WARNA
Author: Baekyoo
.
.
.
############
Tap..tap..tap..
.
Pemuda penjual bunga itu tampak terkejut kala merasa seseorang tengah berdiri didepannya. Tangannya yang sebelumnya bergerak membereskan tangkai-tangkai bunga kini berhenti dan ia gunakan untuk menyapu helaian rambut yang menutupi matanya.
.
.
"Maaf, tapi aku hendak pulang. Bisakah kau kembali besok?" kata pemuda itu lembut dan penuh penyesalan.
.
"..."
.
.
Pemuda itu mendengus saat tak ada jawaban yang ditunggunya. Mungkin ia sudah salah dengar tadi, atau bisa saja tadi itu adalah anak-anak jahil yang sering mengerjainya.
.
"Hey.." pemuda itu memastikan lagi, dan masih sama, tak ada sahutan. Huh, ia sudah cukup kebal akan ini. "dasar bodo-.."
"Ayo pulang." Sebuah suara menyahut. Nadanya memerintah dengan dingin. Pemuda penjual bunga tahu betul suara siapa itu.
"Sehun?" panggilnya "Kukira kau tadi siapa.."ujarnya senang.
"Ayo pulang." Kata pemuda yang bernama Sehun dengan ketus. Pemuda penjual bunga itu tak ambil pusing dengan itu,ia bangkit dari duduknya dan mengangguk senang.
"oh geudae.. tapi setelah semua ini selesai,ok?"
.
.
.
####WARNA####
.
.
.
"Tadi banyak sekali yang membeli bunga mawar..mungkin karena hari ini adalah hari kasih sayang. Bukankah itu manis?" Jongin- si penjual bunga itu- berkata dengan senang. Tak ada guratan lelah disana, padahal sudah seharian ini ia menjual bunga, apalagi akhir-akhir ini musim dingin menyapa kota Seoul dengan tak bersahabat. Harusnya Jongin bisa saja sakit, atau lebih ringannya ia terkena pilek, tapi kenyataannya tidak. Jongin lebih kuat daripada kelihatannya.
.
.
Tak ada sahutan, lagi. Jongin jadi merasa berbicara sendiri sejak tadi. Habisnya ia saja yang berbicara, sementara yang diajak berbicara hanya diam. Sehun tidak bisu 'kan?
.
"sehun?" Jongin menghentikan langkahnya dan berekspresi seolah-olah sedang merajuk. Tetapi Sehun terus berjalan dan megacuhkan Jongin.
.
Jongin membuang nafasnya kesal. Sehun selalu seperti ini, acuh dan menyebalkan. Sebenarnya mereka bersaudara, itu sejak 3 tahun yang lalu, saat Sehun masih duduk di bangku SMP kelas 3. Bukan karena orangtua mereka menikah bersama, tidak, karena Jongin itu yatim piatu. Lebih tepatnya karena orangtua Sehun mengadopsi Jongin dari panti asuhan. Tapi jika dilihat dari tingkah Sehun, mereka sama sekali tidak kelihatan seperti kakak adik, setidaknya Jongin tahu hal itu yang diharapkan oleh Sehun. Ia cukup sadar akan posisinya yang salah dimata semua orang, dimata Sehun tentunya. Jongin kerap jadi merasa bersalah, telah memasuki hidup Sehun dan keluarganya, apalagi dengan kekurangannya yang bisa dibilang merepotkan dan.. euh memalukan.
.
Jongin membetulkan letak tas punggungnya dan berlari lurus, menyusul langkah Sehun yang sepertinya sudah jauh didepan. Keranjang bunganya ia pegang erat-erat agar tidak tumpah. Tapi tongkatnya ia biarkan terangkat keudara, tak menyentuh tanah. Mengabaikan fakta bahwa hal itu berbahaya bagi dirinya.
.
Dan benar saja..
.
Sehun menghentikan langkahnya saat mendengar bunyi jatuh tepat dibelakangnya, itu pasti Jongin. Merepotkan.
