadi tempat curhat dan menghibur Sungmin. Sungmin merasa nyaman dengan keduanya. Ia percaya, masalah ini akan terselesaikan secara adil dengan bantuan Yesung CS.

Winter 2016

Kasus Siwon telah terselesaikan. Motif, pelaku, tersangka, tertuduh sampai vonis telah dijatuhkan.

Persaingan bisnis.

Sedikit mengingatkan kepada kematian Sungjin 2 tahun silam.

Deciduous

Sungmin tengah mendorong troley belanjaannya. Ia membelok ke arah women section, dimana terdapat barang-barang perempuan.

"Pesan tidak dibalas, telefon tak dijawab. Menyusahkan." Seseorang menggerutu pelan. Ia melirik ke arah tumpukan pembalut di hadapannya. Ia tidak mengerti barang-barang seperti ini.

"Kyuhyun?"

"Sungmin?"

Terang saja orang yang menggerutu itu tidak mengerti barang-barang seperti itu, dia seorang namja. Dan ternyata namja itu adalah Kyuhyun, asisten Yesung pengacara keluarga Choi.

"Sedang belanja?" Kyuhyun mengangguk sambil menggaruk leher belakangnya. Cukup malu tertangkap basah oleh klien di supermaket di women section.

Sungmin sendiri bingung dan kaget. Setelah mengambil beberapa pack pembalut, ia kembali mendorong troleynya.

"Kyuhyun, aku duluan." Sungmin pamit dengan senyuman di wajahnya. Kyuhyun balas tersenyum canggung. What an awkward situation.

Tiba-tiba, smartphonenya bergetar. Sang noona –yang nitip dibelikan pembalut- membalas pesan Kyuhyun yang menanyakan pembalut apa yang biasa noonanya pakai.

Noonanya sudah menjawab, tapi Kyuhyun masih bingung.

Yang mana, ya? Wing? Night? Long? WTH.-_-

Ia melirik ke ujung section. Di sana ada Sungmin yang entah sedang memilih apa. Membuang malunya jauh-jauh, ia memanggil Sungmin.

"Aku butuh bantuan." Setelah memberitahu jenis pembalut yang noonanya pesan, Sungmin tertawa.

"Tidak usah mentertawakanku." Kyuhyun masam.

"Kau tahu, aku ingin sekali tertawa dari awal bertemu denganmu. Tapi melihat wajahmu yang menahan malu, jadi tidak tega." Wajah Kyuhyun semakin asam.

Setelah membantu Kyuhyun yang kesulitan memilih pembalut, mereka berpisah.

Deciduous

"Lee Sungmin." Sungmin mengangkat kepalanya ke sumber suara yang telah menginterupsi kegiatan membacanya.

"Kyuhyun?" Mereka bertemu lagi. Kali ini di salah satu toko buku.

Mereka berbincang untuk waktu yang tak bisa dikatakan sebentar. Keduanya menyukai membaca. Mereka mengobrol tentang buku-buku, penulis dan sebagainya.

Setelah membeli beberapa buku, Kyuhyun dan Sungmin mampir ke salah satu cafe di sana. Menghangatkan tubuh dengan secangkir coklat panas. Hubungan keduanya semakin dekat.

Deciduous

"Kau kenapa, Kyu?" Noona Kyuhyun mengerenyit, heran melihat namdongsaengnya hanya bengong menatap layar handphone.

"Ani." Kyuhyun kembali terdiam memandang layar handphonenya. Disana tertera sebuah kontak dengan sebuah nomor dengan nama 'Sungmin'.

Kyuhyun pernah menghubungi Sungmin saat penyelesaian kasus pembunuhan Siwon. Sekarang, untuk apa ia menghubungi Sungmin? Kencan? Yang benar saja.

PIP

"Yoboseoyo."

"Sungmin-ah, kau ada dimana?"

"Rumah, kenapa?"

Kyuhyun mengambil nafas dalam-dalam. "Skating, yuk." Hening sejenak. Sungmin tidak langsung menjawab. Kyuhyun jadi takut Sungmin menolak ajakannya.

Jangan-jangan Sungmin tidak bisa skating. Cho Kyuhyun bodoh.

TBC

a/n:

ini pertamakalinya gue nulis TBC, wks. engga juga sih, sebenernya dulu pernah bikin rate T yang chaptered tapi itu ancur pake banget. jadey, ga gue masukin kedalam itungan, wks.

begindang nih ficnya? gimance pada penasaran? kalo jawab engga owe mo kawin sama kyu teyus poliandri sama ming, wlek.

alurnya kecepetan? kebanyakan bates-bates? sengaja. ada time sequence juga, ini gue press biar jadi 2shot. cerita awal ini gue anggep prolog yang panjang(?). sebagai pengantar ke cerita inti yaitu KyuMin.

maaf kalo maksa jadi 2shot, jadi alurnya kecepetan karena, gue menghindari chapter ea kawan u.u

maaf juga buat typo dan hal-hal mendasar lainnya seperti kesalah-kesalahan. saya manusia biasa tapi cantik jelita /plak/

udah ea bacotnya. ini fic mau dilanjut aja atau tidak?