Akhirnya, setelah meluangkan waktu-liburan-panjang-nan-singkat(?) ini dengan menggentayangi fic-fic para senpai, saso-kyon bisa membuat fic multichap yang ketiga ini dengan banyak perubahan dari survei pembelajaran kemarin (walaupun sebenernya masih dapat menyebabkan otak pecah seketika) #nyengir-lebar
Saso-kyon berharap readers tidak kejang-kejang ketika membaca fic-abal-dari-otak-error ini. Saso-kyon juga minta permakluman dari para senpai yang merasa tata cara update ceritanya dijiplak sedemikian rupa.
#bungkukbungkuk
#dilemparin-tomat-busuk
Okeh, cukup sudah bacotku ini. Jangan sampai readers jadi muntah darah. Oh iyah, di fic ini antagonisnya: Sai, Sasuke, sama Shikamaru (Gomen-nee) #siap2klik'back'. Mind to read and review? X3
Genre: Romance & Hurt/Comfort
Pairing: NaruHina #everlastinglove
Warning: OOC, Typo, Miss Typo, abal, lebai, dll.
.
.
Here it is..
Chap 1 : The signs of LOVE
Hari yang paling misterius, hari BARU...
"Ohayo, Kiba!" seorang pemuda berambut pirang berkulit tan tiba-tiba berteriak sambil menggebrak meja milik pemuda berambut coklat gelap yang baru saja mengalami serangan jantung.
"Errgh.. Hei, apa kau tidak bisa memelankan suaramu? Aku bukan orang tuli! Aku masih bisa mendengar suara pelan, mengerti?" salah seorang siswa Konoha Senior High School itu menggertak setelah acara mendengar-lagu-sambil-membaca-komik-nya diganggu oleh sahabat konyolnya itu. Namun, geraman itu hanya dibalas dengan cengiran lebar hingga mengerutkan tiga garis di pipinya.
"Ah, memangnya ada apa sih?" gerutu Kiba lagi.
"Ehehe... aku yakin, kau tidak akan percaya dengan kabar yang akan kusampaikan ini", cengiran itu semakin melebar dan tatapan matanya menyiratkan sinar keseriusan dan penuh misteri. Dan mimik wajah itu telah membuat bibir seorang keturunan 'Inuzuka' mendesis... "apa?"
"Kemarin, ayahku pulang dari luar kota.." Naruto menghentikan gerakan mulutnya dan menahan suaranya yang semakin berat akibat masa pubertas yang sedang dia alami.
"Lalu?", kata sang pendengar cerita yang berada di dekatnya berharap Naruto segera melanjutkan ucapannya.
"...lalu, dia..."
"...?"
"MEMBELIKANKU PLAYSTATION PORTABLE MODEL TERBARU!"
Dan sekali lagi tangan yang berkulit tan itu menggebrak meja (malang) yang berada di hadapannya. Semua benda yang tergeletak di atasnya berloncat-loncatan mengikuti arah gerak gravitasi bumi. Sang pemilik barang-barang itupun ternganga memikirkan ocehan apa yang akan keluar dari mulutnya apabila barang-barang kesayangannya itu mengalami kerusakan parah hanya gara-gara tingkah bedebah Naruto.
"WOW.. KEREN! Minato-sama baik sekali memberikan PSP barumu itu.." Kiba berlagak terkejut,".. Nah, sekarang lebih baik kau duduk dan berfantasilah sendiri dengan Playstation barumu itu!"
"Jadi?"
"Jadi, bermainlah sendiri karena aku sama sekali tidak tertarik. Mengerti, dobe?" sang pemilik anjing keturunan serigala itu segera mengambil buku komiknya dan kembali memasang headset-nya tanpa memperdulikan seorang penggila game di hadapannya.
"Uh, dasar sombong!"
##LONG DISTANCE##
"Ohayo, Hime-chan!" sapa dua orang gadis secara serentak.
"Ohayo, Sakura-chan! Ohayo, Ino-chan!" seorang gadis berambut indigo membalas sapaan kedua sahabatnya itu. Ia menyunggingkan sebuah senyuman penakluk yang dapat melelehkan hati setiap pria yang melihatnya.
"Umm, Hinata-chan.." tiba-tiba gadis bermata emerald itu mendekatkan wajahnya ke telinga sahabatnya yang berwajah polos dengan semburat merah tipis di pipinya. Ia berbisik pelan, "..Ino-chan ternyata suka dengan Sai-kun, lho!"
Sontak gadis berwajah seperti Dewi Bulan itu tertawa kecil setelah menangkap kata-kata yang melintasi gendang telinganya barusan. Dan sang korban pembicaraan itu mendapat firasat buruk ketika melihat kedua sahabatnya berbisik-ria.
"Ehem.. sepertinya telingaku terasa panas", sela Ino sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam kepada kedua orang teroris di hadapannya. Namun, kejengkelannya hanya dibalas dengan suara tawa.
