Laksana tegas berseru-seru.

Empat dari tujuh, mereka masih hidup.

Tiga dari tujuh, mereka meninggal tragis.

Tertembak mati di depan sang puteri yang langsung depresi. Meraupkan darah dan otak sang ayah, memerahi wajah.

Tertembak oleh timah panas, bertubi-tubi menembusi raga kasar, seusai menampar keras salah satu prajurit. Diseret-seret, nyawanya telah melayang, tanpa kemanusiawian.

Kelinglungan. Seolah orang gila, kumpulan manusia pendukung partai beraliran salah terus mengolok para perwira hingga sekarat.

Lara. Luka. Sakit...

Kirang cekap, to, penderitaan yang mereka alami?

Berujung dibunuh oleh anggota PKI.

Teriakan, sorakan, di tengah-tengah kejarangan pohon pada perkebunan karet, jenazah dimasukkan ke dalam sumur. Kala itu dini hari menjelang pagi.

Para Jenderal bungkam. Para Jenderal diam. Teriakan menyalahkan dari lawan semua meredam.

Ini bukan hanya nasionalisme.

Namun, masihkah kau menyisa-nyisakan

sebuah celah yang tak berisikan oleh

PANCASILA?

Revolusi Indonesia, revolusi sebuah bangsa.

Banyak pukulan. Tubi-tubi tembakan. Lontaran segala tuduhan. Serantai penderitaan. Sebuah kematian.

Mereka pengecut, mereka seolah tidak memiliki kesadaran Hak Azasi Manusia.

Menangkap seorang Jenderal, diperlukan satu regu.

Membantah? Tubuh para Jenderal langsung saja ditembusi oleh panasnya batangan logam-logam kecil dari timah.

Banyak darah yang tercurah. Banyak air mata yang bercucuran. Banyak isakan yang terucap.

Coup -pengambilan kekuasaan secara paksa- menjadi alibi mereka selama penangkapan, sebelum tragedi penyiksaan keji.

Apakah salah Pancasila?

Mengapa Komunis sangat ingin mengubur, melengserkan, dan membuat seluruh masyarakat Nusantara Julastus lupa akan Pancasila, sejauh-jauhnya?

•••

Pancasila, Pancasila...

Dasar negara.

Pandangan hidup bangsa...

Sumber tertib hukum tertinggi Indonesia...