A/n : THE REAL IKEMEN WAS DISCOVEREEEED *slap* Hai..! Ketemu lagi dengan saya, Racchi Dolgatari! Kali ini kakak (hah, kakak, demi apalah) akan menemani kalian dengan berbagai cerita yang hampir setiap bulannya menemani adik-adik (adik-adik? Umurmu 14 tahun). Mau tunggu apa lagi, sekarang nikmatilah Fanfict kakak yang masih ganjen dan gak karuan dari awal. Ketemu lagi nanti, ya!
Title : Back to School
Genre : School-Life, Friendship, Romance, Slice of Life, Hurt/Comfort
Rating : K
Disclaimer : Rune Factory: A Fantasy of Harvest Moon (Berarti... Yoshifumi Hasimoto *ini Author udah yakin salah, mohon maaf, pak*)
Warning :OC, POV, AU hohoho, OTP hohoho
Racchi Dolgatari Presents
Back to School Rune Factory 4 Fanfiction
Chapter I. Student Orientation
-Prologue-
Siang yang cerah, bunga-bunga bermekaran, langit yang kosong tanpa ada tanda-tanda hujan, angin bertiup dengan lembutnya... Ah. Tak ada satu detik pun yang mau kita tinggalkan untuk menikmati hari yang indah ini. Dii tengah siang itu... Tapi...
"Hmmm..." Gumamku. "Ada surat... Dari siapa..?"
Setelah surat itu kubaca... Satu kota setengah keheranan.
"Kuliah?!" Kataku. "Kenapa aku harus kuliah lagi?!"
Di sisi lain, semua bachelor dan bachelorettes tampaknya menerima surat itu. Surat yang merubah alur hidup kami selama ini... Surat undangan... Kuliah lagi.
"Kuliah?" Kata Kiel. "Apa aku tak cukup pintar?"
"Aku juga dapet surat ini." Susul kata kakaknya, Forte.
"...Nek..." Kata Doug di tempat lain. "Apa sikapku ini belum baik?"
"Kuliah?" Gumam Arthur. "Masa-masa yang menyenangkan... ya."
"KULIAH?!" Teriak Dylas.
"Ya, kuliah." Kata Margareth. "Gue bosen pelajarannya itu-itu aja."
"Hmmm..." Gumam Leon. "Kuliah... itu apaan?"
"Frey, kita harus kuliah lagi nih!" Kata Lest.
"Nggak apa-apa sih, dengan kuliah, kita bisa mendapatkan pengalaman baru, Lest!" Tanggap Frey- yang merupakan tanggapan positif ke-dua dari awal.
"Kuliah? Arrrrgh! Aku tak pernah mengerjakan semua hal dengan benar!" Teriak Vishnal stres.
"Bodo ah.." Balas Chlorica. "Aku gak pernah dengerin dosen ngomong, loh."
"Kuliah..." Gumam Amber. "Yaaaay!" (Kupikir ini tidak baik menyuruh anak SD untuk kuliah).
"Kuliah, ya?" Kata Xiao Pai. "Aku rindu pelajaran dan dosen yang... Ganteng."
"Kuliah ya..." Gumam Dolce.
"Kenapa? Bukannya itu menyenangkan?" Kata Pico membalas.
"Memang..." Gumam Dolce cemas.
Maka, setelah itu komplit sudah. Walhasil, ospek dimulai dua hari lagi.
"Argh..." Gerutuku cemas. "Mendadak begini mentalku gak bakal siap!"
"Sama..." Balas Doug. "Malahan nenek curiga kalau selama ini aku sering berbuat nakal."
"Itu kenyataan." Kataku. "Ngomong-ngomong, ini siapa sih yang membuatnya."
"Senior, kayaknya." Jawab Doug.
"Ya, itu sih aku juga tau dari senior." Kataku.
"Kita menghabiskan waktu di sini, Racch." Kata Doug bersiap pulang- dengan muka penuh kecemasan. "Aku harus siap-siap lusa."
"Yah, dah~"
Setelah itu, tak ada apa-apa lagi yang harus dipikirkan. Aku terlalu cemas untuk dua hari kemudian itu. Apalagi kalau kuliahnya memang dua belas semester. Tak ada yang bisa dilakukan... Argh!
