Malam hari di sebuah tempat yang terlihat seperti terlindungi sinar biru. Rupanya itu adalah sebuah segel. Di sana, terlihat sebuah bukit dan tanah luas nan kosong yang terletak dibawah bukit itu. Suasana di sana terasa sunyi, sepi, senyap, serta mencekam. Hanya terdengar suara dengkiran jangkrik dan suara burung hantu. Namun, mendadak suasana berubah ketika terdengar suara menggelegar, seperti perpaduan antara suara singa dan harimau. Suara itu terdengar dari arah gua di bukit tersebut. Burung-burungpun berhamburan terbang.

"Kak…kak…" suara gagak terdengar riuh. Tidak jauh dari gua itu, terdengar suara manusia di sekitar tanah luas yang tersegel. Suaranya terdengar menyedihkan dan membuat bulu kuduk berdiri.

"Tolong aku…" suaranya terdengar memelas, pelan, dan menyedihkan.

"Keluarkan kami dari sini….."

"Aku mohon…. Tolong aku….huhuhu….." Seorang pria dengan senyum liciknya mengarahkan tangannya ke depan. Setelah mengeluarkan jutsunya, muncul sinar warna merah dan sinar itu menyesap ke arah depannya. Terdengar teriakkan dari suara-suara tadi.

"Aaaaaaaa…. !" dan suara-suara itupun lenyap.

"Jangan pernah berharap kalian bisa bebas dari segelku ini!" ia tertawa menggelegar. Di belakangnya terdapat berates-ratus orang (missing-nin) berdiri tegap tanpa ada gerakan sedikitpun.

"Sebentar lagi Ginousa akan segera keluar dari neraka yang mengurungnya selama 700 tahun dengan kinjutsu milik gadis itu. Huahahahaha….. Tunggulah sebentar lagi!" Pria itu tertawa lagi. Muncul halilintar menyambar-nyambar saling bersahutan. Suasana semakin mencekam dan sunyi.

The Land of Seal

Disclaimer : This is Masashi Kishimoto's mind. I only lend his Characters, ok!

Genre : Adventure/Friendship

Warning : OC + GAJE x ABSURD÷GAK BANGED = ?

Please read and review minna…. n_n

Kembali pada Bukit dan tanah luas nan kosong yang sebenarnya berpenghuni karena pengaruh segel sehingga membuat para penduduk dan bangunan rumah tidak terlihat. Di balik semak-semak, ada seorang pria yang merupakan salah satu penduduk desa Konoha yang melihat semua kejadian di depan matanya, sebut saja Koichiro. Ia hendak pergi ke desa seberang untuk membeli sayuran dan tidak sengaja melewati tempat ini. Ia bergidik ngeri dan segera kabur dari tempat itu untuk kembali ke desanya. Ia lari pontang panting dan tidak menggubris apakah ia sudah mendapat sayuran yang ia perlukan atau belum. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana agar nyawanya masih tetap berada di raganya alias bagaimana caranya agar ia selamat sampai desa dan memberitaahu hal ini pada orang-orang di Konoha.

Pagi harinya di warung Ichiraku ada Naruto, Sakura, Neji, Sai, dan Ino yang sedang makan ramen-sekadar pengganti sarapan pagi.

"Ah, kenyanngnya…" kata Naruto tersenyum senang. Di depannya ada bertumpuk-tumpuk mangkuk ramen yang hampir mengalahkan gunung di konoha (?). Sakura yang melihatnya hanya mendengus kesal dan speechless.

"Huh, kalau kau sampai sakit perut, baru tahu rasa kau!" gerutu Sakura kesal.

"Tidak akan, Sakura-chan. Mi ramen kan sahabat terbaikku. Dia tidak mungkin menyakitiku…" jawab Naruto tersenyum enteng sambil mengelus perutnya ayng buncit karena terlalu kenyang .

" -_-" Ino dan Sakura yang mendengarnya tambah sweatdrop sementara Sai tersenyum palsu dan Neji hanya diam saja.

" Tidak ada misi, latihan terus, membosankan!" keluh Naruto kesal. Ia melipat tangannya dan yang lain (kecuali Sai dan Neji) hanya menghela napas malas.

"Ya, kau benar, Naruto. sudah dua bulan ini tidak ada misi. kalau begini teerus, tidak ada uang jajan. Hn…" helaan napas Naruto dan Sakura terhenti tatkala terdengar suara debuman tapak kaki seseorang yang terdengar keras.

"Tolong…..! tolong…!" semua orang yang ada di warung Ichiraku menoleh ke arah sumber suara.

"Hey, Koichiro!" seru Ichiraku. Koichiro menoleh ke arah Ichiraku dan berlari ke arahnya.

"Kenapa kau teriak-teriak seperti itu?" tanya Ichiraku penasaran. Koichiro berhenti dengan terengah-engah. Ia mengusap peluh di dahinya dan menatap Ichiraku dan yang lain dengan panik.

"Aku takut…" jawab Koichiro bergidik ngeri. Naruto dan yang lain tambah heran melihatnya.

"Memangnya ada apa? Apa terjadi sesuatu saat kau pergi ke desa lain?" Tanya Ichiraku bingung.

"Ya" jawab Koichiro masih terengah – engah. Dia duduk di pinggir di samping Sai.

