Author : ZaKhazaKaizzz
Title : We Have It (sequel of Family's dream)
Cast : Kris dan Lay
Genre : Romance
Rated : NC17-…..
Warning : GS for Lay bahasa tidak beraturan, banyak typo. Dan ini seriusan bukan bacaannya seumuran za, bagi yang belum cukup umu, silahkan kembali ke halaman sebelumnnya…
Desclimer : All Casts are belong them self and God, but this fiction is mine, so please don't copast and don't plagiating.
Za dapet masukan dari beberapa reviewers dan sebenarnya za juga setuju banget sih sama masukkan dari mereka. Jadi za memutuskan untuk bikin sequel family's dream dehhh biar gak terasa menggantung ceritanya J
Review lagi ya readers J
DLDR !
RnR Juseyo ^^
Kris pov
Aku baru saja membersihkan tubuhku yang lengket karena aktivitas semalamku bersama Lay :D ahhh senangnya…
Ku lempar handuk kecil yang tadi ku gunakan untuk mengeringkan rambutku yang basah, mengganti bathrobe dengan kaus santai dan celana berwarna cream selutut.
"sepi sekali" gumamku saat menuruni tangga menuju lantai satu.
Setelah sampai di lantai satu, hidungku mencium aroma yang sangat enak berasal dari mengintip, dan ternyata sosok yang ku cari sejak tadi sudah ada di dengan tumpukkan sayuran dan bahan-bahan lainnya.
"kenapa kau bangun duluan?" tanyaku. Ia hanya menoleh dan kembali memotong beberapa sayur lalu menceburkannya pada panci berisi air di atas kompor.
"kau sedang masak apa?" aku melirik dari balik punggungnya untuk melihat apa yang sedang di masak oleh istriku.
"sup kanada spesial untuk suamiku yang telah lelah bekerja seminggu kemarin" sungguh, aku merasa sangat senang. Lay mulai mau menggodaku. Ku peluk tubuhnya dari belakang sebagai balasan. Sementara ia masih tetap mengiris sayuran dan menceburkannya kembali.
"mommy dan eomma ke mana?"
"EKHEM"
Aku tahu dua suara ini milik siapa. Heol!, dasar ibu dan mertua tidak tahu situasi. Aku ini kan sedang bermesraan dengan Lay, kenapa mereka mengganggu kami? Apa mereka tidak pernah bermesraan dengan suami-suami mereka?
"Kris, biarkan Lay dan kami menyelesaikan sarapan untuk pagi ini dulu" ucap ibu mertuaku.
"tapi aku ingin bersama Lay. Eomma dan mommy saja ya yang masak, biarkan Lay menemani suaminya, ne?" usulku.
"TIDAK! Kalau kami mengizinkan Lay menemanimu, kau pasti akan membawanya ke kamar, lalu kemudian…. Huwaaaaa pokoknya TIDAK!." Menyebalkan ibu bisa tahu kalau yang ku maksud adalah seperti itu? TT_TT
"arada"
Dengan lesu aku keluar dari dapur dan menemukan ayah dan juga ayah mertuaku sedang mengobrol di ruang hal seperti ini yang biasa dilakukan oleh para suami saat menunggu istrinya memasak?Mengobrol kalau ada teman, dan membaca Koran juga minum kopi saat hanya sendirian.
Makan pagi ini terasa begitu lengkap. Ayah mertuaku yang duduk berhadapan dengan ibu mertua, ayah dan juga ibu yang sama-sama berhadapan, lalu aku dan Lay yang juga berhadapan, sangat pas dengan enam kursi yang tersedia.
"chagiya, tolong ambilkan aku supnya lagi" aku menyerahkan mangkuk putih yang tadi ku gunakan untuk memakan sup kanada buatan istriku. Kalian tahu rasanya?Ini sangat enak, Lay sungguh-sungguh pandai dalam hal memasak.
"aih~~ kalian romantis sekali~~~" ibuku menjerit seperti gadis yang idolanya berpasangan dengan idola lain yang ia sukai.
Aku hanya tersenyum menanggapi uacapan ibu. Jujur saja, baru satu hari ini aku merasakan keberadaan arti pernikahan diantara aku dan Lay. Sedikit menyesal juga karena ketika membangun keluarga ini bukan berdasarkan cinta.
.
Sore tadi, ibu dan ibu mertuaku sudah pergi dari rumah sepi ada teriakan dari ibu, tidak ada omelan dan juga tidak ada larangan mengganggu Lay dari ibu mertuaku. Memangnya apa salahku? Aku tidak mengganggunya sama sekali.
Tadi pagi, hanya memberikan pelukan selamat pagi dan…
"ah~ aku lupa ciumanku hari ini"
Sejak tadi sepertinya Lay menghilang dari hadapanku. Seharusnya dia menemaniku menonton televisi, itu akan lebih romantis. Kemana dia, ya?
Aku menaiki tangga menuju kamar Lay, ternyata menonton televisi sendirian itu sekali, aku harus segera memindahkan pakaian dan semua peralatan milik Lay ke kamarku. Dia kan istriku, jadi harus satu kamar juga denganku.