"Woy." Sapa seseorang.
"Bo... botak..!" Kataku- ngawur, iya, kan lagi pusing namanya juga.
"Botak? Ini aku, Vishnal!" Kata si botak itu. Eh, Vishnal.
"Oh." Kataku, singkat.
"Racch, bantu aku, yuk." Katanya dengan gaya memohon kepada raja- bedanya ini memohon kepada bos tukang minyak untuk menaikkan gajinya.
"Bantu.. apaan?"
"Gini." Katanya. "Aku lusa mau kuliah, aku dapet surat."
"Gue juga itu mah dapet." Kataku. "Doug juga dapet tuh."
"Oh jadi... Bantu aku untuk memperbaiki diriku."
"Maksud?"
"ASAL KAMU TAU RACCH AKU NGGAK PERNAH MENGERJAKAN APAPUN DENGAN BENAR."
"Makanya nanti tuh bakal ada yang namanya Orientasi Mahasiswa Baru."
"Kalau gue nggak becus gimana?"
"Kamu peluk kalkulator, jatuh dari asrama, terus teriak, 'anakmu sudah gagal, pah.'"
"Yeh, kok mendo'akan yang nggak-nggak sih."
"Hehe. Lebih baik kamu siap untuk melakukan hal-hal yang bakal kamu hadapin, deh."
"SIAP, NYAH!"
Tak lama kemudian, dia pergi. Dan datang calon mahasiswa baru mendatangiku.
"Rakkun! AKU KULIAH LOH." Kata Amber tanpa sapa.
Kenapa aku juga diajukan untuk jadi mahasiswa, tapi kalau keadaannya begini aku mendingan jadi bimbingan konseling aja. Tapi jarang yah, universitas ada guru konselingnya.
"Wah. Aku tercengang." Kataku- sedikit menyindir, yah. "Aku juga iya."
Tiba-tiba datang lagi manusia yang ingin berkonsultasi. Seperti barusan, tanpa menyapa.
"Racchi! Racchi!" Kali ini yang datang adalah Leon. "Kuliah tuh apaan sih?!"
"Leon, jangan malu-maluin. Ada anak kecil di sini dan dia tahu apa itu kuliah."
"Haaa? Leon-san nggak tahu apa itu kuliah? Bwahahaha!"
"Kamu belajar." Kataku.
"Maksudnya..?"
"Di kuliah kamu belajar. Tentang apapun."
"Oh begitu." Lalu dia pergi begitu aja.
"Eh dasar..." Gumamku.
"Pasti sebenarnya dia tidak mengerti apa-apa." Kata Amber itu.
"Kita harus bersiap untuk lusa. Kenapa kamu nggak pulang?"
"Ini hobiku."
"Oh, ya sudah."
Maka pulanglah diriku untuk menenangkan diri.
"Kiel, ngapain kamu di depan rumahku?" Tanyaku sesampainya aku di depan rumah dan lagi dijamah orang gila.
"Kita mendapatkan surat masuk kuliah, kan?" Katanya to the point.
"Um... Iya. Memang kenapa?"
"Aku mengajakmu untuk membeli alat-alat sekolah. Tampaknya Blossom-san baru saja 'belanja.'"
"Wah, boleh deh. Tapi... Kenapa harus sekarang?"
"Besok nggak ada waktu untuk bersiap-siap."
"Oh, oke, ayo kalau gitu."
Dan jadilah kami berdua pergi untuk membeli alat-alat sekolah. Ingatan yang kuat ketika kita pertama kali akan masuk sekolah. Author telat masuk ketika hari pertama...
"Permisi." Kata Kiel begitu memasuki Grocery Store-nya Bu Blossom (Hah, Bu Blossom, demi apalah nama panggilannya).
"Selamat sore." Sapaku.
"Sore." Sapa Blossom. "Ada yang bisa kubantu?"
"Aku ingin membeli perlengkapan sekolah." Kata Kiel.
"Wah, kalian juga kuliah lagi?!"
Pertanyaan Blossom barusan kuanggap kita juga tidak bersikap baik. Doug dikuliahkan lagi karena satu hal, yaitu sikapnya belum baik, tentunya dalam anggapan dia. Dan, anggapan yang sama setelah dia mengetahui kalau kami juga kuliah lagi. Wah, kalau itu alasannya, maka kenapa Amber disekolahkan?
