Boku no Taiyou

.

Disclaimers: Level-5

Summary: Penindasan, kebencian, dan kebohongan selalu menghantui diriku. Aku ingin bisa keluar dari penjara yang begitu gelap ini. Berikan aku cahaya hangat untuk mengeluarkanku dari kejahatan ini. KiriKaze Don't Like, Don't Read

Genre: Romance and Friendship

Main chara: Kazemaru Ichirouta and Kirino Ranmaru(Fem!)

WARNING: Kemungkinan OOC, Alternate Universe, genderbent, gaje, abal, typo bertebaran dimana-mana, bikin sakit kepala, dll.

So, Don't like, don't read.


"Huah, ohayou gozaimasu..." gumam seorang anak perempuan saat bangun tidur. Ia melirik ke arah jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul lima pagi. Gadis itu segera bangun dan mengerjakan PR. Tapi bukan PR miliknya, melainkan PR teman-temannya.

Kirino Ranmaru, seorang anak yang pemalu, tidak pandai bergaul. Dan sering di suruh teman-teman sekelasnya melakukan berbagai hal untuk mereka, termasuk mengerjakan PR.

Kirino sendiri tidak bisa melawan mereka. Sudah pasti ia akan kalah telak. Bagaimana tidak, mereka berjumlah belasan sedangkan ia hanya sendiri.

Kirino segera menyelesaikan semua PR itu, lalu pergi mandi. Setelah itu, ia sarapan. Setelah sarapan, Kirino menyisir dan mengikat rambutnya lalu berpakaian. Kirino biasa berangkat pukul 6.30 pagi. Gadis itu selalu datang paling pagi di kelas.

Setelah menunggu satu-persatu temannya masuk ke kelas. Kirino pun mengerjakan PR teman-temannya yang lain. Sesaat pelajaran pun dimulai, semuanya tampak santai layaknya mereka sudah percaya bahwa jawaban mereka akan mendapat nilai bagus.

Tak kunjung 30 menit guru itu mengkoreksi jawaban murid-murid, ia pun menjatuhkan buku-buku sebagian murid dikelas. Bila dihitung jumlah buku itu melebihi 10 bahkan hampir tiga per empat dari jumlah keseluruhan.

"APA-APAAN MAKSUD KALIAN!? KENAPA DI BUKU PELAJARAN SASTRA KALIAN ISI DENGAN PELAJARAN SEJARAH!? SEKARANG YANG PEMILIK BUKU-BUKU INI BERDIRI DI DEPAN KELAS!" bentak Hitomiko sembari menyuruh murid-murid mengambil buku-buku itu.

Satu-persatu murid dipanggil kedepan. Dan ketika gadis ber-twintail itu mengambil bukunya, sorot mata yang begitu tajam langsung tertuju padanya.


Disaat istirahat, di atap


"Heh! apa maksudmu menjawab jawaban soal-soal itu dengan jawaban pelajaran sejarah!?" bentak Beta selaku pemimpin dari teman-temannya yang mengganggui gadis itu.

Gadis itu hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya, meminta maaf. Tapi karena ketidak terimaan temannya, dengan cepat salah satu diantara gadis itu menamparnya dengan begitu kuat, membuat gadis ber-twintail terjatuh. Tak lama setelah itu bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi dan para teman-teman gadis itu segera bergegas kembali ke kelas. Tapi gadis itu tidak mengikuti mereka dan hanya menampakkan wajah kesal sembari mengepalkan tangannya yang sekarang bergetar begitu kuat. Perlahan air matanya mengalir mengeluarkan rasa kesal yang tak tertahankan itu. Tanpa memperdulikan jam pelajaran yang sudah dimulai, gadis itu berlari keluar mengarah ke halaman belakang sekolah.


Seorang anak perempuan dengan rambut merah muda duduk termenung di pinggir sungai yang airnya mengalir cukup deras. Membenamkan sebagian wajahnya di antara lututnya. Mata sapphire nya terlihat sendu, dan... hampa. Air hujan yang sedari tadi membasahi tubuhnya tidak dihiraukannya. Bahkan seragam sekolahnya sudah basah kuyub. Padahal sekolah masih berlangsung. Tapi ia tidak peduli.

