Hai hai hai. Ini adalah fic pertama gue tentang Harry Potter. Semua karakter disini punya JK Rowling, kecuali Athena Malfridge yang murni punya gue.
Cerita ini ber plot di film The Orde Of Pheonix, dan nyambung ke cerita selanjutnya dengan waktu yang singkat. Gue buat Harry DKK di kelas 6.
Maaf jika ada kata yang kurang berkenan, gak masuk akal, EYD yang berantakan, Typo dimana mana, gaje dan blablabla.
CHAPTER 1
Seorang gadis berlari tergesa-gesa di koridor Hogwarts. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan bingung. Ditambah lagi ia mengenakan pakaian yang sama sekali bukan khas dari asrama asrama di Hogwarts.
Gadis itu berhenti di depan pintu rekreasi asrama Ravenclaw. Ia mengatur nafasnya sedemikian rupa agar ia bisa bepikir jernih. Air matanya sudah mengembang di pelupuk matanya. Ia memandang sekitar.
Mencari seseorang yang ia kenal. Hingga ia mendapati seorang gadis berkulit pucat dengan tatapan aneh dimatanya. Ia berlari kearah gadis itu.
"Luna Lovegood! Oh my god!" Teriaknya sambil memegang kedua lengan gadis yang bernama Luna Lovegood itu. Luna memandang orang yang ada dihadapannya dengan bingung.
"Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku?" Kali ini mata Luna hampir keluar karena orang asing yang ada dihadapannya ini mengenal dirinya.
"Tentu saja aku kenal dengan mu! Kau pahlawan Ravenclaw! Okey. Aku harus berbicara berdua dengan mu." Tanpa basa basi gadis itu menarik Luna menjauh dari keramaian.
Gadis itu masih menarik Luna dan berjalan dengan cepat ke menara Astronomi. Luna pun ikut menyeimbangi langkahnya, ia berlari kecil karena lengannya di tarik oleh Gadis itu.
"Hey. Tunggu! Kau siapa? Apa maksudmu Pahlawan Racenclaw? Bagaimana kau bisa tahu nama ku?"
Mereka sudah sampai di menara Astronomi. Gadis itu melepaskan genggamannya di lengan Luna. Ia memandang sekitar. Melihat alat alat yg ada di menara itu. Ia melihat kalender di ruangan itu. 1 September 1996.
"Untuk memastikan saja. Apa benar waktu yang ditunjukan kalender itu?" Tanya Gadis itu pada Luna dengan tatapan tajam.
"Yaa. Sekarang 1 September."
"Dan apa benar kau sekarang berada di kelas 4?"
"Betul sekali."
"Bagaimana dengan .. Maksudku, Hermione. Ia berada di kelas 5 sekarang?"
"Kau ini sebenarnya siapa sih? Bagaimana kau bisa tahu itu semua?"
Gadis itu membalikan badannya. membelakangi Luna.
"Ini berhasil! Ramuannya benar benar berhasil!" Mata Gadis itu berbinar binar.
"Apanya yang berhasil?" Ucapan Luna membuat Gadis itu memutarkan badannya kembali menghadap Luna.
"Aku harus bertemu dengan Harry Potter. Aku rasa kau tahu dia dimana." Ucap Gadis bermata abu-abu itu. Luna memandangnya dalam.
"Tidak sampai kau menjelaskan siapa kau."
"Aku tidak akan memberi tahumu kalau tidak ada Harry Potter. Aku malas bercerita dua kali. Ugh. Kau memang selalu seperti ini Luna!" Ucapnya sambil menarik rambutnya sendiri.
"Aku pikir kau gila."
"Tidak segila kau! Sekarang, ayo antar aku ke Harry Potter!" Perintahnya.
Harry, Ron dan Hermione berjalan bersisihan di koridor Hogwarts. Sesekali berargumen kecil tentang perkumpulan yang baru saja ia buat.
