Title : Hinata Oh, Hinata
Desclaimer : Mak-kasih Kising diMotor *Gila lo! Nama gue jadi begituan!*
Genre : Romance/Humor
Rated : T
Warning : OOC super, judul agak nggak nyambung dengan fic, seluruh watak karakter dirombak membentuk pribadi yang baru, mungkin EYD agak kurang (soalnya ini fic agak terkontaminasi sama humor di bagian yang agak akhir. Tau kan? Gimana gaya bahasa saya kalau udah nulis fic humor? acakadutabis), yang terakhir karena saya kurang jago nulis romance jangan kapok bacanya ya.. haha.. lagi eksperimen bikin fic berdasarkan mimpi yang selama ini selalu di mimpiin… XD
Page One
SHOCKING
Seorang 'gadis' tengah duduk termangu di sebuah kursi dekat jendela kelasnya. Mata peraknya memandangi langit di luar sana. Dengan bertopang dagu, ia menghela nafasnya sekali. Layaknya ibu-ibu yang sedang frustasi.
Bola mata 'cewek' itu kini bergerser dari langit di atas menuju suatu objek yang berpijak di atas bumi. Suatu objek yang bergerak, hidup, bernafas, yang saat ini tengah sibuk berjalan dan kelihatan kesusahan juga karena puluhan siswi SMA Konoha saat itu sedang mengerubunginya bak lalat yang kelaparan.
"Sasukeee~!" teriakan siswi-siswi yang diketahui fans-girl nya cowok yang diperhatikan Hinata itu bergema keras hingga membuat orang-orang yang bahkan sampai berada di radius lima ribu kilometer pun dapat terkena penyakit ayan mendadak karenanya. Sensasi Uchiha memang luar biasa…
Tidak terkecuali Hinata yang saat ini tengah mojok di kursi dekat jendela paling belakang, masih bisa mendengar jelas suara jejeritan mak-mak lampir yang begitu sangar dan tegas. Padahal, Hinata saat itu berada di gedung berlantai tiga dan kelasnya yang menjadi tempat 'mojok' nya saat ini berada di ruangan paling ujung dari yang terujung.
Bola mata (yang lagi-lagi dengan terpaksa author sebut sebagai) 'gadis' itu membulat perlahan. Orang yang diketahui bernama Uchiha Sasuke itu berhenti mendadak. dan memutar kepalanya ke belakang atas, tepat dimana Hyuuga Hinata memperhatikannya dari kejauhan. Sebuah senyum terpampang di wajah cowok cool itu. ah, bukan… itu bukan senyuman. Memang mirip, tapi sebuah 'senyuman' sepertinya kurang cocok untuk julukan bentuk bibir Uchiha saat itu.
Seringai..
Bingo!
Itu sebuah seringai!
Hinata mengerutkan dahinya, kemudian menarik kantung mata kirinya ke bawah sambil menjulurkan lidah. Mengerti? Itu sebuah ejekan untuk Uchiha yang telah mengejeknya dengan bentuk bibir terjelek abad itu.
Bentuk bibir Uchiha mengendur, dan kembali normal. Tentu saja ia tidak mungkin membalas Hinata dengan berbalik menjulurkan lidah di depan khalayak ramai yang sedang mengaguminya. Pesona Uchiha akan runtuh. Oh meiji, semoga itu tidak terjadi. Berdo'a di mulai.
"Ada apa Sasuke-kun?" tanya seorang fans-girlnya Sasuke
"Tidak ada apa-apa," jawabnya sok dimanis-maniskan sambil tersenyum palsu. Uchiha memang playboy kelas cebong super.
"Ayo cepat kita pergi Sasuke-kun~" ucap satu orang fansgirlnya yang diikuti oleh puluhan bacot fansgirlnya yang lain. Yang jelas cowok ini hanya bisa sweatdrop melihat tingkah jutaan fansnya yang meskipun belum bisa mengalahkan jutaan fansnya MJ. Tapi, demi menjaga image, Sasuke hanya mengangguk sekali.