Hanya ada satu yang dipikirkan Kirino –nama anak tadi–,

Kenapa dia selalu sendiri? Tidak adakah yang mau menjadi temannya?

Ah, buru-buru menjadi teman, para gadis di kelasnya saja sering mem-bullynya.

Alasan kenapa di bully Kirino juga tidak tahu. Padahal selama ini Kirino tidak pernah berbuat salah dengan mereka.

Ya, satu-satunya alasan adalah, karena Kirino anak yang bisa dibilang, berasal dari keluarga kurang mampu. Jadi para gadis itu berfikir kalau Kirino harus melayani mereka. Tadi saja ia dihajar habis-habisan di atap sekolah karena salah mengerjakan soal PR.

Melawan? Tentu saja Kirino melawan, ia tidak mungkin diam diperlakukan seperti itu. Tapi apa daya, dia kalah jumlah. Mereka banyak, sedangkan Kirino...

Ia sendirian.

"Hiks..." tangis Kirino pun pecah mengigat semua itu.

Ditengah tangisnya seseorang memberikannya perlindungan dari dinginnya air hujan. Membuat Kirino menatap balik sosok yang telah memayunginya. "Kalau kau terus seperti ini kau akan sakit." Ujarnya lembut.

Tapi dengan begitu dingin Kirino membiarkannya. "Tinggalkan aku sendiri… aku sedang tidak membutuhkan siapapun."

Pemuda itu terdiam sejenak menatap Kirino yang sedari tadi menyembunyikan tangisannya dibalik poninya yang telah basah. "Aku bersedia jadi tempatmu menuangkan isi hatimu." ujar pemuda itu singkat.

"Sudah kubilang jangan mencampuri urusanku!" Kirino berteriak, memarahi pemuda itu sembari menatapnya tajam. Tapi ia berhenti saat menatap lekat-lekat mata pemuda itu.

Di dalam mata sewarna madu itu tidak ada keraguan. Apalagi kebohongan.

Lalu pemuda tadi duduk di samping Kirino. "Aku tidak akan pergi sebelum kau menceritakan semua masalahmu padaku." Ucapnya lembut. Tapi lebih mirip sebuah troll bagi Kirino.

"Berapa kali kubilang kalau ini bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi ke kelas sebelum dimarahi dan dihukum guru!" Kirino memalingkan mukanya sembari mengusir pemuda itu. Pemuda tadi hanya terkekeh kecil.

"Kalau begitu kau yang akan menemaniku bila aku dihukum." Ujarnya sambil menunjukkan senyuman yang begitu lembut.

"Di-diam!" bentak Kirino mengakhiri percakapan mereka selama beberapa menit yang hanya diisi dengan suara derasnya hujan.

Kirino masih menangis tanpa suara, tapi pemuda itu bisa melihatnya dengan jelas. Ia menghela nafas sejenak.

"Aku Kazemaru Ichirouta dari kelas IX-3." Ucapnya memperkenalkan diri. Tapi ucapannya sama sekali tidak ditanggapi Kirino. "Kau pasti Kirino Ranmaru kan?"

"Sudah kubilang jangan mencampuri urusanku. Kau keras kepala sekali!" ucap Kirino berusaha mengusir Kazemaru, tidak menanggapi ucapan Kazemaru dan terus terisak.

Suasana kembali hening. Perlahan tangan hangat Kazemaru mengelus pelan kepala Kirino membuat tangisan gadis itu kembali lepas.

"Aku… sepertinya mengganggumu ya? Kalau begitu aku kembali saja ke kelasku deh." Ujar Kazemaru bersiap beranjak berdiri. Tapi tiba-tiba tangan kecil Kirino menarik lengan baju Kazemaru.

"Tolong jangan tinggalkan aku sendiri…" pintanya dengan nada berbisik.