Nafasku melega saat melihat ternyata sosok yeoja yang sejak tadi ku cari tengah duduk di dalam kamar sana.
Kini, tanpa permisi aku sudah berani masuk ke dalam kamarnya yang tentunya akan menjadi kamar kami. Ia pun menyadari kedatanganku.
"itu… obat apa?"
Sepertinya ada yang aneh. Seingatku, saat semalam aku dan Lay ingin bercinta, aku mengambil obat kapsul dengan warna merah di botolnya, kenapa botol obat yang ia pegang saat ini berwarna biru?
"ini obat yang ku minum sejak operasi amandelku waktu itu. Dokter bilang, aku tidak boleh lupa meminumnya sesuai jadwal. Kalau tidak, besar kemungkinan pembekuan darah di tubuhku akan sangat tidak baik. Yah~ semacam obat bantuan untuk melancarkan pembekuan darah" jelasnya.
Syukurlah, ku kira ia menderita penyakit lain.
"hari itu… jangan bilang kau lupa meminumnya? Jadi saat kau jatuh, pembekuan darah di kakimu tidak stabil lagi?Apa benar?" aku mengungkit kembali saat Lay yang berlari mencariku yang mengejar Minho, yang berakhir dengan dirinya yang jatuh di halaman rumah orang tuaku.
Ia menunduk dan aku juga melihatnya mengangguk kecil "mianhae".
Kris pov end
.
Normal pov
"aku tidak ingin ayah dan ibu kecewa karena kita datang terlambat"
Kris yang tadinya ingin memarahi Lay, menjadi tidak tega melihat raut wajah Lay yang begitu sedih. Memang seharusnya ia tidak memarahinya. Karena hal itu akan membuatnya semakin merasa sakit.
Ia berjalan mendekat ke arah Lay dan merengkuh tubuh yeoja tersebut yang masih dalam keadaan duduk. "gwaenchanna. Itu sudah berlalu, kan? Jangan ulangi lagi!" dapat merasakan bahwa kepala yang sejajar dengan perutnya itu seperti bergerak mengangguk.
"kalau begitu, mulai saat ini aku akan memasang alarm agar kau tidak lupa meminum obat ini" pria tersebut melepas pelukannya dan menekan beberapa tanda baca di Layar sentuh tertawa ringan melihat bentuk perhatian Kris untuknya.
operasi pertama Lay saat menuntutnya agar menyimpan dua jenis obat. Di botol pertama yang bertanda merah adalah berisi obat untuk membantu menstabilkan darah yang keluar saat ia terluka, obat ini jugalah yang selalu ia konsumsi saat ia datang bulan juga ketika semalam ia dan Kris *ekhem* melakukan 'itu'. Meskipun darah akan tetap keluar, tapi setidaknya tidak akan mengganggu kondisi tubuhnya.
Botol kedua ia beri tanda warna biru. Botol ini berisi lebih banyak obat, karena Lay rutin meminumnya agar membantu menstabilkan pembekuan darah dalam tubuhnya. Seperti semacam terapi agar ia bisa bebas dari penyakit ini.
Dokter bilang, penyakitnya tergolong penyakit yang sangat sangat ringan, jadi kemungkinan sembuh masih berada di atas 80%.Hal itulah yang membuatnya tetap semangat untuk terus terapi dan juga cek ke rumah sakit. Meskipun begitu, ia tetap tidak boleh kelelahan, karena itu sama saja mematahkan semua kemungkinannya bebasa dari hemophilia.
Satu lagi… kondisi Lay saat ini membuatnya harus menghindari dari kata 'melahirkan'.
"kau sedang apa?"
"melanjutkan tulisanku. Kau tidak ada kerjaan lain?"
"kenapa? Kau tidak ingin ditemani suamimu ini, eoh?"
"ah tidak.. bukan begitu"
Kris menjauh dari Lay, ia berjalan menuju kasur dan berbaring di tengah-tengahnya.
"ayo sini! Temani aku tidur siang!" ucapnya sambil menepuk-nepuk begian isyarat agar Lay berbaring di sebelahnya.
"tidur saja! akumasih ingin melanjutkan tulisanku, Kris" jawabnya. Lay kembali berkutat pada laptop berwarna putihnya.
Kris merasa kesal karena Lay mengabaikannya, akhirnya ia kembali bangun dan menghampiri Lay yang sudah mulai sibuk mengetik tulisannya.
Kris berdiri di belakang Lay yang tengah duduk, memeluk pundaknya dari belakang. Ia memperhatikan layar yang menampilkan hasil ketikan jemari lentik milik istrinya. Matanya tak sengaja melihat judul yang tertera di atas tools bar Microsoft word tersebut. Di sana tertulis sebuah judul yang sangat indah. 'keluarga impian'.
"memangnya keluarga impian itu seperti apa?" tanya Kris tiba-tiba. Tangannya masih setia memeluk pundak Lay dari belakang.