"Aku tidak yakin ini akan berhasil, Mione." Ujar cowok berkacamata yang ada di sampingnya.
"Kita pasti bisa. Kau pasti bisa. Kau tidak lihat ada berapa orang yang ingin ikut bergabung Harry?"
"Mereka tidak mempercayaiku!"
"Kalau mereka tidak mempercayaimu, mereka tidak akan ikut bergabung Harry! Blimey Harry kenapa kau jadi sangat tidak percaya diri sih!" Kesal Ron.
"Bukan begitu. Aku hanya takut tidak bisa memimpin kalian semua."
"Kau menang sebagai juara termuda di Turnamen Triwizard Harry! Itu sudah cukup untuk kami."
"Tapi aku tidak berhasil menyelamatkan..."
"Jangan mulai." Potong Hermione.
Harry masih terbayang bagaimana ia melihat kutukan kematian mengenai badan seniornya, Cedric Diggory. Ia masih terbayang wajah Kau-Tahu-Siapa yang memandangnya dengan pandangan ingin memakannya. Ia masih bisa merasakan sakit di lukanya karena sentuhan Pangeran Kegelapan tersebut. Ini tidak mudah baginya. Ditambah, banyak orang yang tidak percaya dengannya kalau Pangeran Kegelapan telah bangkit kembali. Dengan status sebagai 'Mantan' tersangka Kementrian Sihir karena menggunakan Mantra Patronus di depan Muggle (Yang sebenarnya adalah sepupunya, dan ia ingin menyelamatkan sepupunya yang menyebalkan itu) yang saat itu dilarang karena Harry masih berada dibawah umur. Banyak orang yang meragukan Harry Potter dan mencemoohnya karena berkhayal tentang Pangeran Kegelapan hanya untuk mencari sensasi saja.
Mereka terus berjalan sampai ujung koridor dan bertemu dengan Luna dan Gadis asing yang berada disamping Luna.
"Hey..." Belum sempat Hermione menyapa Luna. Gadis itu langsung memeluk Hermione dengan erat. Air matanya tumpah. Hermione bingung dan memandang Harry, Ron dan Luna bergantian.
"Ehh. Kau.. Kenapa? Siapa kau?" Ucap Hermione sambil melepaskan pelukan gadis itu. Ia memandang lekat ke mata Abu-abu milik gadis itu. Hermione semakin heran karena gadis itu masih saja mengeluarkan air matanya yang kini menatap Harry dan Ron.
"Aku.. Aku..." Gadis itu kikuk.
"Ia tak mau menjawab sampai ia bertemu dengan Harry Potter." Ujar Luna dengan lugu sambil memberi tatapan aneh ke Harry.
"Aku?" Harry bingung. Ia sama sekali tidak mengenal gadis ini. Ia tidak heran bagaimana gadis ini bisa mengenalnya, karena nama Harry Potter ini sedang naik daun setelah kejadian 'tersebut'.
"Aku akan menceritakan siapa aku, tapi tidak disini."
Gadis itu memandang sekitar. Banyak mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan aneh.
"B-Baiklah. Aku rasa aku tahu dimana." Harry sama sekali bingung dan pergi dari tempat itu menuju ke dalam kastil Hogwarts. Lebih tepatnya ia sedang meminta Ruang Kebutuhan yang kali ini muncul di hadapannya.
Mereka berlima masuk.
Ruangan itu tampak lenggang. Hanya ada sebuah meja, beberapa kursi dan kaca yang ada diujung ruangan. Dengan foto Cedric Diggory dan anggota Orde Phoenix terpampang disana.
"Ruang Kebutuhan! Kalian menggunakan ruangan ini sebagai tempat berlatih untuk Laskan Dumbledore bukan?" Ujar santai Gadis itu. Ketiga Trio Gryfindor saling melempar pandangan.