Swung (?)
Dan hal itu cukup untuk membuat ratusan (tadi puluhan, trus jutaan, sekarang ratusan, ckck) fansnya menjerit histeris mendadak,
"KYAAA~!"
Cukup.
Adegan semacam ini terlalu membosankan untuk di ceritakan lebih detail. Terlalu malas untuk menonton sinteron murahan di depan sekolahnya, Hinata mengalihkan pandangannya ke arah yang jelas-jelas bukan cowok bernama Sasuke lagi. kali ini suara lembut, ayu, manis, nan wangi menyapanya di ambang pintu kelas,
"Lho Hinata? Belum pulang?" seorang cewek dengan rambut pink-nya yang mencolok muncul secara tiba-tiba.
"Sakura.. eeh, aku belum. Sakura sendiri juga belum pulang?" tokoh utama yang memiliki rambut biru pendek ini hanya bisa bertanya balik.
"Belum, aku baru selesai rapat sekolah," jawabnya sambil membereskan buku-buku dan memasukkan ke dalam tasnya. Sudah cantik, apik, pintar, jadi ketua OSIS pula. Cowok ingusan mana yang nggak tertarik oleh Sakura? Hal itu bisa saja terjadi jika orang-orang yang mungkin masih bisa kita sebut sebagai 'cowok' ini telah kehilangan akalnya atau memutuskan untuk terbang ke Korea dan mengoperasi kelaminnya (bukannya di Korea terkenal dengan operasi plastik?).
"Yep, sudah semua. Hinata mau pulang bareng?" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Hinata sempat terdiam sejenak.
"Hinata?" masih menatap kedua bola mata emerald Sakura, ia perlahan-lahan semakin masuk ke alam bawah sadarnya,
"Hinata-chan?" chan? Sepertinya Sakura tidak perlu repot-repot memuji Hinata dengan sebutan chan deh.
"Hinata, kau tidak apa-apa?" sebuah tepukan di pundak Hinata menyadarkannya,
"Y-ya?" dengan keringat yang keluar di dahinya ia menjawab.
"Kayaknya Hinata pucat deh," Sakura berniat untuk memastikan suhu tubuh Hinata dengan menyentuh dahinya. Namun, cewek berambut biru itu tak segan-segan menepis tangan lembut Sakura,
PLAK
"Maaf, aku tak apa," ucapnya sambil berlalu begitu saja. Sakura hanya memandang heran.
xXx(Fujisaki-Fuun)xXx
"SIALLLLLL!" sudah berlari sejauh mungkin, akhirnya Hinata sadar bahwa hal yang baru saja di lakukannya itu sangat-sangat di sesalkannya. Padahal Sakura, Haruno Sakura yang menjadi panutannya sejak TK itu merupakan orang pertama yang ingin di jadikannya teman akrab tapi nggak kesampaian. Entah kenapa, secara alamiah Hinata berubah menjadi orang yang gugupan ketika dirinya berada di dekat gadis serba pink itu.
Kalau saja tadi ia membiarkan Haruno menyentuh dahinya, atau, kalau saja tadi ia langsung menjawab 'iya' ketika Haruno mengajaknya pulang bersama, pasti saat ini ia sedang ber'duaan' dengan Sakura.
Tunggu,
kata 'berduaan' terdengar horor untuk seorang Haruno-Hyuuga. tapi, tujuan utama Hinata pada saat itu memang untuk bisa bersama dengan Haruno walau hanya sedetik saja. Jika saja saat ini ada Uya si Kuya yang datang untuk menghipnotisnya, pasti pengakuan mengejutkan akan terucap di bibir Hinata.