Lay menghentikan jarinya yang sejak tadi menari di atas keyboard laptopnya. Raut wajahnya mendadak berubah saat mendengar pertanyaan dari Kris.
"tentu saja keluarga yang bahagia" jawabnya singkat. Sebisa mungkin, ia menetralkan seluruh perasaannya saat ini.
"kalau begitu, ayo menjadi keluarga yang diimpikan banyak orang. Ayo kita bentuk kebahagiaan bersama-sama" Lay tidak percaya kalau Kris mengatakan hal seperti ini. Ini terlalu aneh baginya, mengingat bagaimana respon Kris terhadap awal mereka menikah.
"Kris?" Lay mendongak untuk melihat Kris yang masih berdiri di belakangnya.
Lay melihat Kris tersenyum, sepasang matanyapun menyiratkan kesungguhan akan apa yang baru saja ia ucapkan.
Lay bangkit dari duduknya dan segera menghambur ke pelukan sang suami. Mungkin awalnya ia memang ragu dengan masa depan pernikahannya itu. Ia ragu untuk mendapatkan cinta dari pasangannya, bahkan sampai ia ragu apakah ia bisa bahagia atau tidak.
Tapi, Kris yang sekarang sudah terlihat lebih Lay menyukai menyukai bagaimana Kris mulai memperhatikan kondisinya, dan tentunya ia sekarang juga mulai mendapatkan kata-kata romantis dari Kris.
"terima kasih, Kris" Lay melepas pelukannya dan menggantinya dengan sebuah ciuman untuk Kris.
Ia percaya. Meski ia belum merasakan seberapa besar cinta Kris untuknya, tapi ia percaya kalau ia dapat bahagia dalam pernikahannya bersama Kris. Meski, tanpa hadirnya buah yakin,
Kris membalas ciuman Lay dengan lumatan yang berdua saling berpagut dengan tiupan angin dari pendingin rungan menambahkan melodi indah yang megiringi setiap sentuhan dari kedua tubuh yang mulai terlena.
Lay merasakan sentuhan lembut tangan besar Kris di sekitar wajahnya, ia sedang merapihkan beberapa helai rambut lembut Lay yang menghalangi wajah istrinya itu. "chagiya~ aku ingin-" bisik Kris.
Lay mengangguk tanda bahwa ia setuju dengan tahap berikutnya dari sesi ciuman tadi .Kris tersenyum, dan segera menempatkan kedua tangannya untuk mengangkat tubuh Lay. Namun, Lay mencegahnya dengan sedikit menjauh dari berjalan menuju laci dan membukanya.
"kau ingin apa? Aku sudah tidak tahan" Lay terkikik mendengar gerutuan kecil dari Kris yang sepertinya sudah berada di ujung nafsunya.
"sabar, Kris. Aku harus minum obatnya dulu"
memang harus meminum obat itu dulu. Obat yang ia minum juga saat mereka berdua melakukannya untuk yang pertama kali. Obat yang akan menstabilkan darah saat nanti ia terluka. Memang sebelumnya Lay sudah melakukan hubungan suami istri dengan Kris, dan darah perawannya juga sudah keluar, tapi hal ini untuk menjaga-jaga kalau saat ia berhubungan badan dengan Kris, akanada darah yang keluar juga.
Setelah meminum pil tersebut dan meminum beberapa tegukan air putih, Lay kembali berjalan ke arah Kris yang masih berdiri dengan bibirnya yang mengerucut. Sepertinya kegiatan Lay minum obat terasa sangat lama bagi Kris, padahal tidak lebih dari 2 menit.
Lay tersenyum dengan sedikit nakal, kedua tangannya melingkar di leher Kris. Ia juga sedikit berjinjit untuk sampai di telinga suaminya itu. "ayo kita lanjutkan… sayanghhh" bisiknya dengan nada yang sangaaaaaat sensual. Membuat gairah Kris kembali bangkit dengan sempurna.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kris segera membawa tubuh ringan istrinya itu ke kasur yang sudah sejak semalam resmi mereka tempati bersama sampai kedepannya.
Benda kenyal tak bertulang itu terus berpagutan mengabaika rasa sesak yang sebenarnya sudah menjalar ke pernafasan sama-sama sudah dipenuhi oleh nafsu mereka.
Bibir Kris melanjutkan pekerjaannya menuju leher putih milik Lay yang begitu menggodanya. Awalnya Lay menanggapi biasa, karena Kris hanya memberikan kecupan ringan. Tapi lama kelamaan, ia merasa ada yang menjilat di sekitar lehernya. Membuat tubuhnya bergetar geli seperti terkena sengatan listrik.
"Krissshhh… sudah ku bilang. Janganhh leherhhh… ugghhhhh" Lay mencoba mengingatkan Kris bahwa ia sensitif dengan lehernya.
"tapi aku sangat menyukai lehermu, sayang"
"tapiKrisssshhhh. Ahh~" desahnya lagi saat Kris kembali menjilat lehernya.
