Disclaimer : Selalu milik Masashi Kishimoto, saya pinjam doank untuk tokoh dari ide cerita milik saya dan sedikit mengeluarkan sifat mereka dari cerita asli
.
.
.
.
WARNING! : Out Of Character, Many mistakes here, Mainstream, Boring, Story from me, Vampirefic
Genre : Romance and drama
Rate : M./ Masih cari yg aman dulu untuk di chap 1, karena ini masih dalam bulan suci penuh berkah, yg kata orang tua setan pada di ikat semua, kecuali setan yang bersarang di dalam hati xD *Sok bijak dia*
Pair : Always NaruSaku./ Yg gk suka sama pair ini silahkan pergi jauh-jauh dari kalangan kami dan jangan tinggalkan jejak yg jadi membuat kalian terlihat seperti IRI dengan karya milik orang lain -_-
.
.
.
.
Until The Last Breath
.
.
.
.
Angin malam yang berhembus kencang menerbangkan liar jubah hitam yang menutupi seluruh anggota tubuh orang yang saat ini sedang berdiri diatas atap ketinggian gedung, wajah pria berjubah gelap itu tak dapat di lihat akibat terlindungi oleh hoodie dan hanya mata merah menyala miliknya yang terpancar jelas dengan kilat tajamnya.
Lelaki itu menarik nafas panjang, menyesap dalam bau anyir yang terasa sangat menggiurkan bagi hasratnya. Ancap pemuda itu melihat kedalam gang sempit dari atas tempatnya berdiri tenang, dan seketika itu pula ia mendesis tajam hingga menampakan empat taring kecil disetiap sudut bibir atas dan bawahnya.
Wushh...
Dalam sekali kedipan mata, pemuda itu telah hilang dan langsung berpindah cepat di tempat seorang lelaki yang kini sedang menghimpit tubuh seorang wanita sambil mengancam wanita yang terlihat ketakutan itu menggunakan pisau kecil digenggaman tangan kasarnya.
"To–tolong lepaskan ak–aku..." Pinta wanita yang mengenakan dress merah dan memegang tas putih itu bergetar. Kedua mata hitamnya melirik kebawah dagu, takut-takut jikalau pisau tajam itu merobek lehernya.
"Kau ingin bebas !?" Lelaki berkulit hitam gelap itu tersenyum remeh, ia semakin mendesakan pisau miliknya keleher sang korban. "Serahkan dulu apa yang semua menjadi milikmu, baru setelah itu kau akan bebas di kawah Neraka sana."
"I–ini" Tas putih di tangan wanita itu tersodor di depan wajah sangar lelaki itu. "A–ambil ini da–dan biarkan ak–aku pergi..." Pintanya sambil meneteskan air mata.
"Masih belum cuk— aakkhh... akkh !" Seketika wanita itu langsung terkejut, manik bulatnya terbelalak lebar saat melihat lelaki di hadapannya tampak kesakitan karena lehernya tengah di gigit oleh orang berjubah gelap.
Mata pisau yang terarah dileher depan wanita itu perlahan mulai menjauh seiring dengan tubuh lelaki yang hendak merampoknya itu mulai melemah hingga pisau di tangannya terpelas dan jatuh sampai menghasilkan bunyi benda besi tebal bergesekan dengan lantai aspal.
Tubuh wanita itu bergetar hebat, ia hanya bisa membatu saat tanpa sengaja menatap mata merah tajam milik pria yang kini tengah menyanggah tubuh si mangsa yang sudah tak berdaya lagi akibat kehabisan darah.
Bukkhh...
Tubuh lelaki yang sudah tak bernyawa itu lagi jatuh kebawah dengan kulit pucat dan tertinggalnya dua titik kecil dibagian leher kiri. Nafas wanita berambut hitam itu memburu hebat, tubuhnya serasa lemas saat mendapati lelaki di hadapannya tengah menyeringai lebar kearahnya.
"Aku sudah menghabisinya..." Suara lelaki berjubah selebor itu terdengar sangat dingin dan menusuk. "Cepat pergi sebelum kau yang menjadi giliran !" Bentaknya dengan nada tinggi diakhir kata yang langsung membuat wanita itu terlonjak.
"T–t–t–te–terimaka–kasih" Sebelum pergi, wanita itu menyempatkan diri untuk mengucapkan kata terimakasih karena sudah menolong dirinya, meski dengan suara terkecat akibat ketakutan.