"Ahaha, sudahlah! Ayo, masuk kelas, jangan sampai kita terlambat hanya gara-gara menggosipkan Ino-chan", sindir Sakura. Kali ini, gadis berambut pirang itu hanyut dalam senda gurau sahabat-sahabatnya.
##LONG DISTANCE##
Teet.. Teet..
Bel pulang berbunyi. Kini saatnya bagi para siswa berhamburan keluar melepas penat dari kediaman sebelumnya.
"Wah, ternyata kau punya selera yang lumayan romantis juga ya, Kiba-kun?" tanya Naruto yang sama sekali tidak percaya kalau sahabatnya itu mempunyai hobi membaca dan menonton film bertema-kan cinta remaja.
"Yah, begitulah. Mungkin aku telah tertular virus dari kakakku yang doyan nonton drama", tukas Kiba menuduh Shion yang tidak pernah melewati jadwal acara 'Last Kiss' dari televisinya.
"Umm.. kalau begitu, berarti kau ahli dalam masalah cinta, bukan?" pertanyaan bodoh keluar dari ulut orang yang pastinya juga bodoh.
"Pertanyaan macam apa itu? Memangnya ada hubungan apa denganmu?" tanya Kiba dengan ketus sembari mengambil dan meletakkan tas di punggungnya.
"Ah, dasar pelit", desah Naruto.
Mereka segera meninggalkan kelas mereka. Namun, anak dari keluarga Namikaze tersebut terlihat tergesa-gesa dan mengangkat mukanya. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan bagi orang yang berada di belakangnya.
"Hei, tunggu! Kau ini dobe, begitu saja marah", Kiba mengejar dan menepuk pundak sahabatnya yang sedang cemberut itu.
"..."
"Ya sudahlah, apa yang mau kau tanyakan?" tanya Kiba lagi yang akhirnya menyerah dengan tipuan Naruto.
"Nah, begitu dong!" seru Naruto puas mendengar perkataan barusan.
"Hmmh.. dasar! Cepat, apa yang mau kau tanyakan? Aku jawab kalau aku tahu".
"Hmm.." pemuda berambut pirang itu terlihat sedang berpikir keras dan melanjutkan kata-katanya, "... apa tanda-tanda orang yang sedang jatuh cinta?"
Mendengar kalimat itu, sontak pemuda bermarga 'Inuzuka' itu menghentikan langkahnya dan tertawa sekencang-kencangnya. Tawa besar itu sungguh mengundang perhatian siswa lain di sekitarnya untuk mengarahkan pandangan mereka dan mengangkat sebelah alis mata.
Karena reaksi itu terjadi tepat di sebelahnya, Naruto merasa risih dan mencoba menghentikan tindakan-mengundang-tanya itu.
"Psst.. Apa-apaan kau ini, Kiba?", bisiknya dengan suara perlahan.
"Ahaha.. aku.. Ahaha! A-aku tidak menyangka akan mendengar pertanyaan itu dari mulut bodohmu itu", sindir Kiba yang benar-benar tidak percaya. Sedangkan Naruto hanya melemparkan tatapan sinis kepada orang itu.
"Oke.. baiklah.. Gomen-nee, Naruto!" Namun mata tajam itu masih belum berpaling dari wajah sang tersangka penghinaan.
"Hmmh, memangnya kau sedang jatuh cinta ya, dobe?" lanjut Kiba dengan pertanyaan mengundang emosi yang membuat jantung Naruto berdegup semakin kencang.
"Eh, uh, bukan! Bukan aku.." jawabnya dengan terbata-bata.
"Lalu siapa?"
"Ah, kau ini. Dari tadi kau itu belum menjawab pertanyaanku.."
"Ya,ya, ya! Akan ku beritahu!"
Mereka berdua akhirnya sampai di tempat parkir motor yang tepat berada di samping gerbang sekolah. Kiba melihat ke arah langit indah yang menjelang sore itu sambil melanjutkan kembali percakapan yang sempat terhenti, "jadi, biasanya kalau orang yang sedang jatuh cinta itu akan selalu memperhatikan orang yang dicintainya, kemanapun ia pergi..." jelas peuda berselera romantis itu secara panjang lebar. Namun, penyakit-tidak-sopan Naruto kembali kambuh.
Sementara penjelasan itu berlangsung, ia tidak memandang pembicara itu sama sekali. Bahkan justru ia mengarahkan pandangannya ke arah lain, yaitu seorang gadis cantik yang terlihat sedang menunggu seseorang di luar gerbang .
Seorang gadis cantik nan anggun yang populer di sekolah ini. Ia memiliki banyak penggemar laki-laki (fansboys), termasuk Naruto ini.