"Krisshhh jebal mmhhhhh" pinta Lay
"panggil aku 'oppa'" gumam Kris. Ia masih dengan aksinya menjilati leher Lay. "sirheo" dengan cepat Lay menolaknya.
"arrrggghhhKris oppaahhhhhh" dan dengan cepat juga gigi Kris sudah mengapit kulit leher Lay. Lalu mulut bagian dalamnya menghisapnya, menghasilkan warna merah keunguan pada permukaan kulit mulus tersebut.
"good girl" gumam Kris. Ia meniggalkan leher itu dan beralih pada telinga Lay "kau menyukainya kan, sayang?" tanya Kris dengan nada seduktif.
"anhiya" Lay menggelengkan kepalanya.
"benarkah?"
Kris sepertinya mulai tertarik untuk mengerjai terus menggoda Lay dengan mengatakan bahwa Lay menyukai caranya bermain dengan lehernya. Meskipun Lay selalu mengatakan tidak menyukai hal tersebut, tapi Kris yang terus menghisap leher Lay membuat dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya sudah sangat lemas.
"aku tanya sekali lagi. Kau suka kan kalau aku bermain di lehermu?" tanyaKris lagi.
Matanya terus mengawasi dan melihat wajah Lay yang begitu yang terpejam, kepalanya yang mendongak memperlihatkan lehernya yang tidak lagi putih, dan tentunya bibir merahnya yang terus mendesah.
Dengan smirknya, Kris kembali mendekatkan bibirnya ke leher Lay "kau menyukainya, kan?"
"ahhhhh… neeeehhhhhhh… eungh~ oppa, janganhh terlalu keras" jerit Lay. Kris menggigit dan menghisapnya sangat keras.
Kris tersenyum di dalam gigitannya pada leher Lay. Akhirnya, istrinya itu mau mengatakannya juga. Dengan begitu, ia akan dengan bebas melakukan apapun pada leher Lay yang sangat ia sukai itu.
Sementara Kris masih memberikan banyak tanda lagi di leher Lay, tangannya juga tidak tinggal diam. Sejak tadi, kedua tangan Kris terus meremas kedua payudara Lay. Dan tubuhnya juga ia naik turunkan agar merasakan sensasi tambahan.
Setelah Kris membuka seluruh long dress yang Lay pakai, bibirnya yang sudah gatal segera melabuh di salah satu bukit kembar milik Lay. Menciptakan sensasi tambahan tersendiri bagi tubuh Lay.
"eunghhh~ ahhh~" Lay yang tidak ingin pasif, menggerakkan jemari tangannya untuk meremas rambut pirang Kris hingga terlihat agak berantakan. Kadang karena merasa geli di sekitar putingnya yang terus di sedot oleh Kris, ia juga menekan kepala Kris agar lebih dalam lagi menghisapnya.
Suara-suara kecipak dari mulut Kris terus bersenandung memenuhi kamar mereka. Bibirnya yang haus akan nafsu tak hentinya menjelajahi tubuh putih *sekarang sudah tidak lagi putih sepenuhnya karena kiss mark Kris* mulus wanita yang terbaring dengan pasrah di bawahnya.
"kalau sakit, gigit saja leherku. Mengerti?" Lay mengangguk.
Kris sudah mempersiapkan little Kris di depan opening milik Lay. Tubuh mereka begitu dekat, Kris kembali pada leher Lay dan mengucapkan beberapa kata-kata romantis pada Lay agar ia tidak terlalu merasakan sakit saat Kris memasukkan juniornya. Selain itu, Lay juga menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Kris.
Tangan kirinya digunakan untuk menyangga tubuhnya agar tidak terlalu menimpa Lay, sementara tangan yang satunya memegang juniornya agar tepat masuk ke dalam rumahnya.
"eungh~" lenguhnya. Kris sudah mulai memasukkan juniornya yang besar itu.
Merasa bahwa kepala juniornya sudah masuk, Kris dengan sekali hentakkan membuat junior kebanggaannya itu masuk ke dalam openingLay.
Masih terasa begitu perih bagi Lay. Padahal semalam sudah di masuki, tapi Kris merasa bahwa openingLay terasa masih sempit. Sama seperti pertama kali ia memasukinya.
Meskipun tidak ada jeritan dari Lay, namun Lay tetap merasa perih. Terbukti dari bagaimana rasanya Kris yang menahan sakit di lehernya karena gigitan Lay yang menahan rasa sakit. Tidak apa-apa, kalau Lay sakit, ia juga harus merasakannya. Itulah mungkin yang Kris fikirkan.
"boleh aku bergerak?" Lay mengangguk. Ia mendekap tubuh Kris lebih kencang.
Hentakan awal yang begitu pelan, dilakukan oleh Lay agar terbiasakembali dengan kehadiran juniornya di , itu tidak berlangsung lama sebelum wanita cantik di bawahnya itu meminta Kris agar mempercepat hentakan pada tubuhnya itu.