Ia segera berbalik dan berlutut dihadapan Jongin yang tengah meringis kesakitan. Bunga-bunga layu yang ada dikeranjangnya berhamburan tak karuan. Untung saja tongkatnya tidak patah.
"Idiot!" cela Sehun, Jongin tertegun, kemudian ia tertawa renyah ditengah kesakitannya. Lututnya lecet dan berdarah. Sehun jelas bisa melihat lukanya karena celana Jongin kini sobek, meskipun tak begitu parah.
"habisnya kau mengacuhkanku lagi.." kata Jongin,membuat Sehun berdecak dan beranjak memunguti tangkai-tangkai bunga yang bertebaran dan memasukkannya kedalam keranjang. Mengabaikan Jongin dihadapannya yang terluka.
"sekarang bagaimana? Aku tidak mau menggendongmu!" kata Sehun kesal.
"aku masih bisa jalan.." Jongin ikut-ikutan mengambili tangkai bunga, tapi hanya yang ada didekatnya saja.
"kakimu luka, bodoh"
Jongin tersenyum. Ternyata Sehun masih perduli padanya.
Kemudian ia menarik tas dipunggungnya dengan perlahan. Mengambil sesuatu didalam sana dan memberikannya pada Sehun yang ia kira-kira ada didepannya.
.
"mawar?" Sehun menatap Jongin ragu dan menghentikan kegiatannya sejenak.
"untukku?"
.
.
Jongin mengangguk dan tertawa "selamat hari kasih sayang, Sehun" kata Jongin. "tadi aku sengaja menyisakan satu untukmu..
karena.."
.
.
"karena aku menyayangimu, Sehun.. Adikku yang tampan.."
.
.
.
####WARNA####
.
.
.
Tuan Oh memakan nasinya dengan senang, karena hari ini adalah hari pertamanya untuk makan bersama anggota keluarganya yang baru, Kim Jongin... Oh Jongin.
Ia mengadopsi Jongin kemarin, Nyonya Oh juga setuju akan hal itu. Mereka pikir dengan adanya Jongin, Sehun jadi punya teman dirumah saat mereka pergi untuk bekerja. Apalagi mereka tahu kalau Jongin itu anak yang sangat baik, jadi tidak ada masalah.
"mana Sehun?" tanya Tuan Oh tiba-tiba. Sejenak ia lupa akan anak kandungnya sendiri, sekarang ia baru ingat kalau Sehun tak ada. Bangkunya kosong dan nasinya juga masih penuh, belum tersentuh sama sekali.
"dia tidak turun, entahlah.." jawab Nyonya Oh setengah murung. Tuan Oh berdecak dan menatap Jongin yang kini menunduk dalam.
Ia tahu Jongin pasti merasa tidak enak, karena nyatanya Sehun tak menyukai kehadiran Jongin dalam kelurga kecilnya.
"Jangan pikirkan anak itu," ujar Tuan Oh, mebuyarkan lamunan kecil Jongin.
" makanlah lagi, dagingnya masih banyak, aku akan memotongnya untukmu." Katanya lagi, nadanya lembut, membuat Jongin menjadi lebih nyaman.
"N-ne,a-abeoji."
.
.
#
.
"Sehun-ssi.." panggil Jongin diluar kamar Sehun. Agak keras, karena didalam kamar Sehun terdengar sangat berisik oleh musik yang Jongin saja tidak tahu itu apa. Yang jelas penuh dengan teriakan dan petikan gitar listrik yang memekakkan telinga.
Jongin merapatkan pegangannya pada baki dan mengetuk pintu kamar Sehun untuk kesekian kalinya, namun tetap tak ada sahutan dari dalam.
"mungkin Sehun tidur" gumam Jongin tak yakin. Dengan ragu ia membuka pintu kamar Sehun, berhati-hati agar tak membuat keributan yang sekiranya akan mengganggu adik barunya itu.
Kemudian Jongin melangkahkan kakinya masuk kedalam, tangannya meraba-raba sekitar, berusaha untuk tidak menyenggol sesuatu yang ada didekatnya. Jongin menemukan meja, tepat di samping ranjang. Ia meletakkan baki penuh makanan bawahannya disana.