Pandangan matanya tidak pernah lepas dari sosok wanita indah tersebut. Senyumannya yang ia berikan kepada teman-teman bahkan penggemar yang melewatinya, sudah berkali-kali membuat jantungnya hampir meledak. Tetapi sayang, ia memiliki saingan berat.
"... dan biasanya, kalau kita melihat orang yang kita cintai itu bersama orang lain, otomatis hati ini akan terasa perih. Walaupun itu hanya perbincangan santai.." lanjut Kiba yang belum sadar kalau ucapannya hanya melewati lorong telinga Naruto. Bertepatan dengan kata-kata itu, tiba-tiba terlihat sesosok pria berambut hitam pekat dan bermata onyx sedang mendekati dan meletakkan tangannya di atas punggung indah milik gadis idamannya tersebut. Mereka terlihat sedang bercakap-cakap dengan santai. Dan terkadang, terlihat semburat merah tipis dari pipi sang gadis lembut itu.
Peristiwa itu sungguh memberkas di hatinya walaupun terlihat sangat sepele.
"... jadi sekarang kau sudah mengerti belum, dobe?" Kiba yang sedari tadi berbicara sendiri seperti kehilangan pikiran dan jiwa itu akhirnya mencoba mengarahkan pandangannya kepada sang pemilik mata saphire di depannya.
"Ya, sekarang aku sudah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta..."
"Eh? Secepat itu kau menangkpnya, dobe?"
Sang pemilik julukan 'dobe' itu terlihat muram dan lesu. Tak buang waktu lama, ia segera mengambil kunci sepeda motor matic-nya di kantung celana hitam sebelah kanan, dan segera menyalakan alat transportasi pribadinya.
BRUMM!
"Hei, apa-apaan kau ini? Dasar orang tidak tahu balas budi..." sang dokter cinta itu mengamuk setelah pasiennya hendak meninggalkan dia sendiri tanpa ucapan terima kasih. Namun kesialan itu meninggalkan raut wajah yang terlihat muram. Hingga pada akhirnya ..
WUUSH!
"HEI, BAKA! TEGA-TEGANYA KAU MENINGGALKANKU!" Kiba berusaha mengejar pria yang tak tahu diri itu dengan sekuat tenaga. Tetapi nasib berkata lain. Kali ini ia harus pulang ke rumahnya sejauh 5 km dengan... BERJALAN KAKI!
"Ah, sial kau dobe! Andai tadi aku tidak jajan..."
Penyesalan selalu datang di belakang.
##LONG DISTANCE##
Gadis itu menghentakan kakinya berkali-kali ke atas lantai.
DRAP.. DRAP.. DRAP!
"Ayo, cepatlah sedikit Sakura-chan.." gadis berkuncir menjulang itu terlihat sangat tidak betah menonton seorang gadis genit berambut merah muda tengah mempercantik dirinya di depan cermin, "... apa kau tidak sadar kalau aku dan Hime-chan sudah duduk selama berjam-jam hanya untuk melihatmu menyisir rambut anehmu itu?"
"Tenang saja Ino-chan.." perempuan itu membalikkan tubuhnya untuk menatap kedua sahabatnya yang tengah duduk, "... Sai-kun tidak akan bosan untuk menunggumu".
Sontak mata Ino membulat dan menekuk bibirnya . sedangkan Hinata hanya tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua.
"Kurang ajar kau..." tiba-tiba raut wajah gadis itu berubah sinis dengan cengiran lebar di bibirnya, "... Sasuke-kun?"
DHEG!
"Oh.. ja-jadi Sakura-chan menyukai Sasuke-kun ya?" gadis indigo itu semakin tersenyum mengetahui ulah temannya yang semakin menjadi-jadi.
"Ah, eh, ti-tidak! Ino-chan berbohong!" Sakura mencoba mengelak dari tuduhan itu. Namun, usahanya sia-sia karena sahabatnya sendiri justru malah semakin memojokkan dirinya.
"Oh, begitu ya? Lalu, bagaimana dengan kalung dari Sasuke-kun yang masih menggantung di lehermu itu, heh?"
"Ah, Ino-chan! Bilang saja kalau kau itu iri denganku!"
"Apa?"
# ?/&!*...
Mereka berdua terus mengoceh hingga mengulur waktu yang cukup lama. Seperti biasa, Hinata hanya tertawa geli dan menggelengkan kepala. Walaupun sebenarnya, ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya.
##LONG DISTANCE##
FINISHED
Gimana fic-nya? Bagus kan? #muntahmuntah
Jelek kah? #angkatjarijempol
Tak disangka, otak error-ku ini dapat menghasilkan sebuah fic selebar ini. Di chap 1 ini emang belom jelas semuanya. Tapi tunggu aja di next chap, mungkin akan lebih jelas #dilemparbolabasket
Mind to Review? Flame juga gapapa deh. Akan kucoba untuk menahan hati..
Arigatou Gozaimashu udah mau baca fic abal ini...!