Usai mengucapkan kalimat bergetarnya, segera wanita itu memacukan lari meninggalkan lelaki penghisap darah di tempat ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kesakitannya orang tadi hingga tak lama kemudian mati kehabisan darah.
.
.
.
.
Kelopak lentik gadis yang memiliki warna rambut dengan setara warna permen kapas itu terkatup rapat, kaki jenjangnya berjinjit tinggi sembari melingkari leher kokoh sang lelaki dengan menggunakan kedua lengannya.
Gadis itu mengerang pelan ketika merasakan bibir bawahnya dihisap kuat oleh sang kekasih, lalu bergantian dengan rongganya yang di telusupkan oleh lidah. Suara erangan halus kembali lolos dari bibir mungil Sakura, membuat Naruto semakin bertambah senang menyapu setiap isi rongga hangat di dalam sana.
Naruto mendesak tubuh mungil Sakura ke dinding tembok yang terdapat tepat disamping pintu kamar. Tangan pucatnya bergerak turun kebawah, lalu memasuki belahan paha Sakura dari luar rok mini yang di kenakan olehnya. Naruto melepaskan pagutan mereka, meninggalkan bibir bengkak Sakura dan bergantian mengecupi leher jenjang gadis itu.
"Ughh—" Jari-jemari lentik Sakura meremas gemas surai pirang Naruto, melampiaskan rasa geli dan aneh yang menyerangnya. Naruto menghirup panjang wangi segar yang menguar dari kulit leher Sakura, ia mencengkram erat bawahan rok gadis itu, dilakukan hanya untuk menahan hasratnya.
Sakura terengah, nafasnya terputus-putus dengan adanya satu tetes peluh kecil yang meleleh disisi wajahnya. Suara geraman Naruto teredam dalam lekukan leher Sakura, tangan pria itu semakin nakal dengan masuk sepenuhnya kedalam rok Sakura lantas berusaha menarik paksa sesuatu di dalam sana yang terbuat dari bahan lembut.
"Arrghh shit !" Remasan terhadap rambut belakang Naruto terlepas kala ia menjauhkan kepala meninggalkan leher Sakura dan mengeluarkan dengan cepat tangannya dari rok mini sang gadis. Naruto menyatukan kening mereka sembari menyentuh ujung dagu lancip Sakura, menuntunnya agar mendongak untuk membalas tatapan lembut darinya.
"Masih belum boleh..." Ujar lelaki itu seraya menatap iris hijau Emerald di hadapannya. "Kau masih bisa sabar, bukan !?" Sakura mengganggukan kepala, kemudian kembali menunduk untuk menyembunyikan wajah merahnya dari Naruto.
"Bagus, sayang..." Menciptakan jarak diantara mereka, lantas Naruto menangkup sebelah pipi Sakura. "Ayo kita jalan keluar !" Ajaknya yang sukses menaikan pandangan Sakura padanya.
"Ayo..."
.
.
.
.
Tawa geli lolos manis dari bibir ranum Sakura, sembari ia tak henti menyamakan langkahnya dengan Naruto. Keduanya melangkah santai dalam menyusuri jalan raya yang sepi akan lalu-lalang orang. Sesekali Sakura memukul pelan bahu kokoh Naruto, disaat pemuda itu berhasil membuatnya tersipu malu.
"Kita pulang ya !" Ucap Naruto, tak ingin berlama-lama lagi berada diluar karena cuaca dingin. Sakura mengangguk pelan, sebenarnya ia masih belum ingin pulang dan ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan kekasih pirangnya.
"Naruto, apakah besok kau tak masuk sekolah lagi ?" Gadis cantik itu bertanya sambil melihat kesamping, menatap langsung wajah tampan sang putra bungsu Namikaze.
"Tentu saja masuk, aku bisa mati bila terlalu lama tak bersama dirimu." Jawabnya juga membalas tatapan dari gadis merah muda disebelahnya. Sakura terkikik kecil, ia merasa sangat bahagia mendapat rayuan gombal dari pemuda berkulit putih pucat itu.
"Kau suka sekali menggodaku..." Ujarnya tersipu, dengan kaki yang masih sama-sama melangkah dalam menyusuri jalanan setapak yang sepi akan lalu-lalang orang, mengingat hari yang sudah cukup larut malam.