"Kau mata-mata Umbridge!" Bentak Ron pada Gadis itu sambil menujuknya. Gadis itu kaget.
"Aku? Cih! Aku tidak serendah itu!"
"Bagaimana kau bisa tahu Laskar Dumbledore!" Teriak Ron. Harry mencoba menenangkan Ron.
"Tenang Ron. Aku rasa dia bukan mata-mata Umbridge. Aku tidak pernah melihatnya di sekolah ini. Lihat saja pakaiannya. Ia tidak memakai jubah asrama!" Jelas Harry sambil memegang lengan Ron. Ron menarik nafas dalam dalam dan kembali ke posisi tenangnya.
Gadis itu masih memandang empat orang dihadapanna bergantian.
"Aku tidak tahu kalau kalian lebih menarik saat muda." Ujar sang gadis sambil menyeringai menyebalkan. Entah kenapa itu mengingatkan Ron dengan seringai sinis Malfoy.
"Hah? Kau pikir kami sudah tua? Aku bisa tebak kau pasti tidak lebih muda dari ku, Nona muda!" Ucap Hermione Sarkastik.
"Di saat ini, ya. Aku seumuran dengan Kalian. Tapi di saat yang lain, tidak."
"Apa maksudmu di saat yang lain?" Harry kali ini memandang mata gadis itu dalam-dalam.
"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Hermione gemas.
"Aku Athena M... Malfridge." Gugup gadis bermata abu abu itu.
"Malfridge? Aku tidak pernah dengar nama itu. Dari mana asalmu?"
"Dari London tentu saja!"
"Maksud ku kau pasti bersekolah. Dimana sekolahmu?"
"Disini. Aku murid Ravenclaw kelas 5, pada saat itu." Ujar Athena
Gadis itu, Athena, berjalan keujung ruangan menuju cermin besar yang ada disana. Ia melihat pantulan dari dirinya. Rambut pirang-keriting-berantakannya itu ia biarkan menjutai kebelakang. Dengan bibir tipis dan mata yang tajam ia memandangi dirinya sendiri.
"Ramuan itu berhasil!"
"Nah dia mulai lagi.." Ucap Luna "Dari tadi ia bilang 'Ini berhasil', 'Ramuan ini berhasil'. Dan aku tak mengerti ramuan apa yang ia maksud!" Kesal Luna memandang Athena. "Dan kau! Aku tidak yakin kau murid Ravenclaw kelas 5. Kalau begitu kau seasrama dengan ku tapi aku tidak pernah melihatmu di asrama Ravenclaw sebelumnya." Sambungnya lagi.
Athena memandangi Luna dengan senyuman seringai menyebalkannya itu, yang Ron pikir benar benar mirip Malfoy.
"Tentu saja kau tidak pernah melihatku. Ini bukan masa ku." Jelasnya santai dan kembali menatap ketiga orang Gryfindor yang ada dihadapannya itu.
"Tunggu. Kau bilang 'Masa ku'? Kau bicara seolah kau datang dari masa lain saja." Sinis Ron pada Athena. Dari awal Ron sudah tidak menyukai Athena karena senyuman mengerikannya itu.
"Memang."
Ke empat orang itu terperanjat kaget.
"Jangan bercanda kau Malfridge!"
"Apa aku kelihatan bercanda?"
Hermione memandang Harry dan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, kau dari tahun berapa?"
"Kalau aku bilang aku dari masa depan, apa kau percaya?"
"Tidak!" Ucap keempatnya berbarengan.
"Kalau begitu aku tidak akan memberi tahu mu.."
Harry memandang kesal ke Athena.
"Dasar kau gadis menyebalkan!" Gerutu Harry.
"Oh masa. Aku ini keponakan favoritmu, Harry!"
Jleb. Kali ini Harry sangat ingin terjatuh karena ucapan Athena.
"Oi. Apa maksudmu keponakan? Oh. Kau anak Dursley dari masa depan?"