Kazemaru yang ingin berdiri pun terbelalak, sesaat kemudian ia tersenyum lembut. Ia kembali duduk dan mengelus kepala Kirino lagi. "Jadi sekarang, bisa kau ceritakan masalahmu padaku?" tanyanya.

Kirino mengangguk lemah. "Ta-tapi, sebelum itu,"

Kazemaru menaikan alisnya yang memang hanya terlihat sebelah. "Ya?"

"Um, bisa kita pindah tempat, a-aku kedinginan." Ucap Kirino, Kazemaru ingin tertawa mendengarnya, tapi ia tahan karena tidak ingin membuat suasana semakin buruk.

"Baiklah, Kirino-chan! Aku tahu di mana tempat yang hangat!" serunya. Kirino mengangkat kepalanya.

"Oh, ba-baiklah –ah!"

Dengan cepat, Kazemaru mengangkat Kirino dan menggendong gadis itu ala bridal style. Kirino terbelalak shock.

"He-hey! A-apa yang kau la-lakukan!" omel Kirino sambil berusaha turun dari gendongan Kazemaru.

"Yang kulakukan? Membawamu ke tempat yang hangat, seperti yang kau pinta." Jawab Kazemaru dengan polosnya sembari melangkahkan kakinya.

"Ba-baka! Aku tidak menyuruhmu menggendongku! Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Kirino meronta. Namun dengan tenaganya yang sekarang sepertinya itu tidak mungkin.

"Sudahlah, aku tahu kau kelelahan. Kau harus istirahat." Ucap Kazemaru. Entah kenapa kali ini Kirino tidak bisa menolak. Ia diam saja dan menundukkan kepalanya. Takut rona merah di wajahnya terlihat.

"Dasar, Kazemaru-senpai, baka."


"Kita sampai, ohime-sama!" ujar Kazemaru sembari menurunkan juniornya.

"Jangan perlakukanku layaknya gadis muda yang jatuh cinta! Lagipula, untuk apa seorang senpai sepertimu mau menemani orang sepertiku?" Tanya Kirino ketus pada senpai yang kini tengah tertawa kecil melihat tingkah kouhainya.

"Aku–"

"Hatchi!" belum sempat Kazemaru membalas ucapan Kirino, gadis itu bersin karena kondisi tubuhnya yg kedinginan. Dengan sigap Kazemaru melepaskan kemeja luarnya membuatnya hanya memakai selembar kemeja putih. "Pakailah..." ujarnya singkat sambil memakaikan kemeja biru tua itu pada Kirino.

Kirino sontak terkejut. "Eh tapi, nanti senpai kedinginan!" Ucap Kirino sambil menatap Kazemaru, namun ia langsung terpaku melihat Kazemaru yang hanya memakai kemeja putih yang memang sudah basah. Membuat tubuh pemuda berambut torqouise itu terlihat nampak.

Wajah Kirino berangsur-angsur berubah merah.

"Tidak apa-apa kok, yang penting kau tidak kedinginan. Eh Kirino, ada apa? Kenapa wajahmu merah? Apa kau sakit?" Tanya Kazemaru yang melihat wajah Kirino memerah semerah buah cherry. Sangat manis memang, tapi mengkhawatirkan. Karna khawatir, Kazemaru memegang dahi Kirino untuk mengetahui apakah gadis itu sakit.

Namun itu justru membuat wajah Kirino tambah merah. "Ti-tidak apa-apa kok, Kazemaru-senpai. Aku baik-baik saja." Elak Kirino begitu sadar dari lamunannya.

"Kau yakin?" tanya Kazemaru sambil menarik tangannya. Kirino langsung mengangguk. "Iya, aku yakin. Um, ngomong-ngomong, kita ada di mana?" Kirino bertanya balik sambil melihat sekelilingnya.

"Kita ada di gedung sepakbola." Jawab Kazemaru.

"Sepak... bola?" ujar Kirino kebingungan.

Kazemaru tersenyum. "Ya, itu olahraga di mana kita merasakan perasaan orang melalui bola yang kita oper." jelas Kazemaru sambil mengambil satu bola sepak.