"Aku pulang," teriak Hinata sambil menggeser pintu rumahnya. Pemandangan yang lain dari biasanya terpampang jelas di depan wajahnya. Sepasang sepatu berukuran 41 bertengger manis di atas keset rumahnya. Ia memang tinggal dengan orang tua nya Hiashi beserta sang istri. Tapi, berhubung hari ini kedua orang tua Hinata sedang mengadakan proyek besar di luar negeri, maka dapat di pastikan bahwa sepatu tali berwarna hitam merek Adidas itu bukan sepatu milik ayahnya, apalagi Ibunya. Dengan waspada, ia masuk ke dalam rumahnya perlahan sambil membawa sebuah tongkat pemukul baseball besi asli milik sepupunya Neji yang pernah mengikuti turnamen baseball di kotanya, Konoha barat sewaktu berumur 12 tahun.
Kayu-kayu yang menjadi lantai di rumah Hinata berdenyit saat cewek itu melewatinya satu demi satu. Ia melihat siluet manusia di kamar mandi. Karena tertutupi dengan tirai penutup, Hinata tidak bisa melihat jelas siapa sosok bejat yang sedang menikmati kamar mandi miliknya itu secara gratis tanpa permisi. dengan aba-aba dalam hati, cewek itu langsung mengayunkan tongkat baseball tersebut sambil berteriak,
"Heaaah!" kepada sosok yang saat ini kita anggap bejat karena telah menggunakan kamar mandi Hinata.
Sial.
Sosok yang lagi-lagi terpaksa kita sebut sebagai bejat itu sadar dengan ayunan dan auo-an Hinata sehingga dapat menghindar dengan mudah.
"Jangan kasar begitu dong.." ucap sosok yang bersuara seperti cowok itu di balik tirai mandi.
Tirai mandi itu di bukanya perlahan, Hinata cuman menelan ludah, bersiap-siap memukul kembali orang tersebut dengan tongkat baseball milik sepupunya. Seonggok daging bertubuh bidang muncul di balik samarnya uap yang menyelimuti ruang mandi tersebut. Dengan modal handuk yang menutupi bagian pinggang sampai dengkulnya itu, cowok tersebut muncul secara blak-blakan.
"Hai," semburnya singkat sambil menyeringai.
"Sa-" wajah Hinata pucat pasi,
"UCHIHA SASUKE!" ia berteriak shock saat mengetahui orang yang menggunakan kamar mandinya itu si bocah menyebalkan yang playboy nya nggak ketulungan. Daripada itu, yang lebih penting lagi, kenapa dia ada di sini?
"Untuk seukuran cewek, suaramu besar juga," ucapnya santai sambil mengorek kupingnya.
"Ngapain kau di rumahku? Di kamar mandiku? Menggunakan Handukku? Siaaal!" teriak Hinata sebal sambil melempar tongkat baseball ke arah wajah Sasuke.
'Hup'
Sayang, karena Sasuke menghindar, tongkatnya melayang dan mengenai cermin di kamar mandinya.
"Gyaaa!" Hinata semakin frustasi.
"Hampir saja..Fuuh,"
"Kaaauu! Cepat keluar dari rumahku!" rontaan gadis yang mendorong-dorong Uchiha keluar dari rumah kediaman Hyuuga di hentikannya.
"Tidak bisa," Sasuke memberi jeda pada kalimatnya, "Orangtuamu yang menyuruhku untuk tinggal di sini selama mereka berada di L.A," berita mengejutkan ini sukses membuat mata Hinata terbelalak,
"Kau pasti becanda!" teriaknya tidak percaya
"Eh, sebenarnya sih, kakak bodohku juga di suruh menginap di sini," mata Hinata yang terbelalak semakin membulat lebar, sebulat wajahnya Chouji yang sedang memasukkan 5 lembar daging sapi ke dalam mulutnya sekaligus.
"Kau pasti gila!"
"Aduh.. bodoh, untuk apa aku berbohong," Sasuke menepak dahinya. Ekspresinya saat ini menunjukkan bahwa ia benar-benar serius.