"Nah kau percaya aku dari masa depan? Dan, Oh please. Dursley? Orang tua ku bukan Muggle, Harry." Ujar Athena sinis ke Harry.
Harry menarik lengan Ron dan Hermione beberapa langkah menjauh dari Athena yang kini tengah berargumentasi kecil dengan Luna.
"Kau percaya dengannya?"
"Tidak sama sekali." Ujar Ron.
"Tapi ia terlihat sedang berbohong, Ron."
"Ya tapi tidak kah kau lihat senyuman sinis yang ia berikan kepada ku? Ugh! Dia benar benar mengingatkan ku dengan senyuman licik Malfoy."
"Ehh? Draco Malfoy?"
"Memang ada Malfoy lain lagi selain si Ferret sialan itu di Hogwarts, eh?"
Hermione, Harry dan Ron memicingkan matanya dan memandang si Athena Girl ini. Gadis asing yang menyebalkan (menurut Ron), dan membicarakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Mereka berjalan mendekati Athena dan Luna.
"Bagaimana caranya kau bisa kemari?" Selidik Harry. Athena terdiam. Matanya menerawang kosong kedepan.
FLASHBACK
"Paman, apa kau yakin Ramuan ini aman?" Tanya Athena khawatir pada pria jangkung berambut merah itu.
"Tenang Thena. Aku sudah mencoba sebelumnya." Sahut suara berat yang sedang mengaduk sebuah Ramuan yang berasap di depannya.
"Yaa tapi tidak dalam dosis sebanyak ini." Jelas sekali raut wajah Khawatir di wajah Athena. Pria itu tidak menjawab.
"Aaaah. Selesai." Pekik pria itu. Memasukan ramuan berwarna biru ke dalam botol. Athena melihatnya hati hati.
"Tinggal satu langkah lagi..." Ujar pria itu yang kini tengah mencabut rambut merahnya dan memasukan ke dalam botol.
"Paman George. Kau yakin?"
Kali ini George menoleh ke Athena dengan tatapan tajam di matanya. Ia mendekati Athena dan memegang kedua lengan gadis itu.
"Kau mau rencana kita berhasil? Percayalah pada ku Thena. Aku tidak akan melukaimu dengan Ramuan itu!" Ucap George
Athena teringat bagaimana reaksi ibunya (yang bekerja di Kementrian Sihir) saat George menyampaikan ide gilanya ini. Memang bagus. Namun bahaya jika berada ditangan yang salah.
"B.. Bukan begitu Paman, hanya saja, apa kau... Apa kau yakin kalau ramuan ini akan membawaku ke waktu yang kau maksud itu?"
"No. Aku sudah memasukan memori otak ku ke dalam ramuan ini. Kau akan masuk ke waktu yang aku inginkan. Well, mungkin lebih awal. Karena aku mau, kau menyelamatkan banyak nyawa. Bukan hanya satu."
Athena kini memandang George penuh tanya. George menutup matanya.
"Bagai... Bagaimana caranya Paman? Tidak mungkin ada yang percaya dengan ku. Bahkan kau yang muda pasti akan menganggap ini sebuah lelucon!" Sahut gadis itu.
"No! Jangan temui aku. Jangan bilang padaku kalau.. Kalau saudara ku akan mati. Bisa bisa aku histeris... Kau harus bertemu dengan Harry Potter. Yakinkan dia. Kau harus membuat sejarah yang berbeda.. Selamatkan yang lain di perang, dan tugas mu selesai." Jelas George sambil memandang mata Athena.
Athena menatap dalam-dalam Paman favoritnya ini. Mencari kebenaran. Akhirnya ia mengangguk.
"Aku akan menyelamatkannya untuk mu, Paman. Aku akan menyelamatkannya." Yakin Athena menatap langsung ke George. Senyuman George muncul.
