Prolog
.
.
.
.
Kau bilang kau sudah mengalami semua kisah cinta.
Dari cinta manis yang begitu polos hingga cinta terbrengsek yang hanya untuk kesenanganmu.
Aku penasaran bagaimana kau menyebut dirimu sendiri ekspert tentang itu. Aku pandai soal copying.
Aku penasaran bagaimana milikmu bekerja padaku.
.
.
.
.
.
"Ge, apa kau mencintaiku?"
"Tidak. Tapi aku berencana begitu,"
"Berencana apa?"
"Berencana mencintaimu. Yeah I don't know how and when. Let's see,"
.
.
.
.
.
Aku mengurung diriku yang sebenarnya jauh sangat dalam.
Hingga aku tak mengijinkan siapa pun melihat ke dalam sana.
Aku tidak mengalami sebanyak milikmu, tapi aku mengalami masing-masing satu dan aku belajar memahami rasanya.
Apakah luka itu selalu indah?
Aku sering lupa kenapa aku disini.
Aku sering lupa kenapa aku melihat ke arah mu terus menerus.
.
.
.
.
.
"Ge.."
"Hm?"
"Aku mencintaimu,"
".…."
"I miss you,"
"I miss you too,"
.
.
.
.
.
Aku terkejut bagaimana kutukan ini begitu mempan menyegelku begitu kuat.
Dan aku mulai lupa kenapa aku jatuh padamu.
Aku lupa kenapa aku berlari ke arahmu.
Bagaimana bisa sebuah dunia runtuh dalam sekejap?
Ah, Tuhan bahkan hanya butuh semalam untuk menciptakan dunia ini.
.
.
.
.
.
"Aku tidak banyak bicara dan tertutup. Aku tidak banyak bergaul. Tapi sejak kau muncul, BOOOOMMM!"
"Waw, keren. Aku pasti sangat berpengaruh dalam hidupmu. Kau pasti tidak bisa melupakanku seumur hidup,"
.
.
.
.
.
"Hei, ku rasa kau harus menjadi milikku, tuan,"
"Hentikan leluconmu. Aku tidak akan terjebak lagi,"
"Aku serius, hyung. Aku ingin kau jadi milikku. Aku menyukaimu. Aku ingin kau selalu menemaniku."
"Kau terlalu manis,"
.
.
.
.
.