"Entahlah, tapi yang jelas hanya kau seorang yang aku cintai di dunia ini. Wajah cantikmu, dahi lebarmu, lalu rambut merah mudamu, aku suka semuanya." Pemuda itu menghentikan langkah, ia meraih kedua bahu sang gadis kemudian membawanya untuk saling bertatapan.
"Dirimu yang berkekurangan lantas juga berlebih, hal itu semua yang aku suka..." Sakura tertawa geli, ia mendekat lalu melingkarkan kedua lengan dibagian leher kokoh Naruto.
"Kenapa tubuhmu terasa sangat dingin, Naruto ?" Sakura bertanya heran, dahi lebarnya berkerut tebal sambil merasakan kulit leher Naruto yang sangat dingin seperti mayat.
"Cuaca di kota Konoha ini tak cocok dengan diriku, karena itu kulitku selalu terasa dingin saat disentuh." Jelasnya enteng, menatap langsung kedalam iris jade terang di hadapannya menggunakan iris biru miliknya yang selalu berkilat tajam.
"Tak cocok !?" Kepala pirang Naruto bergerak nain turun dengan singkat. "Jangan bilang kau akan pindah ke kota lain...!" Sakura menerka asal-asalan, takut kalau lelaki pirang tampannya akan pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Tawa kecil meluncur manis dari bibir merah Naruto, empunya mendekati Sakura lantas melingkari sekitar pinggang kecil sang gadis gulali. "Itu tak akan pernah terjadi..." Ia merunduk dalam, mendekati wajah cantik Sakura yang seketika menyalakan rona merah. "Karena kau dan aku satu untuk selamanya."
"Naruto...!"
"Lekas kita pulang, aku tak ingin kau sampai terkena flu karena efek cuaca dingin ini" Naruto menciptakan jarak kecil diantara dirinya dan Sakura, sudut bibirnya tersungging keatas dengan begitu samar hingga tak bisa dilihat terlalu jelas.
"Baiklah, tapi..." Sebelah alis tipis Naruto terangkat tinggi, kedua mata sipitnya menatap tenang Sakura yang tengah mengerling centil padanya. "Gendong aku, ya." Pintanya sambil melempar senyum manis, merayu pemuda tampan di hadapannya dengan cara alami.
"Well. Tak masalah, apapun pasti akan aku lakukan untuk dirimu, gadis merah mudaku..." Jawab pemuda itu santai seraya membalik badan kemudian berjongkok di depan Sakura, memberikan punggung lebarnya dengan ikhlas untuk ditumpangi oleh Sakura.
"Yeey, Naruto-kun memang yang terbaik dan paling tampan sedunia..." Gadis itu berujar girang, segera ia menaiki punggung kokoh Naruto dengan kedua tangan melingkari lehernya dari belakang.
Naruto mulai bangkit berdiri, kedua tangan kekarnya menyanggah bawah lutut Sakura agar tak terjatuh dari atas punggungnya.
"Ugh— kau cukup berat." Tukasnya berpura-pura kesulitan. Sakura memajukan bibir mungilnya, merasa tersinggung dengan ucapan Naruto yang terkesan mengejek dirinya.
"Itu sama saja kau bilang bahwa aku gendut !" Naruto tertawa kecil. Sungguh hebat gadis merah muda itu bisa asal menebak isi pikirannya, entah itu benar atau tidak.
"Itu hanya menurutmu, tapi tidak menurut diriku."
"Isshh... Naruto, kau sangat menyebalkan !" Sakura memekik gemas, tinju kecilnya memukul manja bahu kokoh Naruto yang tak henti terus melangkahkan kaki dalam menapaki pinggiran jalan yang diterangi oleh lampu-lampu kuning.
.
.
.
.
Tangan pucat pemuda itu bergerak, menutup pintu masuk dengan gerakan pelan hingga hanya menghasilnkan bunyi decit halus. Tubuh gestur tinggi itu berbalik, membelakangi pintu dan berjalan masuk meninggalkan papan bercat coklat tersebut.
"Kau memburu darah manusia lagi ?" Pertanyaan datar dari dalam ruang tamu sukses menghentikan langkah tenang Naruto. Pemuda itu menoleh kesamping, melihat seorang pria berambut merah lurus mencolok yang menutupi mata sebelah kiri.