"Iya." Jawabku.
"Hmm... Bentar.. Bentar.."
Fuuh, anggapanku kayaknya tak ada di dalam pikirannya, rupanya.
"Aku pulang." Sapa Doug dari belakang.
"Wah, Doug." Sapa Kiel.
"Lho kok kalian di sini?" Katanya, nista.
"Mau beli perlengkapan sekolah. Aku menemaninya." Kataku.
"Oh begitu." Kata Doug singkat. "Rombongan bentar lagi dateng tuh."
"Maksud?"
"Lihat aja nanti."
Ternyata yang dimaksud Doug adalah 'Calon Mahasiswa Universitas Tidak Diketahui yang Panik Karena Surat Undangannya Mendadak Datang dan Mereka Setengah Gila' datang ke sini untuk melakukan hal yang sama dengan Kiel.
"Permisi." Kata mereka satu per satu.
"Selamat datang." Sapaku, Kiel, dan Doug. Blossom lagi mengambil barang, kan.
"Wah, Racchi dan Kiel kali ini menjaga warung." Kata Margareth.
"Kami lebih dulu dari kalian, sih." Kataku. Kalau misalnya semua bachelor dan bachelorrettes di Grocery Store, maka kita anggap tempat itu adalah suatu tempat di mall.
"Blossom-san ada?" Tanya Forte.
"Yah." Jawab Kiel.
"Nah, ini, nak." Kata Blossom setelah mengambil paket 'Back to School,' yah, anggap sajalah. "Wah, kalian semua di sini!"
"Iya nih, aku juga mau beli itu!" Kata Dylas.
"Aku juga!" Susul yang lain.
"Kita sudah dapat barangnya." Kataku. "Kita pulang duluan, yuk."
"Hei, bentar, Racch!" Cegat Margareth.
"Kenapa, neh?"
"Kita bakal mengadakan foto calon mahasiswa baru!"
Perkataan tadi benar-benar membuatku ngakak. 'Calon-Mahasiswa-Baru.' Okay. Dan, untuk apa melakukan foto kalau undangan itu jelasnya aja nggak ada!
"Kenapa ketawa?!" Tanya Margareth setengah sewot.
"Nggak..." Kataku. "Kita nggak tahu kalau kita akan memasuki kampus apa, atau apa, dan kita udah foto?"
"Yah..." Kata Margareth mencari alasan. "Nanti bisa dipajang di kelas, kan."
"SEMOGA KITA SEMUA SEKELAS!" Teriak Amber di belakang.
"Ya!"
"Eh, kalau sudah, kita di luar saja. Aku tidak mau mengganggu." Kataku.
"Ya sudah. Kamu duluan ke luar sana." Kata Margareth. Aku dan Kiel menunggu di luar.
Kita cuma menunggu tanpa perbincangan apa-apa.
"Racchi, Kiel?" Sapa Vishnal begitu ke luar toko.
"Jangan nyapa, jangan disapa." Bisikku.
"Yah, yah, yah." Katanya.
"Woy, kok nggak nyapa, sih?" Kata Vishnal semakin sewot.
"Biarkan biarkan." Kataku, menghasut lagi.
"Yah yah yah." Kata Kiel dengan perkataan yang sama.
"Begini." Kata Vishnal, lalu berdehem sebentar. Dehemnya anak ganjen. "Kumpul di square."
"Ah... Ayo."
Pada umumnya kita semua foto kenangan hanya dilakukan paling tidak setelah wisuda- atau akhir semester. Ini yang ngadain acaranya entah alay atau dia itu ngaku-ngaku fotogenik. Atau sebenarnya dia itu kesepian, dan jikalau sepi dia bisa melihat foto itu kapan pun. Atau... Ah, sudahlah.
"Semua sudah datang." Kataku. "Ngomong-ngomong, Vishnal, siapa yang mengajukan acara foto ganjen ini?"
"Oh." Katanya singkat. "Pico."
"Pico?!" Kataku kaget. Bisa-bisanya anak-anak mempermainkan kita. Eh, ngomong-ngomong, ini idenya Pico apa Dolce yah?