Kirino termenung menatapnya. "Kau mau mencoba?" tawar Kazemaru. Kirino menggeleng sembari tersenyum kecut. "Aku tidak bisa..." ujarnya pelan. Kazemaru menjatuhkan bola yang dipegangnya dan langsung menendang benda bundar itu ke gawang. Membuat Kirino menatap takjub dengan penuh rasa kaget.

"He-hebat..." ucapnya tanpa sadar. "Mau mencobanya sekarang?" tawar Kazemaru lagi sembari tersenyum serius ke arah gadis manis itu. Kirino pun mengangguk mantap menjawab ucapan senpainya. "Ha'i!"

Lalu Kirino mengambil sebuah bola dari keranjang dan meletakkannya di lantai, lalu menendangnya.

...

Kirino cengo, Kazemaru terpaku.

Kenapa?

Asal tahu saja, tendangan Kirino tadi memasuki gawang. Dan hebatnya lagi cukup kuat dan cepat bagaikan angin. Sangat hebat, apalagi untuk orang yang baru menyentuh bola. Perempuan lagi.

"Hebat... Bagus Kirino! Kau hebat!" Seru Kazemaru membuat Kirino bangkit dari cengonya dengan perasaan bingung bercampur senang.

"Heh, ho-hontou?!" tanyanya. Kazemaru mengangguk. "Benar! tendangan tadi kuat sekali. Ah, bagaimana kalau kau bergabung?"

"Bergabung, dengan klub sepakbola? Bagaimana ya?"

"Ayolah, seru lho, dan selama ini belum ada pemain perempuan. Mereka pasti menyukaimu."

Kirino masih berpikir.

Benar juga sih, kalau bergabung ia pasti dapat banyak teman, walaupun laki-laki. Tapi tidak masalah. Teman adalah teman, kan?

Dan lagi, saat istirahat ia tidak harus melayani gadis-gadis di kelasnya.

Sepertinya Kirino harus mencoba kegiatan baru ini.

"Baiklah, akan kucoba!" jawab Kirino. Kazemaru tersenyum puas. "Bagus, ah, sebentar lagi mereka datang."

"Mereka?" Kirino kebingungan.

"Fufu, tentu saja anggota yang lain. Aku akan memperkenalkanmu pada kapten." Ujar Kazemaru dengan begitu bersemangat. Hangat… melihat tawa Kazemaru yang begitu ceria membuat hatinya hangat. Selama bertahun-tahun ia sendirian, kini ia merasakan betapa hangatnya memiliki orang yang mengkhawatirkan dirinya. Kini mulai terbayang kembali masa lalunya yang begitu kelam. Senyuman mengerikan yang selalu ditunjukkan teman sekelasnya dari dulu kini terbayang jelas di otaknya. Pikirannya kembali kosong. "Apa kalau aku ikut klub ini aku akan sendirian lagi?" batin Kirino sambil menunduk lemas.

"… Kazemaru-senpai… apa benar kelompokmu akan menerimaku? Kurasa sebaiknya aku memang tidak usah ikut…" ujar Kirino tanpa ekspresi. Kazemaru kaget mendengarnya. Baru saja gadis itu menyetujui ajakannya tapi kini gadis itu kembali menolaknya. Apa yang telah terjadi?

"Kirino, ada apa?" Tanya Kazemaru sembari mendekati Kirino. Rasa khawatir mulai menjalari badan Kazemaru. Ada apa dengan Kirino, gadis yang sudah lama diperhatikannya itu. Gadis yang mencuci matanya dikala lelah sehabis latihan. Gadis yang...

Menjadi mataharinya.

Kirino tersentak kaget mendengar pertanyaan khawatir dari Kazemaru. Segera mungkin ia bersikap normal. "Ti-tidak apa-apa kok, Kazemaru-senpai. Aku hanya memikirkan PR-ku, hehe..." Bohong Kirino yang sepertinya tidak cukup meyakinkan Kazemaru.