Tapi saat ia hendak berbalik pergi, suara Sehun terdengar keras, lebih keras daripada musik yang kini meraung-raung tak jelas ditelinga milik Jongin.
"kubilang kau sedang apa?!" sehun terdengar sangat marah, tak suka dengan kehadiran Jongin dikamarnya.
Jongin berbalik dengan takut-takut dan berbicra tergagap
"eh..eh..a-aku s-sudah mengetuk pintu,t-tapi tidak ada jawaban-.."
"jadi kau masuk begitu saja,iya?!" potong Sehun ketus. Nadanya masih sama, tinggi dan penuh dengan penekanan.
"m-maafkan aku.." Jongin mulai berkaca-kaca, ia takut, sangat.
Sehun- saudara barunya- sepertinya sangat membenci Jongin.
Sehun yang melihat Jongin hendak menangis jadi agak menyesal. Ia berdecih dengan keras.
"bodoh! kalau tidak ada jawaban ya jangan masuk" Sehun berkata sedikit pelan, ia mematikan musik diradio tapenya dan berjalan kearah lemari dengan kesal, hendak berganti baju.
Ia memang baru saja mandi, dan hanya memakai handuk dipinggang. Tapi bukan itu masalahnya, toh meskipun ia telanjang sekalipun, tetap saja Jongin tidak akan bisa-
.
.
-melihat.
Jongin buta. Total.
Dan Sehun tidak suka. Ia tidak suka punya saudara baru, apalagi yang buta seperti Jongin. Sehun malu, mau ditaruhmana harga dirinya didepan teman-temannya nanti?
Sehun si pangeran sekolah, kini punya saudara baru yang buta. Cih.
.
"keluarlah, aku naked" ujar Sehun, mencoba lebih tenang.
Jongin membulatkan kedua bola matanya yang basah, kemudian ia keluar kamar Sehun dengan cepat dan jangan lupakan wajahnya yang kini semerah tomat buah. Ia menutup pintu kamar Sehun dengan sedikit bantingan, efek dari keterkejutannya barusan. Nghh, Jongin tak bisa membayangkan betapa lancangnya ia masuk kedalam kamar Sehun saat Sehun dalam keadaan.. mm..tak usah dilajutkan.
"m-ma-maafkan a-aku, s-sehun-ssi" kata Jongin diluar kamar.
Ia menunggu jawaban dari Sehun selama beberapa saat, namun ia hanya dapat membuang nafasnya karena tidak ada sahutan sedikitpun dari Sehun. Ada rasa sedih dan kecewa yang tergambar jelas diwajah Jongin sekarang.
Baru saja ia hendak pergi dengan wajah tertunduk, suara Sehun menyapa pendengarannya.
"oke, baiklah! Aku memaafkanmu! Jadi cepat pergi dari depan kamarku!" seru Sehun dari dalam, hal itu mebuat Jongin tersenyum dengan lebar. Mungkin butuh waktu bagi Jongin untuk membuat Sehun menerima kehadirannya. Bukan sekarang memang, mungkin besok, atau besoknya lagi, lusa mungkin, ah, Jongin tidak tahu kapan itu akan terjadi yang jelas ia akan mebuat Sehun menyukainya, pasti.
"aku mengerti, Sehun-ssi"
.
.
.
####WARNA####
.
.
.
"selamat hari kasih sayang, Sehun"
"tadi aku sengaja menyisakan satu untukmu..
karena.."
"karena aku menyayangimu, Sehun.. Adikku yang tampan.."
.
.
Sehun mengerang saat mengingat kata-kata Jongin dijalan tadi.
Adik?
Demi apapun Sehun tidak mau menganggap Jongin sebagai kakaknya. Ia benci pada Jongin dan itu tidak akan pernah berubah.
Harusnya sih begitu.
Karena..
Jongin..
mengganggunya,
merepotkannya,
membuatnya malu,
membuatnya sering dimarahi,
mm.. apa lagi? Sehun rasa hanya itu.