"Bukan urusanmu !" Jawabnya dingin dan memasang raut datar seperti biasa. Nagato berdiri, dan dalam sekali hembusan nafas pendek ia telah berada tepat di hadapan Naruto.
"Sebaiknya kau tinggalkan Sakura." Dalam sekali dorongan kasar, punggung Nagato langsung terdesak di dinding tembok dekat samping pintu dan sedikit menciptakan sebuah retakan tipis karena kekuatan dari punggung lebarnya.
"Jaga mulutmu brengsek !" Tekan lelaki itu tajam, kedua iris safirnya berubah menjadi merah yang berkilat penuh amarah.
"Selama ini aku sudah berusaha menahan diri agar tak memperingatimu, adikku." Pergelangan kokoh Naruto semakin kuat mendesak leher Nagato, menghimpitnya hingga menghasilkan bunyi retakan dinding semen, menandakan bahwa telah terciptanya lagi retakan.
"DIAM !" Semburnya dengan teriakan lantang, menatap bengis lelaki yang sama tinggi dengan dirinya. "Jangan mencampuri urusan pribadiku !" Wajah Nagato masih terpasang santai, cuek dalam menanggapi Naruto yang tengah di liputi oleh amarah.
"Aku mengatakan ini semua demi kebaikan dirimu dan Sakura..." Tatapan Naruto semakin tajam dan menusuk, menujukan dua pasang bola mata merahnya pada milik Nagato yang juga merah, sama seperti miliknya.
"Kau..."
"Walau kau bisa menahan diri, tapi fikirkan dampak dari ini semua bila Sakura sampai tahu siapa jati dirimu yang sebenarnya..." Nagato menimpali panggilan tekan dari Naruto, mengingatkan sang adik agar mau menuruti permintaannya. "Dan juga, jika wanita Uchiha itu sampai tahu, maka sudah bisa di pastikan dia akan menghabisi Sakura..."
"Naruto..." Panggil Nagato, namun di hiraukan oleh Naruto. "kau itu tak lebih dari seorang mayat hidup." Kata-kata Nagato berhasil membuat amarah Naruto mulai mereda, dapat di ketahui dari desakan leher Nagato yang tak lagi sekuat tadi. "KITA ADALAH MAHLUK BUAS PENGHISAP DARAH !" Dan selanjutnya yang terjadi, Naruto meninggalkan leher Nagato lalu matanya mulai berubah kembali menjadi warna biru kepucatan yang bersorot tajam.
"Aku tak akan pernah bisa menyakiti Sakura, itu semua karena aku sangat mencintainya." Aku pemuda itu, suaranya masih terdengar datar. Nagato menyentuh bahu Naruto, mata merahnya menatap lekat sang adik pirang.
"Aku tahu, dan aku juga tak pernah lupa bagaimana hebatnya kau dalam mengendalikan diri..." Naruto mengerjapkan mata sipitnya selama berkali-kali, membalas tatapan dari dua pasang iris merah tajam di hadapannya. "Kau memang tak akan menyakiti gadis polos itu, tapi dia pasti akan takut padamu setelah mengetahui bahwa dirimu itu adalah iblis kejam yang tak memiliki hati !"
"KAU SALAH BESAR NAGATO !" Rahang Naruto mengeras, semua gigi dalam rongganya saling bergemelutuk geram. "Aku mahluk pemburu darah yang masih memiliki hati..." Pemuda itu mencengkram erat kemeja putihnya tepat dibagian yang terdapat dimana letak hati milik para manusia hidup. "Dan hati ini telah berada di dalam gengganam Sakura, gadis yang sangat aku cintai."
"Itu mustahil Naruto, kau adalah orang yang sudah lama mati. Jantungmu tak lagi berdetak dan hatimu telah hilang, sudah lenyap dimakan waktu..." Nagato meraih pergelangan dingin Naruto, menjauhkan tangan pucat itu dari letak hatinya sendiri yang telah lenyap.
"Jangan sok tahu tentang diriku, sebaiknya kau urusi saja dirimu sendiri !" Tegas pemuda pirang itu tajam, telunjuk panjangnya menuding dada Nagato.
Senyum remeh terlukis di wajah Nagato, dan mengerahkannya pada Naruto. "Ternyata kau itu hanyalah mahkluk penghisap darah yang lemah karena cinta." Ujarnya enteng, menghiraukan Naruto yang mulai terpancing lagi oleh emosi. "Tak bisa aku bayangkan betapa hancurnya dirimu bila di takuti dan terus di hindari oleh Sakura."
