Desiran Hati
Bab 1
Oleh Kamui Sayaka
Disclaimer: Harvest Moon (c) NATSUME
"Adaw!" keluh seorang gadis berkerudung putih yang secara tidak sengaja kepalanya terhajar sebuah benda asing.
"Uwah kepalaku sakit banget! Aduh benjol!" teriak si gadis tersebut sambil mengelus-elus kepalanya yang benjol. "Siapa sih yang berani ngelempar aku? Ih, kalau benci tuh sini adu jotos sama aku! Jangan main lempar-lemparan gitu, enak tau, eh gak enak tau!"
Untuk sesaat gadis tersebut masih mengelus-elus kepalanya, namun kedua matanya mendadak menyadari kalau ternyata yang menghajar kepalanya tadi adalah sebuah HP.
"Eh, HPnya siapa ini?" gumam si gadis, lalu memungut HP tersebut. "Pasti punya orang yang melempar tadi, heuh."
Si gadis melihat sekeliling dan menyadari tak ada seorang pun selain dia. "Huh, sepi banget. Ah iya, aku baru ingat. Aku harus cepat-cepat pulang, nanti drama koreanya keburu selesai! Hmm, HPnya juga mati! Yaudah aku bawa ajah, deh."
Si gadis pun lalu berlenggang pergi meninggalkan TKP (Tempat Kejadian Penghajaran) menuju ke rumahnya. Gadis yang mengenakan seragam SMA ini terlihat sedikit cemas, pasalnya drama korea kesayangannya akan tayang setengah jam lagi. Setelah berjalan 3 hari 4 malam, eh salah, 30 menit 4 detik, si gadis telah sampai di rumahnya.
"Assalamu'alaikum. Ibu, buka pintunya! Atau Lillian tendang nih pintunya!" teriak si gadis persis seperti anggota geng motor yang kebelet pipis.
Gadis yang bernama Lillian ini terlihat tidak sabaran. Nyaris saja ia memanjat pagar rumahnya dan ingin melemparinya dengan sepatunya, namun ia baru menyadari bahwa ada secarik kertas kecil yang menempel di pintu rumahnya.
"Wa'alaikumsalam. Lillian, ibu lagi arisan. Pintunya gak dikunci kok, jadi jangan ditendang. Kasihan nanti pintunya sakit :)"
"Apa?! Ibu arisan lagi? Padahal udah aku nasihatin supaya gak usah keseringan arisan lagi. Wah! Kurang ajar banget, gak ngajak-ajak aku! Eh, tapi udah jam segini drama koreanya udah mulai, nih!" teriak Lillian lalu bergegas menuju ke dalam rumahnya.
Dalam sekejap tas yang menempel di punggung Lillian melesat membentur tembok, sepatu yang sedari tadi dipakainya mendadak melayang jauh dari kakinya. Tangannya segera meraih remot TV dan menyalakan TVnya tepat di chanel penayang drama korea kesukaannya. Tampak iklan sampo dengan bintang iklannya saling jambak-jambakan rambut hingga salah satu di antara mereka botak karena tidak memakai sampo yang ada di iklan. Kemudian salah satu bintang iklannya joget-joget tidak karuan lalu berteriak, "Makanya pakai sampo saya! Dijamin rambut dan kepala Anda yang rontok akan tumbuh kembali!"
Lillian yang sedang memakan tempe buatan almarhumah neneknya langsung kaget dan segera memuntahkan tempe yang sudah berusia 10 bulan tersebut. "Ibu! Itu kan temanku! Wah, dia jadi bintang iklan. Itu yang jadi tukang pel di belakang si artis. Itu temanku, si Reina! Hahaha! Ah iya ibu kan ga ada, lagi arisan brondong."
Setelah menunggu (sangaaat) lama, akhirnya acara yang ditunggu Lillian dimulai. Tampak seorang lelaki berjoget-joget sambil membuka bajunya lalu melompat ke kolam renang dan tenggelam.
"Lho, kok gini yah acaranya?" gumam Lillian aneh melihat drama korea kesukaannya tidak seperti biasanya.
Tiba-tiba muncul seorang lelaki di layar kaca lalu berkata, "Yak, itulah pemirsa peserta ke 26 yang tewas tenggelam di acara Turnamen Bencong Renang Tingkat Daerah ke XIX."
"Bangke, salah chanel!" teriak Lillian lalu membanting remot TVnya.
Lillian lalu mengganti chanel TVnya ke chanel drama korea yang sebenarnya. Kali ini muncul seorang lelaki yang mirip seperti peserta renang bencong tadi.
"Wah itu si Dong Ming Kem! Kyaaa! Ganteng sekali dia!" teriak Lillian histeris sambil guling-guling di lantai.
Si Dong Ming Kem lalu minum sesuatu dan mendadak keracunan lalu tewas seketika, cerita pun bersambung.
"Wuasem! Padahal baru nonton dah selese! Dong Ming Kemnya modar lagi, wuaah!" teriak Lillian marah lalu melempar remotnya ke TV dan mendadak TVnya meledak. "Waaaduh. TVnya rusak. Wah, gimana nih? Err, ngerjain PR dulu ajah deh barangkali nanti TVnya benar sendiri."
Lillian pun lalu bergegas mengambil tasnya yang hampir menjebol tembok rumahnya akibat dilempar tadi. Dia lalu mencari buku pelajarannya dan mendapati sesuatu yang berbeda.
"Eh, ini kan HP yang aku temuin tadi. Baterainya habis, dicharge dulu deh sambil ngerjain PR," gumam Lillian lalu beranjak ke kamarnya.
Setelah berganti baju dan menyiapkan segala hal untuk mengerjakan PR matematikanya, Lillian duduk di kursi belajarnya dan bersiap mengerjakan tugas limit dan turunan. "Wah susah banget! Ini tugas atau catatan hutang sih? Banyak banget angka-angkanya! Jadi kangen ibu, arisannya menang gak yah?"
Bruk!
Lillian pun tergeletak tak berdaya, matanya terpejam, lalu mendengkur dengan kerasnya. Rekor tidur tercepat Lillian dalam mengerjakan PR pun terpecahkan.
Dud duud dud! Di duud dud!
"Wah suara apa itu?" Lillian kaget, ilernya menempel di pipinya seperti pulau sulawesi. "Eh, HP yang aku temuin tadi bunyi. Ada SMS."
Lillian lalu membaca SMS di HP yang baru ditemukannya.
"Aku akan selalu mengawasimu. Tak akan kubiarkan kau pergi begitu saja. Kau harus membayar semuanya!"
Deg!
Jantung Lillian berdegup kencang, tangannya gemetaran memegang HP tersebut.
Crang!
Suara benda pecah terdengar dari arah dapur dan mendadak lampu pun padam.
"Kyaaa!"
Bersambung.
A/N: Ini adalah fic yang direquest teman saya. Kira" gimana ceritanya? Gak jelas yah? Maklum, fic saya emang kebanyakan gaje seperti ini :D