Peluh keringat terus membanjiri keduanya dalam aktifitas yang begitu hembusan dingin dari mesin pendingin tidak terasa di kulit mereka yang terus mencari kenikmatan dengan saling kamar memang mereka begitu panas saat ini.
"ahhh ahh oppahhh… eumhhh… oohhh… a-akuhh mau"
"keluarkan saja" ucap Kris. Ia masih terus menumbuk kenikmatan di dalam tubuh Lay. Memperhatikan wajah Lay yang jauh terlihat lebih sexy dari tadi saat pertama mereka pemanasan.
"a-aaaaahhhhhhhhhhh oppaaaaaa" Lay sudah mencapai puncaknya naik turun mengatur nafasnya.
Sementara itu, Kris masih terus menghujam titik yang sejak tadi membuat Lay terus mendesah-desahkan namanya. Tangannya yang merasa tergiur dengan apa yang ada di depannya, langsung kembali meremasnya dan bibirnya juga kembali menghisap dan mengulum nipple merah itu.
"eunghhh~~~ sayang" gumamnya.
Kris merasa kalau juniornya semakin membesar, dan itu pertanda bahwa sebentar lagi ia juga akan menyusul Lay. Di percepatnya gerakan pinggulnya untuk lebih mendapatkan rangsangan kenikmatan, membuat kasur yang mereka tiduri semakin bergerak-gerak.
"ahh ahhh yeshh eumhhh shhhhh"
Terdengar suara Kris yang mengeluarkan juniornya.
"eunghhhhhhhhhhhh" lenguh Kris saat ia sudah melepaskan semua benih yang ia tahan sejak tadi.
Perut Lay dibanjiri oleh sperma milik tidak ingin keluar di dalam Lay. Ia tidak inginLay menanggung resiko kalau Lay hamil suatu saat nanti.
Keduanya sama-sama terengah-engah setelah aktifitasnya yang baru saja dengan satu ronde, Kris tidak ingin Lay terlalu -bisa, Lay harus di rawat di rumah sakit lagi kalau harus meLayaninya berpuluh-puluh ronde.
"ayo kita tidur" Lay mengangguki ajakkan Kris.
"jaljjayo oppa"
"jaljjayo jagiya" jawab Kris. Ia memberikan kecupan selamat malamnya di kedua mata Lay dan juga bibirnya "saranghae" bisiknya.
"nado saranghae"
.
Hari yang semakin malam menghilangkan cahaya terbesar langit, tergantikan dengan cahaya yang lebih redup namun ini jauh lebih indah.
Taburan bintang yang mengelilingi angkasa sana berbisik tersenyum menyaksikan dua orang yang masih terlelap sejak langit masih terlihat berwarna putih.
Lay mengeliat kecil dalam rengkuhan sepasang tangan kekar milik Kris. Matanya mengerjap-ngerjap, namun yang ia dapati adalah kamarnya yang gelap. Hanya mendapatkan pantulan sinar dari bulan melalui jendela kamarnya yang tidak tertutup gorden.
"Kris" panggilnya."Kris lepas! Aku ingin mandi" ia menggunca-guncang bahu Kris agar pria tersebut bangun.
Namun, Lay tidak mendapat apapun darinya. "Kris. Tubuhku bau sekali. Rasanya ingin muntah mencium bau ini" ucap Lay.
"panggil aku oppa" Kris bergumam dengan suaranya yang berat.
"geurae" jawabnya singkat. "oppa~ tolong singkirkan tangan nakalmu itu! Aku ingin membersihkan tubuhku dari cairan-cairan tadi malam yang sudah mongering ini" Kris tersenyum puas mendengar Lay yang seperti sedang merayunya.
"poppo" kri memonyong-monyongkan bibir tebalnya yang langsung mendapatkan pukulan dari telapak tangan Lay yang indah.
"yak! Kau bilang hanya memanggilmu oppa, kenapa sekarang meminta cium?"
"baiklah kalau tidak mau" kedua tangan Kris kembali memeluk Lay dengan erat, dan terkadang memberikan sentuhan lembut di sepanjang punggungnya.
Dan mau tidak mau, Lay memberikan ciuman untuk Kris yang tentunya kalian pasti tahu kan? Ciuman yang dimaksud oleh Kris bukanlah kedua bibir mereka yang menempel, tapi ciuman yang akan berkahir dengan desahan Lay karena kehabisan nafas.
Hari demi hari terus mereka lalu mencintai dan saling memberi seakan hanya milik mereka dan Lay dengan rasa bebas bisa melakukan kemesraan apapun di rumah mereka.
Entah itu di dapur, dan tentunya di kamar, saat Lay menyambut Kris pulang kerja dan bisa juga saat mereka tengah menonton televisi bersama. Terkadang Lay akan menyandarkan kepalanya di bahu Kris, atau Kris yang akan tiduran di pangkuan Lay. Sungguh mesra.
Namun, meski keduanya tidak pernah merasa kesepian, tidak jarang mereka merasakan ada yang kurang ketika mereka berkomitmen untuk membangun keuarga yang bahagia. Keluarga seperti yang sedang ditulis oleh Lay.