Tapi, apa yang ia lakukan pada Jongin jelas lebih banyak daripada itu semua 'kan?
Hey, kenapa Sehun baru sadar? Kalau dipikir-pikir Jongin sama sekali tak berbuat kesalahan yang besar padanya, bukan, Jongin bukan tipe orang yang seperti itu. Lalu kenapa ia bisa jahat sekali pada Jongin?
"AHH!" Sehun mengerang lagi.
Seperti orang yang kehilangan akal, ia mencoret-coret buku PRnya dengan brutal. Tak perduli jika akhirnya buku yang tidak bersalah itu menjadi korban kegilaannya. Akhir-akhir ini ia jadi sering memikirkan Jongin yang sering ia perlakukan dengan tidak baik. Bisa dibilang mungkin Sehun menyesal? Ah tidak, tidak mungkin.
.
Tok..tok..
.
Suara ketukan pada pintu kamar miliknya menghentikan sejenak aksi Sehun menghancurkan buku Prnya sendiri.
Sehun mendengus dan beranjak dari duduknya, hendak membukakan pintu untuk seseorang yang mengganggunya kali ini. Bisa ditebak siapa lagi yang akan mengganggunya. Pasti Jongin, pasti. Tidak mungkin itu orangtuanya, karena mereka sedang pergi keluar negeri, seperti biasa. Meninggalkan Sehun sendirian, bersama dengan Jongin yang buta dalam kurun waktu yang biasanya cukup lama.
.
"wae?" tanya Sehun saat melihat Jongin berdiri didepan pintu. Ia menatap tepat dimata Jongin yang hampa, entahlah, Sehun terbiasa melihat kemata Jongin setiap kali berbicara. Meskipun ia tahu Jongin buta dan tidak akan balas melihatnya. Tapi justru karena itulah ia jadi sering memandang mata Jongin, tanpa takut ketahuan.
Ia suka mata Jongin, mungkin. Mata yang jernih dan tulus, Sehun suka. Tapi ia tidak pernah sekalipun mengakuinya.
"tadi ibu menelepon" kata Jongin dengan senyum lebarnya.
.
"lalu? Apa hubungannya denganku?"
"mereka bilang tidak bisa pulang bulan depan, katanya sibuk. Mungkin 2 bulan lagi baru pulang.." Jongin menjelaskan dengan pelan. Sebetulnya bukan itu yang ingin ia bicarakan pada Sehun, ada hal yang lain.
"oh" Setelah itu Sehun menutup pintunya, tak perduli meskipun masih ada Jongin disana.
Jongin terkejut. Hey, ia masih punya hal lain yang ingin dibicarakan pada Sehun.
.
Tok..tok..
.
Jongin mengetuk lagi. Sehun membukanya dengan jengkel. Menatap Jongin seolah berkata 'mau cari masalah,eoh?'
"apa lagi?" Sehun bertanya dengan ketus, membuat nyali Jongin jadi sedikit ciut.
"emm.. Sehun.."
Jongin menelan ludahnya dengan susah payah. Sejenak ia mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk dikeluarkan, agar tak membuat Sehun marah padanya. Kemudian ia menyodorkan dua buah tiket kehadapan Sehun. Tiket Bioskop.
"mau nonton bersamaku?"
.
.
.
TBC!
Haha, lagi-lagi post ff gajelasz -_- abis aku gak srek bgt ama lanjutan FF Zona Bahayanya itu aduh hancur bangeeeeet huhu T.T
Karena lagi suka bingitz ama lagunya JIN yang GONE, aku jadi pengen buat HunKai yang kyea giniehh, hehe ;A;
sumpah aku suka banget ama MV ituuuuuuu (9;A;)9
aku gaterima Xiumin ninggalin ceweknya pergi matii! ( ) harusnya happy ending dong! Kasian kan cewenya HUWEEEEE (T_T)
kok jadi mbahas MV? -_-)a
oke, bye~ mohon komentarnya ^^)a