" Saat malam hari, aku hendak tidur, tetapi aku mendengar suara aneh. Suara seperti perpaduan suara…. Suara…. Mungkin suara singa dan suara harimau. Suaranya terdengar menakutkan. Akupun mencari asal suara itu dan aku berhenti di sebuah tanah luas dan kosong. Tidak ada tumbuhan atau apapun di situ. Tidak jauh dari tanah itu ada sebuah bukit. Aku rasa suara yang aku dengar berasal dari bukit itu. Lalu terdengar seperti suara manusia tetapi sosoknya tidak tampak. Aku rasa itu adalah… Hantu….?" jelas Koichiro masih bergidik ngeri. Iapun berhenti terengah-engah tetapi peluh masih menetes melewati pipinya karena ia merasa merinding.

"Apa ?Hantu ? kyaaaa….! " Naruto tersentak kaget dan lari terbirit-birit. Ia berputar-putar disekitar kedai. Lagi- lagi Sakura dan Ino sweatdrop sementara Sai dan Neji hanya diam saja.

"Benarkah itu, paman?" tanya Neji. Koichiro mengangguk yakin.

"Ya. Selain itu, aku melihat seseorang dan di belakangnya ada banyak orang. Aku tidak tahu siapa mereka tetapi orang itu berkata kalau yang bernama Ginousa sebentar lagi akan keluar dari neraka yang mengurungnya selama 700 tahun dengan…. Kin…kin… apa ya lupa…intinya kin-"

" Kinjutsu?" sela Neji. Semua memandang Neji dengan terpana.

" Ya, itu dia, kinjutsu, kinjutsu milik seorang gadis, tetapi aku tidak tahu siapa gadis yang dimaksud. Lalu muncul petir di langit. Lalu aku langsung kabur dan bergegas pulang. Tidak peduli aku yang belum mendapatkan sayuran yang aku cari. Yang ada di pikiranku adalah bagaimana caranya agar aku selamat sampai di sini dan dapat menceritakannya pada kalian…" kata Koichiro. Neji, Sai, Sakura, dan Ino terdiam sejenak-berpikir sementara Naruto berhenti berlari dan duduk terengah-engah karena pusing dan lelah.

"Tadi paman bilang kalau ada seseorang ingin membebaskan makhluk bernama Ginousa dengan kinjutsu seoragn gadis?" tanay Naruto memastikan. Ia atur napasnya dan menatap Koichiron serius. Koichiro mengangguk dan Naruto terpana mendengarnya.

"Aku rasa ini gawat. Kita harus melapor pada Hokage tentang hal ini!" usul Ino.

"Aku setuju." jawab Sakura.

"Ayo, kita pergi! Paman juga ikut!" ajak Naruto. Koichiro mengangguk dan mereka berlimapun pergi meninggalkan warung Ichiraku dengan melompat dari atap rumah ke atap rumah lainnya dengan Koichiro digendong Naruto.

Di ruangan Hokage….

"Apa?" Tsunade terkejut mendengar cerita dari Koichiro. Naruto, Sakura, Neji, Sai, dan Koichiro berdiri di depan Tsunade dengan Shizune di samping kiri Tsnade dan Pink di pangkuan Tsunade. Usapannya pada Pink berhenti membuat Pink menoleh pada Tsunade.

"Benar, Hokage..." jawab Koichiro mengangguk.

"Di mana kau melihatnya?" tanya Tsunade lagi. Jujur, Tsunade baru tahu ada kejadian seperti ini, khususnya desa yang tersegel sehingga tidak tampak secara kasat mata. Apalagi yang tidak kalah penting, seseorang yang ingin memebebaskan suatu makhluk dengan kinjutsu seseorang secara paksa? Benar-benar masalah yang serius. Tsunade menghela napas dan memejamkan kedua matannya sejenak.

"Tetapi ngomong-ngomong, sinar biru itu apa?" tanya Shizune.

"Mungkin itu semacam segel…" tukas Neji angkat bicara.

"Aku rasa begitu…" jawab Tsunade serius. Kedua jarinya bersilang/mengait dengan siku ada di atas meja kerjanya.

"Bagaimana, nona Tsunade?" tanya Shizune.

"Baiklah. Naruto, Sakura, dan Neji, kalian bersama Kakashi pergi ke bukit Shinjao, cari tahu masalah ini dan selesaikan! Lalu, laporkan padaku. Jika ada masalah, hubungi kami secepatnya!" kata Tsunade. Shizune menatap orang-orang di depannya dengan serius dan emngangguk-menyetujui perintah Tsunade.

"Baik!" dan mereka berempat pergi meninggalkan ruang hokage.

"Kalau begitu saya permisi dulu." kata Koichiro mohon pamit. Ia membungkuk memberi hormat pada Tsunade dan Tsunade mengangguk pelan.

"Baiklah. Sai, tolong antarkan dia sampai ke gerbang!"

" Baik ! " kata Sai mengangguk. Ia dan Koichiro keluar dari ruangan Tsunade dan mereka berduapun pergi. Pintu tertutup kembali dan Tsunade menghela napas lalu memutar kursi putarnya ke arah jendela. Shizune hanya memandang Tsunade dalam diam.

"Bukit Shinjao… " dan matahari terbenam dengan sinarnya yang menembus kaca jendela ruang Tsunade. Ia tatap matahari terbenam itu dengaan diam. Suasana menjadi hening karena tidak ada oembicaraan dan Tsunade serta Shizune yang tengah sibuk dengan pemikiran masing-masing.

TBC

Hay, saya kembali lagi dengan editan yang (saya harap) tidak kacau…

Mohon reviewnya minna… arigatou… n_n (berojigi 2x)