FLATMATE

prolog

.

.

Sudah pukul 10 malam, yang mana Baekhyun terlambat 3 jam untuk pulang seperti biasanya. Jam kuliahnya berakhir pukul 5, tapi setelah itu dia harus menyisihkan lagi waktunya untuk menjadi asisten dosen. Jadwal setiap hari Kamis yang tidak boleh dia tinggal demi beberapa lembar uang yang akan ia terima.

Bus terakhir sudah berlalu sejak pukul 6, dengan begitu Baekhyun terpaksa untuk mengeluarkan uang lebih banyak untuk menggunakan taksi daripada nekad berjalan agar sampai ke rumahnya. Bisa-bisa kakinya akan membengkak karena jarak kampus dan rumah hampir 15km.

"Nona, kita tidak bisa menggunakan jalur kiri. Saya terpaksa harus menggunakan jalur kanan." Sopir taksi itu berkata setelah melihat ada peralihan di perempatan depan. Baekhyun melihat ada sebuah truk terbalik, keadaannya parah karena terlihat pecahan telur berkeliaran disekitarnya.

Sejenak Baekhyun berpikir, jika menggunakan jalur kanan sama artinya dia membayar biaya taksi lebih mahal. Sedang uang yang ia miliki sekarang sangat terbatas dan rencana akan ia gunakan untuk membeli buku. Dia melihat ada satu gang kecil di sebelah kiri. Seingatnya, gang itu akses paling dekat menuju rumahnya dan tidak terlalu jauh jika harus ditempu dengan berjalan kaki.

Akhirnya Baekhyun menyudahi perjalanan taksinya sampai di sini. Setelah membayarkan biaya yang harus ia tanggung, Baekhyun berjalan masuk ke dalam gang itu.

Sudah sepi, sangat jelas karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih. Keadaan gang itu juga sangat remang, dimana hanya lampu-lampu minim cahaya yang terpasang dengan jarak 5 meter. Hawa dingin memperparah keadaan dimana bulu-bulu halus di belang tengkuk Baekhyun mulai meremang.

Baekhyun menggunakan langkah cepat. Dia ingin segera bertemu ujung gang ini, menyambut daerah sekitar rumahnya yang berbatasan pas dengan tembok tinggi yang memisahkan bagian Selatan dan Utara daerah Gangwon-do. Tapi di jarak 6 meter sebelum ujung gang, Baekhyun harus membeku dengan degub jantung yang berdetak cepat. Bibirnya tak bisa ia gerakkan, hanya hatinya yang kini mengumandangkan doa seadanya yang ia bisa demi keselamatan dirinya sendiri. Tidaklah ia lagi peduli dengan seorang wanita yang sedang tergeletak di depannya, dengan pakaian sudah tak beraturan karena sosok bertaring di atas wanita itu mendominasi satu gerakan abstrak.

Sayang seribu sayang, ketika Baekhyun ingin mengambil langkah mundur, kakinya menginjak kaleng bekas hingga suara yang sebenarnya terdengar kecil, menjadi menggema di sepanjang gang.

Lelaki bertaring itu menoleh, membuat tautan tajam mata merahnya pada Baekhyun yang terdiam. Kaki Baekhyun semakin membeku, bahkan kini sudah mati rasa untuk sekedar membuat langkah kecil.

"Ada mangsa baru."

Siapapun, Baekhyun ingin diselamatkan. Dia tidak ingin menjadi korban selanjutnya dan bernasib sama seperti wanita itu.

"Oh, kau Byun Baekhyun." Pria bertaring itu membenarkan posisi celananya. Pakaiannya sungguh menipu dari wujud aslinya. Baekhyun kenal betul bangsa Utara yang dianut lelaki bertaring itu meski dari fisik dia terlihat seperti orang di bangsa Selatan.

Baekhyun ingin berteriak, tapi suaranya seperti hilang ditelan kegelapan malam.

"J-jangan.."

Lutut Baekhyun kini terasa melemas. Tulang tubuhnya serasa meleleh dan dia hilang kendali ketika bibirnya terasa penuh oleh seseorang yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya lalu menangkup rahangnya. Matanya tak bisa ia buka ketika bibirnya mendapat lumatan basah, menghisap habis seluruh bibir tipisnya hingga bernapas saja seperti tidak ada celah.

"Lupakan, jangan mengingat malam ini dan apapun yang kau lihat malam ini." Suaranya terdengar rendah, menggelitik kecil kesadaran Baekhyun yang tersisa.

Lalu semua kesadaran Baekhyun menghilang, berganti kegelapan yang melemahkan tubuhnya. Jika ini memang akhir hidup Baekhyun, setidaknya buat dia memiliki tubuh utuh tanpa cabikan apapun di tiap inci tubuhnya.

.

.

.

Basyot : heheheheeheh 69x