Kazemaru semakin mendekat ke Kirino, lalu...

Greb!

Mendekap tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

"Eh?!" Kirino membelalakan mata sapphire nya. Kaget dengan perlakuan senpai-nya.

"Ka-Kazemaru-senpai?"

"Kau, benar tidak apa-apa kan?" bisik Kazemaru dengan suara berat yang entah kenapa terdengar, seksi?

"I-iya, benar, nghh...," Kirino tidak bisa menahan desahannya begitu dirasakannya nafas hangat Kazemaru di lehernya. Desahan saja tidak bisa ditahan, apalagi rona merah yang sekarang menghiasi wajahnya dengan sempurna.

"Kau yakin?"

"Un, a-aku yakin, mmhh," Kirino menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan desahan manisnya keluar, namun itu percuma.

Akhirnya, Kazemaru melepaskan Kirino. membuat Kirino sedikit tenang. "Kalau ada masalah, ceritakan padaku, mengerti?" Ucap Kazemaru yang lebih mirip sebuah perintah. Kirino hanya mampu mengangguk. "I-iya!"

"Eh, Kazemaru, ternyata kau ada di sini toh?" ucap seorang laki-laki seusia Kazemaru sambil berjalan masuk. Di belakangnya terlihat banyak pemuda lain. Mendengar suara yang dikenalnya, Kazemaru berbalik. "Endou?"

"Hee, siapa gadis itu? Kazemaru baru dapat pacar ya?" ujar pemuda tadi sambil menyikut Kazemaru.

"Bu-bukan begitu, d-dia hanya..." Kazemaru bingung ingin menjawab apa, samar-samar garis merah muncul di pipinya.

"Ah, mukamu merah tuh, jadi benar dia pacarmu?"

"Urusai! Endou! Sudah kubilang bukan."

Kirino terdiam sejenak. Perlahan air matanya mengalir. "Ah, namaku Kirino Ranmaru, senpai... aku, tadi berkeliling melihat klub tapi sekarang aku sudah mau pulang… sa-sampai jumpa!"

Dengan cepat Kirino mengambil langkah seribu menatap begitu erat hubungan senpainya dengan teman-teman setimnya.

Hubungan mereka terlalu erat, membuat diri Kirino begitu iri dan langsung berlari tanpa banyak cincong dengan kehangatan yang mereka sampaikan ketika berbicara antar satu sama lain. Kazemaru yang menatap Kirino pergi langsung mengejar gadis itu. Tanpa mempedulikan panggilan teman-teman se-timnya yang meminta penjelasan.

Matahari yang tadi tertutup dengan derasnya hujan kini telah menampakkan sinarnya yang begitu hangat. Kirino sekarang kembali termenung menatap sang surya yang sekarang sudah berwarna merah kejingga-an, menemani keindahan langit sore.

"Andai aku bisa seindah itu… pasti tidak akan ada yang membenciku." Ucap Kirino sembari mencoba menggapai matahari itu.

"Kau bisa karena kau sudah melebihi keindahan matahari senja itu."

Kirino membalikkan badannya memandang pemuda yang terus mengejarnya. Selalu berusaha menghangatkan jiwanya yang sudah membeku begitu lama. "Kazemaru-senpai…" Bisiknya sedikit terkejut, tapi kemudian ia menunduk sedih sembari tersenyum pahit. "Aku rasa… Tuhan membenciku… sudah sangat lama sejak aku merasakan kepedihan ini, tapi Tuhan tidak pernah memberikan kebahagiaan untukku. Aku... aku ingin merasakan kebahagiaan yang dirasakan orang lain juga." Kirino kembali terisak sambil menatap senpai-nya dengan tatapan yang begitu sendu.

Tanpa pikir panjang didekapnya kembali juniornya itu. "Kau tidak sendirian, kau masih memiliki aku!"