Belum sempat berpikir lama untuk menjelaskan dengan logis mengapa Sasuke berada di sini, di depan pintu rumahnya terdengar suara ribut sepupunya Neji dengan seseorang.
"Maaf bung, kau harus pulang ke rumahmu di barat sana," seseorang berambut hitam di ikat menyentuh dahi Neji dengan telunjuknya, seolah sedang dipermainkan.
"Mana bisa aku tenang kalau sepupuku hari ini akan tinggal bersama dengan Uchiha bersaudara sekaligus! Hah! Takkan kubiarkan!" Neji menepis tangan lelaki itu.
"Baka-aniki ku sudah pulang?"
"Heh, Otouto kurang ajar,"
"Nii-san?"
"Hinata!"
Keadaan hening sejenak. Namun, keheningan ini tidak bertahan lama,
"Sudah sana pulang," Uchiha bersaudara masih sibuk menyingkirkan si rambut panjang Neji yang masih bersikukuh tidak ingin meninggalkan rumah saudaranya.
"Tidak mau!"
"Pulang nggak!" suara Uchiha CS bergema dengan kompaknya
"MOH!" suara penolakan masih keluar nyaring dari bibir si Hyuuga berambut cokelat panjang.
"KALO GUA BILANG PULANG YA PULANG!" Uchiha bersaudara teriak frustasi.
"Yaudah," kali ini Neji tidak memberikan perlawanan, "Yuk Hinata, kita pulang," sepasang bogem mendarat mulus di pipi Neji,
"PULANG YA PULANG, TAPI JANGAN NGAJAK HINATA KALI!"
"APA SIH MAU LO PADA!" dua buah gumpalan tangan menyerang balik pipi Sasuke dan Itachi.
"Kenapa sih, ngotot banget? Menjengkelkan," Sasuke mulai panas, hingga tanpa sadar kalau saat ini dia ngamuk di luar halaman rumah Hinata hanya dengan berbusana handuk di pinggang.
"Gimana nggak kesal, tiba-tiba saja kalian berdua berada di sini tanpa sepengetahuanku!"
"Duh, susah ya ngomong sama orang bolot. Kalo lo kagak tau, kenapa sekarang ada di sini!" lagi-lagi suara Sasuke yang berkoar. Kakaknya sih stay cool, merasa cukup menjadi back-up nya si Sasuke. Dia terlalu malas berkarate lidah dan meributkan pepesan kosong. Tidak seperti adiknya yang panasan dan kurang berpikir matang, Itachi cenderung berpikir dua kali dalam menghadapi suatu masalah. Kalau dirasa kurang penting-penting amat ya, dia nggak akan bersusah payah berkorban image seperti apa yang di lakukan Sasuke saat ini...
"Berisik ah! Hinata, ayo ikut pulang!"
"Tidak bisa! Orangtua nya lebih mempercayaiku ketimbang kau yang over-protective sama adiknya sendiri!"
"K-kok?" Sasuke mendekati pria bermata perak itu, kemudian membisikkan sesuatu di telinganya,
"Kau tidak mengerti situasi Hinata yang sesungguhnya kan? Kalau sebenarnya dia…" Sasuke semakin mempelankan suaranya, "….." gerakan bibirnya membentuk suatu kata hingga membuat si rambut panjang itu mengeluarkan busa dari mulutnya.
Brr…
"A-U-Uchiha kau serius?" mata Neji memancarkan aura bak seorang maling yang sedang dilema disaat imannya tergoda untuk nyolong baju jemuran tanpa ketauan si pemilik yang diketahui mak-mak belasan tahun yang lagi numpang buang air di jamban dekat kali. (ini ngomongin apa sih sebenarnya?)
"Iya," balas Sasuke yang nggak kalah horornya.
"T-tapi… K-kau serius nih? Yakin? HinataKU seperti itu?" Neji memberikan penekanan pada kata 'ku' nya.