"Cukup... NAGATO !"
"Sebaiknya kau fikirkan matang-matang, kau tak ingin bukan Sakura sampai menghindarimu setelah dia tahu bahwa kau adalah seorang Vampire !" Segera Naruto mencengkram kencang leher baju Nagato, mendekatkan wajah mereka dengan amarah memuncak. "Sadar dirilah, kita ini hanya mayat hidup penghisap dar—"
"BRENGSEK !" Belum sempat kalimat Nagato tuntas, tubuhnya terlebih dulu melayang cepat hingga tanpa bisa di cegah punggungnya kembali membentur keras dinding tembok, dan kali ini sampai runtuh dengan meninggalkan tubuhnya yang terbaring dalam lubang dari pecahan dinding.
Nagato bangkit berdiri, kemudian ia melesat cepat ketempat Naruto berdiri untuk membalas perlakuan tak sopan dari adiknya. Naruto melihat kebawah lehernya, dan belum sempat merespon, kini giliran tubuhnya yang melayang. Sayangnya tak semudah itu menjatuhkan Naruto.
Dalam gerakan kilat yang tak terlihat, sosok putih pucat Naruto telah berpindah tempat dan berdiri tepat di belakang Nagato berada. Nagato ditarik paksa dari arah belakang, lalu empunya pelaku tarikan tersebut langsung melempar jauh tubuh pemuda merah itu kelantai satu rumah hingga menghancurkan lantai marmer.
Lagi, tak kasap mata Naruto telah berada disamping Nagato yang terbaring dengan wajah di penuh oleh retakan. Lelaki itu tampak kesakitan, itu semua dikarenakan terciptanya retak dibagian wajahnya hingga bisa menghasilkan rasa sakit yang sangat.
Naruto menangkap gesit leher kaos Nagato, lantas melayangkan lagi tubuh yang baginya ringan seringan kapas itu kelantai bawah. Melempar jauh tanpa rasa kasihan, karena menurut Naruto Nagato memang pantas mendapat perlakuan kasar seperti itu darinya. Itulah akibat dari orang yang telah berani mengatur jalan kehidupan seorang Naruto Namikaze, siapapun tak bisa mengatur dirinya kecuali...
Grepphhh
Seseorang menangkap gesit tubuh Nagato yang sedikit lagi hampir terhempas kuat kelantai marmer, dan hal itu berhasil menggagalkan kematian Nagato yang hampir terjadi bila saja tak cepat di ditangkap oleh Yahiko, kakak laki-laki berambut orange yang sangat dihormati oleh Naruto.
Naruto berlagak angkuh, ia memasukan kedua tangan kedalam saku celana lalu berdiri tenang diatas sana sambil memasang wajah datar dan dingin, tak berniat turun untuk meminta maaf.
"Kau baik-baik saja, Nagato ?" Tanya pemuda berambut orange jabrik itu seraya menuntun Nagato yang memaksakan diri untuk berdiri.
"Ya..." Kini Nagato telah berdiri seutuhnya disamping Yahiko, wajah retaknya perlahan mulai utuh kembali. "Aku baik-baik saja, terimakasih Yahiko." Deheman halus menjadi respon singkat dari ucapan Nagato, lalu Yahiko mendongak keatas, menatap Naruto dari bawah.
"Naruto...!" Pemuda itu tak menyahut, ia masih berdiri tenang diatas sana tanpa mengeluarkan tangan dari saku celana sambil menunjukan tatapan bengis pada Nagato dan Yahiko. "Yang kau lakukan tadi itu bisa membunuh kakakmu !" Yahiko berujar dari kejauhan, membalas tatapan dari iris tajam milik Naruto yang telah berubah menjadi biru pucat seperti biasa.
"Dia terlalu berisik, suka mencampuri urusan pribadiku !" Jawabnya datar, serta wajah tampannya terpasang dingin.
"Tapi itu demi keselamatan dirimu dan Saku—" Yahiko menyentuh bahu Nagato, mengisyaratkan pria itu untuk diam.