Kirino mendongakkan kepalanya untuk menatap Kazemaru secara langsung. "Ka-Kazemaru-senpai... ta-tapi, kau tahu kan, kalau aku orang yang dibenci dan sering di bully, kalau senpai bersamaku maka senpai juga akan di benci. Karena hal inilah... aku memang peganggu dikehidupan semua orang..." Ucapnya sambil mendorong tubuh Kazemaru. Tatapannya tetap menunjukkan perasaan yang begitu sendu, dengan mata yang bekaca-kaca ia berusaha menjelaskan senpainya.

"Aku tidak peduli semua itu, bagiku membiarkanmu dibenci lebih menyakitkan daripada dibenci dan di-bully itu sendiri."

"Se-senpai... tapi bagiku, melibatkan senpai karena aku itu jauh lebih menyakitkan!"

Sungguh. Kirino tidak tahu kenapa ia berkata seperti itu. Hatinya yang mendesaknya.

"Lebih baik, aku lenyap saja dari dunia ini, lagipula aku tidak dibutuhkan,"

"Tidak, kau harus hidup di dunia ini! kau dibutuhkan dan aku membutuhkanmu!"

"Hanya senpai yang berpikir seperti itu! Aku yakin orang lain membenci dan akan menolakku–"

"Itu tidak penting." Potong Kazemaru. "Jika mereka menolak untuk menerimamu, aku akan menerimamu apa adanya!"

Hening...

Kirino menundukkan wajahnya dalam-dalam. Kazemaru memandangnya lekat, ingin tahu apa yang diucapkannya selanjutnya.

"Senpai... aku... boleh pinjam bahumu kan?" tanya Kirino sambil menyembunyikan wajahnya dari Kazemaru. Kazemaru mengangguk, lalu Kirino menenggelamkan wajahnya pada bahu Kazemaru.

"Seberapa tangguhnya kita, kita juga manusia... jangan pendam rasa sakit itu sendirian... aku akan menunggumu hingga menceritakan rasa sakit dan semua masalahmu. Maka dari itu, kumohon... jangan anggap nyawamu tidak berguna didunia ini." ucap Kazemaru lagi. Kini wajah Kirino begitu panas. Selama beberapa tahun sendirian hanya pemuda inilah yang menjadi mataharinya, meneranginya disaat kegelapan terus menghantuinya.

"Terima kasih senpai..." ujar Kirino sambil mengangkat wajahnya dan menampilkan senyuman yang begitu manis pada pemuda tampan di hadapannya. Kazemaru blushing menatap juniornya tersenyum dengan begitu manis ke arahnya. Dibalasnya senyuman itu dengan senyuman yang sama hangatnya.

Tak kunjung waktu lumayan lama, Kazemaru pun bersiap kembali ketempatnya latihan.

"Kalau ada masalah jangan segan-segan ke kelasku... Ranmaru." Bisiknya sembari berjalan pergi meninggalkan Kirino.

Bingo! sekali lagi wajah Kirino memerah dengan cepat mendengar bisikan Kazemaru yang diakhiri dengan memanggil nama kecilnya. Ia langsung berbalik menatap senpai-nya telah berjalan pergi meninggalkannya. Disaat beberapa langkah Kazemaru membalikkan badannya sembari tersenyum yang memberikan kesan keren. Menambah merah muka gadis berambut twintail itu.

Lalu Kirino ingat sesuatu. Senyum ceria seketika terlukis di wajahnya.

"Kazemaru-senpai! Aku bergabung dengan klub sepakbola!"


Akhirnya, Kazemaru dan Kirino kembali ke gedung sepakbola. Dan mereka langsung disambut dengan heran dan penuh tanda tanya oleh pemain lain dan Manager.

"Hoi, Kazemaru, kau ke mana saja, hah? Dan siapa gadis yang kau bawa?" tanya pemuda berambut putih berbentuk bawang(?), sebut saja Gouenji Shuuya. Ace striker Raimon Eleven.

"Aku dari... –"

"Tuh 'kan benar apa yang kubilang! Kazemaru punya pacar!" Seru Endou tiba-tiba dengan hebohnya. Kazemaru dan Kirino langsung blushing.