Andai saja Lay adalah seperti wanita normal lainnya, andai saja dalam kondisi yang baik, pasti keluarga yang ia bina bersama Kris.
Ya, sudah cukup lama keduanya satu tahun lebih kebersamaan itu merekat erat memeluk mereke selama itulah, mereka hanya hidup mereka bersyukur, meskipun mereka belum memiliki anak, tapi setidaknya ada Sulli dan Minho yang mampu mengobati rasa sedih keduanya.
Bersyukur Kibum sering main ke rumah mereka, membawa Sulli dan Lay yang sangat ingin menikmati dunia keibuan dapat terasa lewat setiap keberadaan dua keponakannya.
"chagi" Lay tersadar dari lamunannya.
Ia melihat suaminya yang masih sibuk dengan kancing lengan kemeja yang sedang ia kancingkan. Di bahu kanannya ada jas hitam yang kemudian ia taruh di salah satu kursi makan.
Pagi ini mereka kembali sarapan bersama, penuh kehangatan dan tentunya juga penuh merasa sedikit dengan istrinya pagi bukan hanya pagi ini, sudah semenjak beberapa hari belakangan ini nafsu makan Lay sedikit lebih sering berada di meja makan hanya untuk menemani Kris makan.
Seperti sekarang, tangannya seperti tidak bernafsu untuk memasukkan barang satu sendokpun makanan ke dalam mulutnya.
"chagi-ya. Gwaenchanda?"
"um. Aku tidak berselera untuk makan, Kris" jawabnya.
Seluruh makanan di atas piring Kris kini sudah berpindah tempat berada di dalam perutnya. Tak ayal, sendawa kecil terdengar setelah ia menghabiskan sehgelas air putih pagi ini.
"kau ingin ku belikan makanan di luar? Nanti akan ku pesan saat berangkat ke kantor"
"tidak perlu. Aku akan makan buah saja"
Selalu seperti menutupi rasa laparnya dengan memakan buah. Ia memang tidak berselra dengan makanan berat seperti nasi, gandum, sayuran bahkan mi sekalipun. Tapi setidaknya tenggorokkannya masih bisa terlewati oleh buah-buah yang segar.
"kau juga harus makan makanan yang mengenyangkan. Aku sangat khawatir jika harus meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini"
Lay tersenyum. Ia beranjak dari duduknya untuk mengambil alih tangan Kris yang sedang membelit dasinya yang nampak kurang begitu sempurnya hasil simpulnya.
Kini mereka begitu dekat. Bahkan sepasang tangan Lay semakin membuat tubuh mereka semakin dekat, begitupun dengan Kris yang menundukkan wajahnya agar sejajar dengan sang istri.
.
Chup
.
"gomawo"Lay tersenyum mendengarnya. Ia menjawab ucapan Kris dengan balas mencium pria jangkung itu.
Pagi yang berhiaskan bias-bias sinar mentari setiap gerak dua benda yang saling menyatu, memagut dengan mesra.
"na kanda" pamit Kris
"ne. hati-hati di jalan!".
.
Lay pov
Ada yang aneh dengan sangat aku rutin meminum obat, dan pekerjaan di rumahpun tidak terlalu banyak menguras tenagaku, mengingat ada Kibum aonni yang banyak membantuku.
Tapi, rasanya kira-kira sudah lebih dari seminggu ini rasa lelahku tiba-tiba saja akan muncul. Entah itu saat aku sedang memasak, mengetik, sampai saat berhubungan intim dengan jadi tidak tega membuatnya harus menuntaskan hasratnya karena aku merasa teralu lelah hingga tidak bisa melayaninya.
"eonni, bisa kau mengantarkanku ke rumah sakit?"
"rumah sakit? Siapa yang sakit?Kau?" Tanya wanita di seberang telefon sana dengan nada penuh kekhawatiran.
"tidak, aku tidak sakit. Aku hanya ingin mengecek kondisiku yang belakangan ini terasa berlipat-lipat kali lebih lemas"
"ah, begitu ya. Kau tunggu saja di rumah. Aku akan segera ke sana"
"ne. terima kasih eonni"
"iya. Kau jangan ke mana-mana"
"um"
Ah, aku sangat senang dengan keluarga yang ku dapat dari Kris. Siwon oppa sangat eonni juga tidak kalah baik. Dua mertuaku sama baiknya juga. Lalu,,,, ada Minho dan Sulli yang sudah seperti buah hati untukku.
Beberapa menit yang lalu baru saja dokter keluar dari ruangan dimana aku dan juga Kibum eonni sedang duduk menantikan kehadirannya kembali dengan membawa kabar yang harap.
Aku jadi gelisah sendiri memikirkan penyakit apa lagi yang aku derita. Semoga saja memang bukan sakit yang , mengingat yang ku rasakan hanya lemas pada tubuhku.
Cklek
"ah, dokternya sudah datang. Semoga kabarnya tidak buruk, ya, Yixingie" gumam Kibum eonni mengangguk menyetujui harapannya.