"Tolong maafkan Nagato, aku mewakilinya..." Nagato tersentak, iapun menoleh kesamping untuk melihat Yahiko yang sedang memelempar senyum pada Naruto
"Ck" Naruto berdecak bosan, hal inilah yang menjadi satu-satunya kunci agar dirinya mengalah. "Baiklah." Balasnya cuek dari atas sana, lalu menghilang dalam sekejap.
Tatapan Yahiko berlaih kearah Nagato, yang saat ini sedang berdiri tepat disampingnya dengan jarak mereka yang cukup dekat. "Kau sudah tahu seperti apa keras kepalanya Naruto..." Kedua bola mata merah milik Nagato bergerak, lantas mempertemukan secara langsung kontak mereka. "Untuk itu cukup sekali saja kau memperingati dia." Tegasnya yang hanya mendapat kebungkaman dari lelaki berambut lurus disebelahnya itu.
.
.
.
.
'Dia pasti akan takut padamu setelah dia mengetahui bahwa kau adalah iblis kejam yang tak memiliki hati.'
Satu kepalan tinju kuat dibentuk oleh Naruto. Rahang pemuda itu mengeras, serta sepasang iris biru miliknya berkilat tajam pada saat membayangkan sosok Sakura. Tidak, ia harus bisa menjauhi Sakura, dan juga itu semua demi keselamatan sang gadis merah muda.
Naruto tak ingin nyawa Sakura terancam karena dirinya. Ia takut, sangat takut bila Vampire lain sampai tahu bahwa ada gadis muda yang memiliki segar sedang menjalin hubungan dengan dirinya. Apa lagi kalau salah satu wanita dari keluarga Uchiha sampai tahu, maka sudah bisa dipastikan sosok Sakura tak akan ada lagi di dunia.
'Ternyata kau hanyalah mahluk penghisap darah yang lemah karena cinta.!
Memang benar, Naruto sosok iblis yang lemah karena cinta dari Sakura. Oleh itu karenanya, ia harus bisa melepaskan Sakura agar dirinya tak hancur karena manusia itu. Naruto paling tak bisa bila melihat Sakura tersakiti, ia tak ingin wanita Uchiha yang sangat menginginkan dirinya sampai menyentuh barang secuilpun kulit Sakura. Karena itu sama saja melempar dirinya kedalam lautan api yang membara dengan garang.
"Aku harus bisa !" Pemuda itu mengatupkan serapat mungkin bibir merahnya, menahan diri hanya dengan menggunahan rahang. Genggaman tangan Naruto semakin bertambah erat. Hanya mendengar suara ilusi Sakura yang kesakitan saja sudah mampu membuat amarahnya meningkat cepat.
Rasanya ingin sekali Naruto menjadikan Sakura hanya miliknya seorang, namun ia tak boleh bersikap egois. Dengan mengubah Sakura menjadi seperti dirinya, bukan berarti semuanya akan baik-baik saja. Naori Uchiha tak akan tinggal diam. Wanita Uchiha itu pasti akan menghabisi Sakura, melenyapkan hingga tuntas seorang putri Haruno dari kehidupannya.
'Kau tak ingin bukan Sakura sampai menghindarimu setelah dia tahu bahwa kau adalah seorang Vampire !'
Kata-kata Nagato terus terngiang di dalam benak Naruto, hingga membuatnya tak menyadari dengan keberadaan Sakura yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat disampingnya sambil menatap wajahnya.
'Sadar dirilah, kita ini hanya mayat hidup…'
Naruto berdiri tenang dibawah pohon Sakura, menatap datar bunga-bunga indah yang bergoyang lembut manakala angin berhembus.
"Naruto...!" Sontak, pemuda itupun langsung melihat kesamping kanan. Sakura mengulas senyum manis, dan menunjukannya kepada Naruto. "Kenapa melamun ?" Gadis itu bertanya disela menyelipkan anak rambut yang berkibar karena ulah angin.
"Ada yang ingin aku katakan padamu." Ucap Naruto tanpa terlebih dulu tanpa menjawab pertanyaan dari Sakura. Gadis merah muda itu melihat kedepan, mengikuti kemana arah pandang mata Naruto yang menatap bentangan berbagai macam bunga yang bermekaran indah di hadapan mereka.
"Apa ?"
"Hubungan kita sudah berakhir sampai disini." Kalimat singkat dan padat yang dilontarkan oleh Naruto sukses membatukan Sakura ditempat dengan kedua mata membulat sempurna. "Ini semua demi kebaian kita berdua, kau dan aku, Sakura..." Mata indah milik Sakura mulai berkaca-kaca, serta bibir peachnya bergetar kecil.