"Ya, Pico!" Kata Pico semangat. Dia sudah menyiapkan kamera sebelumnya. "Mari kita atur."
Lalu dia mengatur semua posisi. Kiel-Doug-Amber-Xiao Pai Di bawah karena cebol. Arthur-Dylas-Forte-Meg satu tingkat di atasnya. Maka Leon-Vishnal-Racchi-Dolce-Chlorica satu tingkat di atasnya lagi. Tapi kenapa Pico membuat posisi macam ini. Kita semua bisa salah paham dan lebih tertarik membuat foto pra-wedding ketimbang foto 'kelas' ini (Catatan: posisi foto di atas diatur berdasarkan tinggi badan).
"Yah, silahkan tentukan gayanya!"
Semua sibuk mengurus pose foto, capek-capek, aku mengusulkan suatu pose- Readers tahu... Caramell Dansen?
"Alay amat." Gumam Pico. "Racchi-san benar-benar kelainan."
"Kapan motretnya?!" Teriak Vishnal.
"Oh, oke, satu... Dua... katakan, 'alay!'"
"RACCHI ALAY!"
Jepret!
-2 Days Later-
"Argh, selalu telat di hari pertama!" Teriakku panik. "Cepat... cepat... cepat."
Aku langsung lari (setelah siap, tentunya) ke kampus itu- tapi aku kan tak tahu di mana kampus itu. Argh, tidaaaak!
"Oh, iya." Gumamku. "Teleport-ku memindahkan aku ke dekat temanku."
Ya, sudah, pakai spell itu aja.
Bukannya tepat di dekat temanku (untuk menyembunyikan keberadaan), tapi malah di depan gerbang. Wah, jadi ini tempatnya, besar dan rapih, bersih... Dan anak-anak yang berbaris.
"Argh, cepat, cepat!"
Sesampainya di rombongan itu, aku dicegat salah satu senior.
"Maaf telaaaat-"
"Sudah ke barisanmu sana."
"Iya, kak-" Aku menolehnya. Raguna? "Raguna?!"
"Sssst." Katanya. "Aku cuma ditugaskan untuk mengawasi kalian."
"Kamu mengenali aku." Kataku—cara aneh untuk berkenalan, yah...
"Ingatanku dihapus."
Yah...
Sudah sampai di barisan, dengan logat anak bandel, Vishnal ngajak ngobrol.
"Kenapa telat?" Tanya Vishnal.
"Gue gak tahu." Jawabku seadanya. Iya bener, seadanya.
Dan, hari itu, dimulai. Aku akan mulai menimba ilmu di sini!
"Assalamu'alaikum, Warrahmatullahi, Wabarakatuh!" Kata Raguna tegas- well, Author menulis ini di bulan Ramadhan, maka semua karakter di sini juga harus mau dong menjadi alim.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh." Jawab kami semua.
"Alhamdulillah. Kita semua bisa berkumpul di sini dalam acara ospek Universitas Norad cabang Selphia ini." Jelas Raguna. Oh, jadi begitu. "Terima kasih atas kesediaan kalian untuk- bersekolah lagi- dan sebelumnya, selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan ini."
Lalu, datanglah seseorang di belakang semua ini- kepala sekolah. Byron-sama.
"Ehm. Salam." Katanya memberi salam.
"Wasallam." Jawab kami. Dalam pikiranku, Byron tidak hanya di sini untuk menjadi kepala sekolah, tetapi juga mencari anaknya yang hilang.
Setelah beberapa penjelasan dari Pak Byron, kami mengerti. Kalau kita memang benar-benar harus sekolah karena memang di Alvarna terdapat sekolah, dan bekerja sama supaya 'anak-anak Selphia' juga bisa bersekolah... 12 semester.
"Wah." Gumamku. "Gue harus bikin skripsinya gimana?!"
-Hall-
Kita pun sampai di aula sekolah untuk mendapatkan banyak pengenalan dan pengarahan. Seperti pelajaran unggulan, lulusan (ngek), alumni, guru-guru yang mengajar, dan sebagainya. Hingga jelas dan terperinci. Tidak seperti yang lain- ehm. Sebenarnya kita sudah bisa melakukan KBM besok. Waw, disiplin betul.