Kenapa dokter Park sepertinya mengeluarkan aura berbeda?Hatiku merasakan ada yang wajahnya tidak seperti sedih ataupun saja, tapi terlihat senyum kecil di bibirnya.
Tangannya mengeluarkan selembar amplop putih yang terdapat lambang rumah sakit ini di kepala amplop tersebut. Dari dalam amplop tersebut, kulihat ia mengeluarkan selembar kertas berisi tulisan-tulisan yang tidak ku mengerti.
"nyonya wu, selamat. Anda sedang mengandung 2 minggu. Dan sejauh ini, perkembangannya cukup baik"
Tunggu.
.
.
.
Mengandung?
a-aku tidak salah dengar, kan? Atau dokter Park yang salah bicara?
"aku tahu, kau pasti berfikir ini mustahil, kan?" aku mengangguk. Jujur saja, mengandung mungkin saja hal yang dengan mudah ku saja, aku tidak ingin memberikan resiko yang besar terhadap calon bayiku nanti. Dan tentunya, aku tidak akan mungkin sanggup bertahan untuk proses lahirnya calon bayiku.
Ya, aku masih ingat betul seperti apa kondisiku saat ini.
Aku mulai khawatir. Bukan karena aku tidak senang dengan kehamilan ini, hanya saja… keberadaannya merupakan pertaruhan nyawa antara aku dan dia. Bagaimana jika…
"tenanglah nyonya wu. Anda tidak perlu secemas itu"
"dok. Bagaimana mungkin Lay harus mengandung?Kau pasti tahu seperti apa kondisinya, bukan?" yah, inilah yang ingin ku ada Kibum eonni yang membantuku mewakili mengatakannya pada dokter Park.
Pria matang tersebut tersenyum menanggapi kegelisahanku dan Kibum kembali mengambil lembar berikutnya dari dalam amplop yang berbeda.
"ini!" aku menerima kertas tersebut dari tangannya.
Di sini hanya terdapat sebuah grafik yang bergerak ke kanan atas, seperti sebuah perkebangan saham yang naik yang pernah ku lihat di laptop Kris.
"itu adalah perkebangan hasil cek terapi selama ini. Anda mengalami perubahan yang sangat besar, nyonya wu" aku masih terus memperhatikan grafik tersebut.
"sebuah perubahan yang lebih besar dan membuatku sangat heran terjadi sekitar 6 bulan yang lalu. Saat anda dan dan tuan wu membawa serta anak kecil bernama Sulli ketika terapi" aku sedikit penasaran dengan ceritanya karena mendengar namaSulli, begitupun dengan Kibum eonni yang sedikit memajukan tubuhnya untuk mendengar cerita dokter Park lebih jelas lagi.
"saat itu, aku selalu melakukan pengecekan berulang kali dengan mesin deteksi kulit dan lapisan dalam yang biasa ku gunakan setiap kita melakukan terapi. Kenapa?Karena aku masih kurang percaya dengan , setelah lebih dari tiga kali ku lakukan pengecekan. Aku semakin yakin, bahwa mesin tersebut berbicara kebenaran"
"mesin tersebut memperlihatkan bagaimana bentuk lapisan yang ada persis di bawah lapisan kulit. Ternyata, di bawah lapisan dermis dan epidermis anda telah terbentuk pigmen lapisan baru untuk melindungi bagian dalam daging beserta yang lainnya, termasuk darah" aku membulat tidak percaya. Apakan itu berarti kalau aku…?
"di dalam tubuh anda telah terbentuk lapisan baru untuk menahan darah ketika cidera agar tidak terlalu banyak keluar dan untuk tetap menstabilkan jalan darah di sekitar daging"
Aku normal…
Tubuhku benar-benar normal…
"dokter, kau tidak bercanda, kan?" aku masih terkejut dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
"tidak. Ini semua memang inilah hasil dari kerja keras yang kau lakukan. Rutin meminum obat dan terapi, mengatur jam aktifitas agar tidak kelelahan dan juga tentunya usaha yang begitu keras. Ini semua benar-benar keajaiban yang luar biasa"
"sekali lagi. Selamat ya, nyonya wu"
.
Author pov
Lay kembali ke rumah bersama Kibum dengan suasana hati yang tidak tergambarkan bagaimana bahagianya. Ini lebih dari sekedar sampai tidak tahu harus apa untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.
Sampai tetap tersenyum-senyum sendiri. Selalu memegangi perutnya dan mengelusnya dengan lembut. Terkadang juga mengajak berbicara sesuatu di dalam sana yang masih dalam bentuk benih. Saat mandi, memakai baju, memasak, dan berbaring di sofa untuk mentanti suaminya pulang.
"chagiya~" ucapnya lagi entah yang ke berapa kali.
Gerakan tangannya yang mengelus perutnya berhenti saat mendengar pintu rumahnya ada yang membuka. Saat berbalik, ia dapat melihat sosok yang tampan dan rupawan berdiri gagah di sana dengan tangan kanan yang menenteng tas kerja dan tangan kiri yang berusaha melepaskan simpul dasi berwarna hitam.