"A–aku hafal dengan dirimu Naruto. Jadi jangan kira aku akan tertawa dengan eluconmu ini, karena kau bukanlah orang yang suka bercan—"
"Aku tidak sedang bercanda !" Sepecatnya Naruto menyela kalimat Sakura yang mengatakan bahwa saat ini dirinya sedang bercanda. Percayalah, seorang Naruto tak pernah seperti itu. Ia selalu serius dan paling tak suka dengan candaan.
"..."
"..."
"Ke–kenapa !?" Gadis itu bertanya dengan suara halus, dan perlahan air mata mulai menumpuk penuh di pelupuk.
"Kau tak perlu tahu !" Segera Sakura melihat kesamping, melempar tatapan marah pada Naruto yang sedikitpun tak membalas tatapan darinya.
"Aku berhak tahu !" Gadis itu telah menitikan air mata, dan suaranya terdengar serak. "Apa salahku hingga kau tega melakukan hal ini pada diriku !?" Ia menuntut tak terima, begitu tak menginginkan Naruto sampai meninggalkan dirinya sendiri.
"Kau jahat Naruto..." Kali ini suara isak tangis pilu telah terdengar dari tempat Sakura. Naruto diam tanpa sepatah katapun bersuara, pandangannya masih lurus kedepan dan tak pernah luput dari hamparan bunga.
"Kenapa kau mengakhiri hubungan kita, padahal kau tahu seberapa besarnya aku mencintaimu." Tuding Sakura sembari berusaha menahan liquid agar tak lagi berjatuhan. Namun sayang, seberapa kuatpun ia menahan kristal bening itu tetap jatuh menetes dan mendarat diatas bentangan rerumputan hijau.
"Mengertilah Sakura, aku seperti ini kerana aku mencintaimu..." Pemuda itu membalik badan, kemudian berhadapan langsung dengan Sakura yang sejak tadi telah menghadap kearahnya.
"Mencintaiku katamu !?" Sakura mendongak, menatap langsung kedalam iris safir tajam di hadapannya. "Tidak ada yang namanya cinta berlaku sepertimu. Cinta itu saling melengkapi pasangan satu sama lain, bukan seperti dirimu yang malah meninggalkanku seorang diri..." Naruto hanya diam dengan kepala merunduk, membalas tatapan dari gadis merah muda yang hanya tinggi sebatas bawah hidung mancungnya.
"Apa mungkin selama ini kau tak penrnah mencintaiku !?" Blue safir kepucatan milik Naruto berkilat tajam, dan melemparnya pada Sakura.
"Kau salah Sakura..." Bahu kecil Sakura dicekal oleh Naruto, lalu tubuh keduanya merapat dan menghilangkan jarak. "Aku mencintaimu, sebab itu aku tak mau kau sampai tersakiti karena diriku." Jelasnya tajam seraya mengusap pipi mulus Sakura yang terdapat lelehan air mata.
"Naruto...!" Sakura menggenggam telapak lebar Naruto yang kini sedang menangkup pipinya. Kedua mata indah milik gadis itu terkatup rapat, menikmati sentuhan hangat yang selalu terasa nyaman bagi dirinya. "Aku sangat mencintaimu. Jadi aku mohon padamu, jangan pernah mengakhiri hubungan kita…" Pintanya disela membuka kembali kedua mata.
"Maafkan aku Sakura !" Naruto mundur hingga berhasil membuat jarak diantara dirinya dan Sakura. "Kita harus berpisah, ini semua demi kebaikan dirimu." Lanjutnya kemudian, lantas melepaskan genggaman penuh cinta terhadap tangannya.
"Aku mohon Naruto, jelaskan semuanya padaku agar aku bisa mencari cara tanpa harus mengorbankan hubungan kita..." Pemuda pirang itu menggeleng singkat. Ia mendekat pada Sakura, lalu setelah dekat ia langsung mengecup kening lebar sang mantan kekasih. Sakura memejamkan mata, menikmati kecupan lembut di dahinya.
Setelah cukup lama bibir merah Naruto menempel di kening Sakura, akhirnya pria itu menjauhkannya kembali dan bergantian dengan mereka yang saling bertatapan. Hati Naruto bergejolak tak terima, ia benar-benar tak sanggup melihat air mata berharga milik Sakura jatuh tertumpah karena dirinya.