Athena sangat menyayangi George seperti ayahnya sendiri. Entah. Padahal, orang tuanya dan George tidak terlalu dekat. Tapi Athena nyaman bersamanya. Candaan George. Nasihat George. Dan cerita masa lalu George yang membuat Athena tidak sanggup untuk meninggalkan George sendirian.
"So. Bagaimana cara kerjanya?" Tanya Athena yang kini memandangi Ramuan yang ia pegang.
"Saat kau minum ini kau akan merasa ngantuk. Kau akan tertidur dan akan terbangun di masa yang telah di tentukan."
"Kelihatannya gampang. Lalu? Bagaimana caranya aku pulang. Kapan aku pulang?"
"Setelah misimu sudah benar benar selesai."
Ya. Misi. Yang seperti direncanakan oleh mereka.
Athena membuka tutup botolnya. Mencium aroma dari Ramuan ini. Bau nya seperti didihan bunga Rose. Ia menelan ludahnya.
"Apapun yang kau lakukan di masa lalu akan menjadi sejarah. Dan orang yang tahu adalah kau, dan orang orang dari masa lalu mu. Jika kau terluka, luka itu akan kau bawa sampai kau kembali. Jika kau mati, mungkin saja orang tuamu tidak akan melahirkan mu. Setiap kejadian yang kau ubah, akan merubah masa depan juga. Jadi apa yang kau lakukan di masa lalu, ubahlah sesuatu yang berharga. Maka dari itu. Jangan sampai membuat dirimu terbunuh. Jaga dirimu baik baik."
Itu kata kata terakhir yang di dengar Athena sebelum ia meminum ramuan dan tertidur.
END OF FLASHBACK
"Dan saat aku terbangun, aku berada di ujung perpustakaan." Kata Athena mengakhiri ceritanya.
Harru, Ron, Hermione dan Luna terdiam. Mencerna kata demi kata yang diucapkan ada keraguan di suara Athena. Ia begitu semangat dan percaya diri.
"George? Kakak ku? Apa maksudnya 'menyelamatkannya'? Siapa yang akan kau selamatkan? Siapa yang akan mati?" Tanya Ron.
Athena terdiam.
"Aku belum bisa menceritakannya." Singkat Athena. Ron memasang wajah kesal.
"Okey girl. Ceritakan apa yang kau tahu tentang kami." Ujar Harry
"Um masa kini, atau masa depan?"
"Semuanya."
"Okey. Tapi aku butuh Ginny."
"Ginny? Adik ku?" Heran Ron.
"Tentu saja. Dan Draco?"
Duar. Mereka serasa disambar petir di siang hari saat mendengar nama rivalnya tersebut di sebutkan.
"Oh tidak. Ginny, Oke. Malfoy? No. Not at all. Kenapa harus dia?" Celetuk Ron kesal sambi memandang Athena sinis.
"Kau mau aku bercerita atau tidak?"
"Terserah kau. Aku tidak peduli dengan mu dan omong kosong mu soal masa depan!"
"Ron!" Hermione memelototinya. Ron ciut.
"Okey. Luna, bisa kau panggil Ginny kesini?" Harry meminta tolong pada Luna. Dengan secepat kilat Luna pergi dari sana.
"Bukannya kami tidak mau menuruti kemauan mu Athena. Tapi kami dan Malfoy bukan teman baik dimasa sekarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kami di masa yang akan datang."
Athena sedikit berpikir.
"Ditambah lagi, dia adalah mata mata untuk Umbridge." Tambah Hermione.
Athena berpikir lama dan menyunggingkan senyum menyebalkannya itu.
"Biar aku yang urus soal dia."
Okey sampai sini dulu. Saran, Kritik, Masukan, Ide, Cacian, Makian dan lain lain gue terima. Silahkan isi di kolom review. Chapter selanjutnya akan gue Publish sekitar 7 hari setelah hari ini.
Oia, follow akun IG gue at aprilliaais. Trims. Aprillia