"Nah, karena besok kalian sudah harus belajar." Kata Pak Byron, panggillah begitu. "Kalian boleh pulang."
"Pak." Kata Margareth sambil mengacungkan tangan.
"Ya, ada apa? Ingin mengajukan pertanyaan?"
"Sekolah ini bagus. Sementara itu, bolehkah kami mengetahui, dan mengenali beberapa fasilitas sekolah ini?"
"Tentu-tentu... Silahkan."
Kalau dalam pikiranku- biasanya kita pengenalan lingkungan sekolah tuh dengan bimbingan, tapi ini inisiatif sendiri. Waw, season 2.
Kami pun berencana untuk mengambil semua informasi sekolah ini.
"Kelasnya banyak. Perpustakaan komplit." –Kiel.
"Kantinnya luas." –Doug.
"Laboratorium besar dan komplit." –Leon.
"WC-nya high-tech amat." –Vishnal *plak.*
"Ruang musiiik!" –Margareth.
"Ruang kendali..." –Xiao Pai.
"Ruang kesehatan... Besarnya..." –Dolce.
"Taman! Wah, ada kolam ikan segala! Betah,deh!" –Amber. Gak perlu ditanya ini siapa yang ngomong.
"Ruang botanikal." –Dylas.
"Warnet." –Chlorica.
"Ruang persenjataan. Untuk apa..." –Forte.
"Ruang kelas, gila, nyaman banget." –Racchi.
"Kantor." –Arthur.
Ah, udah, ya? Entah inisiatif siapa, lalu kita berkumpul di suatu kelas.
"Gimana kampusnya?" Tanya Kiel membuka percakapan.
"Gila. Nyaman banget." Kataku.
"Tapi, tadi aku menemukan ruang persenjataan, dan Xiao Pai menemukan ruang kendali... Untuk apa?" Kata Forte.
"Tadi kan ada program pembelajaran unggulan yaitu SvS, alias Student vs. Student." Kataku.
"Jadi kita akan dilatih kemampuan bertarung, ya? Wah, menarik!" Kata Doug semangat.
Perbincangan masih berlanjut- hingga kami mendengar adzan (Iya, ceritanya kan religius). Lalu, tanpa pengetahuan orangnya, kita setuju... Untuk menjadikan Vishnal sebagai ketua kelas. Menurutku bakal kacau abis.
"Vishnal.." Kataku.
"Ya..?"
"..." Aku belum bisa bicara. "Mulai seterusnya kamu ya ketua kelasnya."
"APAAAAAAAAAAAAAAH?!" Teriak Vishnal.
"Sudahlah... Tak apa, kan." Kataku berusaha menenangkannya.
"Tapi... kalau emang gitu..." Katanya cemas. "Racchi jadi wakilnya ya."
"Hah?!" Kataku kaget.
"IYA BANGET!" Teriak Amber semangat. "Kita bikin Chlorica-san dan Dolce-san jadi tim inti juga!"
"APAAAAAAAAAAAAAAH?!"
"Ta-tapi.." Kata Chlorica. "Aku selalu tidur dalam pekerjaan, tahu."
"Ya, itulah alasannya." Kataku. "Supaya kamu bisa lebih baik, dengan Vishnal juga."
Perkataanku tampaknya membuat semua keadaan menjadi alay.
"Ya sudah, aku pulang duluan." Kataku mengakhiri percakapan ini. "Dolce."
"Uh... Ya?" Katanya- well, sedikit panik.
"Pulang denganku, yuk." Kataku. "Aku tidak tahu jalan."
"Oke..."
Lalu kami pulang duluan... Setelah itu aku menyadari apa yang terjadi di kelas barusan.
"Pairing kelas terbaik." Kata Vishnal. "OTP."
To Be Continued!
Yak! Jadi, gimana ceritanya! Pastinya seru, dong, dan jangan lupa untuk membaca chapter-chapter berikutnya! Kakak akan tersanjung jika kalian menyukai dan memberi 'review' fanfict ini! Ketemu lagi di chapter berikutnya! Dah~!
-Racchi Dolgatari, presenter sekaligus Author alay-