"Jaga dirimu baik-baik, karena setelah ini aku akan pergi jauh meninggalkan kota ini." Ucapnya pelan, membuat Sakura hanya bisa diam sambil menatapnya dengan sorot terpukul.
"Sampai jumpa lagi, Sakura..." Dan setelahnya, Naruto berbalik membelakangi Sakura. Kaki yang mengenakan sepatu hitam mengkilap milik Naruto menapaki rerumputan hijau, dan membawa dirinya dengan langkah perlahan pergi meninggalkan tempat dimana Sakura berdiri hanya seorang diri sembari menatap tubuh belakangnya dengan kedua mata yang telah merah.
Air mata berjatuhan deras dari mata Sakura, seraya empunya terus menatap punggung lebar Naruto yang semakin jauh meninggalkan taman... Beserta dirinya. "Hiks..." Gadis itu terisak, tak lama ia menjatuhkan diri diatas rumput.
"Kenapa !?" Kepala merah muda Sakura menunduk dengan tangan yang mencengkram erat rumput tak berdosa. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Sakura, menangis pilu untuk melampiaskan rasa sakit yang bersarang di dalam hatinya.
Menggerogoti isi hatinya dengan sangat pelan, hingga terasa sakit bila membayangkan sosok Naruto. Seperti luka yang menganga lebar dan di tumpahi oleh cuka. Rasanya perih, sangat perih. Begitulah rasa perih yang dialami oleh Sakura, atau bahkan lebih perih dari itu.
Seseorang yang bersembunyi dibalik pohon besar menyeringai seram. Kedua pasang bola mata merahnya menatap lapar Sakura. "Jadi ini rupanya. Hmm... Darah manusia akan terasa sangat segar bila orangnya secantik gadis itu." Gumam orang itu, kemudian melesat secepat kilat dari tempatnya yang baru saja mendapat informasi baru untuk disampaikan kepada sang pemimpin Uchiha.
Apakah yang nantinya akan terjadi dengan Sakura, dan bisakah Naruto datang menyelamatkan diwaktu yang tepat. Atau mungkin...
Terlambat.
.
.
.
.
To Be Continue...
.
.
.
.
Tarraaaaaa...!
Saya kembali dengan membawa satu fic Vampire yang kali ini akan panjang dengan multi chapter.
Saya gk jadi keluar dari fandom Naruto karena banyak reader yg gk setuju. So... Saya akan kembali lagi menulis fanfic NaruSaku seperti biasa, ini semua untuk kalian, para readers yg tanpa lelah menanti karya dari saya dan juga...
Huwaaaa... Saya gk mau kalah sama AL Blue Blossom , dia aktif dan saya harus aktif juga XD
Yeah! Selamat menikmati kembali karya-karya dariku... Yoshh... Ucapkan selamat datang kembali untuk Hikari Cherry blossom24
.
.
Ada dua flamer banyak bacot yg mampir ke fanfic saya. Sok bijak, dengan mengatakan para NSL gk pantes menghujat MK.
Mereka tuh emang bisanya besar omong doank. Para SSL dan NHL berlagak sok baik hati, padahal mereka tahu gimana sakitnya di PHP-in. Di PHP-in pakai fanfic aja mereka udah menghujat Author yang menulis, mencaci maki dan menyumpah serapah. Gimana kalau mereka langsung di PHP-in oleh MK yah,? Seperti para NSL dan SKL. Wah, bisa-bisa mereka mati gantung diri, dan pasti juga akan menghujat MK habis-habisan.
Wkwkwk... Payah kalau jadi orang sok suci nih, bisanya ngomong doank. Saya ingatkan untuk para SSL dan NHL yg labil (tidak semua) Kalian tuh jangan sok dan jangan banyak bacot! Sadar diri io! Kalian tuh sudah pernah di PHP-in melalui fanfic, dan reaksi kalian sama dengan para NSL dan SKL yg gk terima di bohongin selama mengikuti alir cerita.
Jadi untuk itu. Sebaiknya kalian para SSL dan NHL jangan bisanya cuma ngeflamer fanfic orang tanpa alasan yg pasti, kecuali kalian di kasih HARAPAN PALSU! seperti kami (NSL)