"Kris~~" Lay berjalan menghampiri Kris, kemudian memeluknya membuat Kris sendiri bingung dalam senyumannya.
"sayang, ada apa, heum?" Tanya Kris.
"(menggeleng) nanti saja aku memberitahunya. Sekarang kau mandi dulu, lalu kita makan malam" jawab Lay. Ia membantu kri melepaskan dasinya, hingga tangan kiri Kris yang menganggur bergerak lembut membelai rambut Lay.
"baiklah kalau begitu"
Semakin hari, mereka berdua memang semakin mesra. Menurut Kris, kemesraan adalah salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayangnya, jadi ia akan terus mengungkapkan betapa beruntungnya ia memiliki Lay dengan cara apapun.
Meskipun memang ia menyadari bahwa awalnya tidak ada rasa apapun pada istrinya tersebut, tapi setelah ia menjalaninya ternyata rasa cinta itu datang dengan sangat cepat. Menarik tubuh Kris untuk masuk ke dalam dunia Lay.
"chagi, cepat katakan! Ada apa?" Kris kembali mengungkit hal yang membuatnya penasaran sejak pulang kantor tadi.
Lay tidak menjawab, ia justru masuk ke dalam kamar sebentar lalu kembali lagi dengan tangan yang membawa dua buah amplop. Kemudian ia duduk di atas pangkuan Kris setelah menyerahkan amplop yang ia pegang tadi.
"ige mwonde?"
"buka saja!" jawab Lay. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Kris dan menarih dagunya di salah satu bahu Kris, lengkap dengan tangan yang ia lingkarkan di sekitar leher Kris juga.
Baris demi baris Kris membaca isi kertas yang terdapat di dalamnya. Amplop pertama yang ia buka adalah mengenai hasil terapi yang dilakukan istrinya selama ini semenjak mereka menikah. Perkembangannya sangat pesat, membut Kris sulit menyembunyikan rasa senangnya karena perlahan keadaan istrinya semakin baik.
Lalu ia membuka amplop kedua yang berisi kertas dan tulisan-tulisan rumah sakit juga. Tapi, ada satu tulisan yang membuatnya memusatkan perhatian penuh pada tulisan tersebut.
"k-kau hamil?" Tanya Kris tak percaya dengan apa yang ia lihat. Lay mengangguk kecil.
"t-tapi, bagaimana mungkin…" Lay mengerti. Hal ini juga yang ia fikirkan saat pertama kali mengetahui kalau dirinya hamil.
Ia mengecup leher Kris sebenar. "lihatlah grafik di amplop sebelumnya, sayang"
Kris kembali mengambilnya. Namun, keningnya berkerut tanda ia tidak mengerti apa yang dimaksud dari grafik tersebut. Grafik yang tertulis enam bulan yang lalu.
"aku normal Kris. Aku tidak terdiagnosa mendertia hemophilia lagi"
"bagaimana bisa? Aku tidak mengerti"
"akupun. Dokter bilang, sebenarnya ini sudah terdektsi 6 bulan yang lalu, tapi ia sengaja tidak memberitahu kita"
"wae? Kenapa begitu? Seharusnya ia terbuka kan dengan pasiennya"
"dia bilang kalau memberitahu lebih awal, pasti dinding-dinding pelapis kulitku akan kembali rapuh. Karenanya, aku dibiarkan untuk tidak tahu agar tetap menjaga diri sebagaimana aku masih sakit hemophilia"
Dipeluknya tubuh Lay semakin erat, hingga tidak ada celah bagi kedua tubuh mereka. Kabar ini terlalu membahagiakan untuk mereka berdua yang memang sangat menantikan keberadaan sang jabang bayi.
"a-aaahhhhh,,,Krisshhhhhhh" desah Lay.
Mereka sedang apa? O.O Lay yang tadinya berniat untuk menerima ucapan terima kasih Kris lewat ciuman yang agak 'basah'. Tapi memang dasar Kris yang tidak bisa mengontrol nafsunya jika sudah dihadapkan seorang wanita bernama Lay ini, ya akibatnya seperti ini. Berakhir dengan warna-warna aneh yang menghiasi leher Lay yang begitu sensitif.
"panggil aku daddy!, aku kan akan menjadi seorang ayah"Kris merengut dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
YBC
Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa FF macem apa ini? Ya Tuhan, ampunilah dosa za yang sekarang sudah tidak suci lagi karena noona yang ngotot minta ditaroin adegan yadong di sini TTATT… terimakasih noona yang udah mau nyumbang tulisannya di sini -_-"
Sekali lagi terima kasih buat noona yang sudah melengkapkan isi FF za ini menjadi seperti dan bikin mual.
terimakasih untuk Nhaaa dan hiewon189 atas sarannya :) *chu*
terimakasih juga yang udah review ff aneh za... yang ini juga harus review yaaaaaaa...
gomawo #bow