"IYA BOTAK! Kagak percaya amat sih!" logat norak Sasuke keluar, "Nih buktinya," Sasuke menunjukkan beberapa lembar bukti foto Hinata yang -piip-, Hinata yang sedang bersama -piip-, dan Hinata yang ketahuan -piip- saat sedang mengintip -piip-
"Para dewa-dewa laut, katakan ini BOHONG!" Neji mendramatisir keadaan. Sasuke masih berusaha membujuk Neji agar mengijinkannya tinggal bersama Hinata. sedangkan Hinata sudah masuk ke dalam rumah sejak Sasuke berbisik-bisik dengan Neji. dan kakaknya Itachi asik nonton aksi laga adiknya sambil memakan sekantung jumbo popcorn yang baru saja di belinya ketika abang-abang sepeda jualan popcorn gocengan lewat.
"T-terus… kau dan kakakmu.. bisa apa…?" tanya Neji masih ragu.
"Aku… akan mencoba sebisanya. Tapi, kalau sudah tidak tertolong lagi…" Sasuke menelan ludah, "Kartu AS bahkan joker akan dikeluarkan," mata Neji membulat,
"M-m-maksudmu?"
"Membuatnya agar…. Jatuh cinta kepada salah satu diantara kami," ucap Sasuke sambil menunjuk Itachi yang masih asik mengunyah kudapan asinnya. Kemudian melambai saat saudara sedarahnya menunjuk Itachi dengan tampang mengerikan. Benar-benar tidak bisa baca situasi…
"Si-sial… jangan sampai itu terjadi! Pokoknya kau harus berhasil!"
"Kau kira aku mau di sukai oleh gadis kuper kayak dia! MOH~" balas Sasuke yang asik meletakkan kedua telapak tangannya di antara pinggang.
"Yah… baguslah kalau kau tidak menyukainya…" sebenarnya Neji nggak rela juga kalau sepupunya dikatain Kuper oleh orang nggak tau diri kayak Uchiha. Tapi, hal itu nggak seberapa. jika si Uchiha memproklamirkan dirinya menyukai Hinata, maka hal itu sudah sangat-sangat lebih Hina daripada menghinakan kucing piaraannya si Hitam (?)
"Aku harap perasaanmu akan begitu seterusnya… ya sudah, aku pulang…" Neji berputar arah, menuju jalan pulang. Tapi langkahnya terhenti sejenak, dan kepalanya kembali mengadah ke arah bocah bermata 'bad guy' itu, "Tapi, bener ya… demi tugas…"
"Ya.. demi tugas tuan," balas Sasuke sambil mengacungkan tangannya yang ogah-ogahan. Sebenarnya ia agak sedikit jengkel dengan sikap Neji yang dikit-dikit parno-an seperti itu. ingin sekali ia meninju muka sok manisnya Neji yang berlebihan kepada Hinata. namun, kalau dia berkoar dengan lebih banyak variasi kata lagi, bisa-bisa tuan-yang-terhormat Hyuuga Neji ini mencabut kerelaannya untuk membiarkan Uchiha bersaudara menginap di rumah Hinata. Berhubung hal ini sudah tidak menjadi kepentingan, itu artinya author Fuun tidak perlu mengetik bagian ini panjang-panjang.
"Gimana Sas?" tanya kakaknya yang sudah kehabisan popcorn,
"Ya, berhasil," jawabnya dengan seringai. Dan duo Uchiha plus seorang Hyuuga-kecil ini resmi tinggal serumah.
Ya, mulai hari ini…
TBC~!
A/N : yang merhatiin tanda kutip di tulisan 'gadis' pasti nyadar maksudnya.. hwehehehe… mungkin agak samar-samar apa yang di omongin Sasuke sama Neji. Yang pasti, rahasia Hinata ada sangkut pautnya sama Sakura.. ohohoho!
