Eyes on Me
===OO===
Eyes on Me project
Story © Giselle Gionne
Resident Evil © Capcom
Warning: Canon.
Genre: Romance / Drama
Rate: T
===OO===
Keduanya memiliki sebuah hubungan yang sederhana dan sedikit berbeda. Baiklah. Kita mulai saja.
Cinta. Siapa yang tidak mengenal cinta? Diundang tak diundang, perasaan ini akan selalu ada.
Bahkan, ketika kematian bisa merenggut nyawa sang pemiliknya kapan saja.
.
.
.
Matahari Afrika bersinar cukup terik. Di bawahnya, ada sepasang insan yang tetap menggenggam senjata mereka, sedang memasang kuda-kuda agar menjadi lebih perhatian pada lingkungan. Tidak ada yang bisa menebak, kapan kematian akan menjemput mereka di tengah misi.
"Chris, kau haus?"
Sheva, sang rekan, menyodorkan sebotol air. Chris menerima minuman pemberian rekannya tersebut dan meneguknya.
"Terimakasih."
Sheva tersenyum, dan memasukkan dua butir peluru ke dalam M92F miliknya. Sesaat, ia melayangkan sebuah pandangan kecil kepada Chris, seraya berharap sang lelaki akan membalas pandangannya.
Permata kehitaman Sheva mencoba mencari setitik demarkasi yang semu di antara pahatan wajah Chris. Wajah itu sudah penuh dengan peluh dan debu.
Mungkin, lebih tepatnya adalah bahwa wajah tersebut diliputi rasa penyesalan, dan dibumbui dengan usaha pria tersebut. Lihat saja ototnya, mungkin bagi para rekan yang skeptis akan melayangkan tuduhan bahwa Chris telah menggunakan dua puluh botol suntikan steroid.
"Kau percaya bahwa rekanmu, Jill, masih menghembuskan napas?"
"Aku tidak akan lelah untuk mencari kebenaran, Sheva. Alasan mengapa aku mau ke Afrika adalah karena aku ingin mencari keberadaan Jill."
Sederhana. Sebuah jawaban yang tidak berlebih, namun penuh arti bagi siapa saja yang mendengarkan. Sedikit terusik, Sheva mencoba untuk membelokkan topik pembicaraan yang ia lontarkan sendiri beberapa saat yang lalu.
"Jika aku yang menghilang, apa kau akan mencari keberadaanku, Chris?"
Lelaki itu menatap Sheva untuk sesaat, dan sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.
"Tentu saja."
Ah.
"... terimakasih."
"Not even a problem, partner."
Sheva mengangguk, dan keduanya kembali melangkah, menerpa hembusan debu kasar yang kotor dan udara terik yang mematikan.
"Kau tahu..." sanggah Sheva perlahan, kembali membuka pembicaraan. "Aku... memiliki setitik perasaan padamu... Apa kau sadar, bahwa kedua mataku selalu tertuju padamu, untukmu?"
Tersentak, Chris menoleh.
"Aku tahu itu, Sheva..."
"Tidak perlu kau lanjutkan, Chris," Sheva tertawa kecil, sembari menyimpan sebuah rasa. "Aku sudah bisa menerka jawabanmu."
Ia takut menghadapi cinta setelah kejadian yang menimpa dirinya di masa kanak-kanak dulu. Namun, entah mengapa dadanya terasa hangat ketika ia mencintai sesosok Redfield.
"Ssst," Chris menaruh telunjuknya di bibir Sheva. "Jangan banyak bicara."
"A-apa?"
Chris memajukan wajahnya, menundukkannya, dan meraih bibir Sheva, menciumnya hingga Sheva hanya bisa larut dalam kata-kata yang tak mampu ia lontarkan.
Ah.
Betapa indahnya!