"A-aku bukan–" Kirino ingin menjawab, tapi Endou sudah nyembur duluan.

"Hei Kazemaru, kenapa kau tidak bilang pada kami hah? Kalau kau punya pacar secantik ini? Atau kalian baru saja jadian? Kalau begitu kau harus mentraktir kami!"

Semua pemain langsung sweatdrop dengan omongan gaje kapten mereka, Endou Mamoru.

Sementara Kirino bengong sendiri. "Apa katanya? cantik? Aku cantik?"

"Haaa, sudahlah Endou, dia bukan pacarku. Dia hmm... juniorku, dan dia ingin masuk klub sepakbola." Jelas Kazemaru membuat Endou pundung karena tidak jadi dapat traktiran.

"Hm... apa benar kau mau bergabung?" tanya Gouenji. Kirino mengangguk antusias.

"Ha'i! Namaku Kirino Ranmaru! Kelas VII. Mohon bantuannya!"


Seorang gadis bersurai pink sedang berjalan riang menuju sekolah seriang suasana hatinya. Bibirnya mengembangkan senyum semangat sepanjang perjalanan, sesekali bersenandung kecil. Nyanyian burung yang bersahutan pun semakin menambah riang suasana hatinya saat ini.

Tentu saja, hari ini Kirino yakin ia tidak akan di bully lagi. Karena saat istirahat ia langsung menuju gedung sepakbola. Ya, kemarin ia mengikuti tes dan ternyata lulus.

Ditambah lagi, ia punya senpai yang selalu ada–

"Ka-Kazemaru-senpai!?"

... Untuknya.

Kirino langsung menghentikan langkahnya saat melihat Kazemaru yang berdiri di depan pintu gerbang. Lantas Kirino langsung bersembunyi di balik pohon.

Kenapa? apa dia tidak mau bertemu dengan Kazemaru?

Bukan begitu, tapi...

"Hua! Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Menyapanya? Ah, um.. Ohayou senpaaaaiii!"

Kirino berpikir sejenak, dan.. "Tidak! Itu terlalu manja! Mungkin... Kazemaru-senpai, ohayou gozaimasu."

Ia berpikir lagi. "Tidak, itu terlalu sopan dan girly! Hm..."

Kirino menyerah. Akhirnya, dengan bekal seadanya Kirino keluar dari sembunyinya dan menghampiri Kazemaru.

"Ah, Ohayou Kirino." Sapa Kazemaru lebih dulu. Kirino sedikit lega, setidaknya ia tidak harus memulai duluan. "O-ohayou Kazemaru-senpai." Balasnya sedikit gugup. Sepertinya Kazemaru dapat menangkap kegugupan itu.

Kazemaru pun tertawa puas mendengar sapaan juniornya yang unik itu. Diacak-acaknya kepala mungil juniornya. "Walaupun ini latihan pertama, jangan tegang hanya karena itu. Ayo kita ke gedung…" ajak Kazemaru sembari menjulurkan tangannya pada gadis bertwintail merah muda yang sekarang kembali blushing. Ia memalingkan wajahnya yang masih bersemu merah sejenak. "Ba-baik." ujarnya sambil meraih tangan seniornya. Sedangkan Kazemaru hanya menerima tangannya sembari tersenyum hangat.

Lalu mereka berjalan menuju gedung sepakbola. Tanpa menghiraukan tatapan dari penghuni sekolah yang menatap mereka heran.

Ya, sebenarnya hanya Kazemaru sih, yang tidak mempedulikan tatapan bagai setan kesetrum itu, tapi Kirino sangat risih dan merasa tidak enak.

"Um, senpai, bisa kau lepaskan tanganku. Tidak enak jadi pusat perhatian." Bisik Kirino dengan wajah yang sangat merah.

"Tidak mau."

"Eh, ta-tapi semuanya memandang ke arah kita, aku sedikit–"

"Biarkan saja mereka, pentingkan keselamatanmu dulu."

Kirino menaikan alisnya. "Keselamatanku? Apa hubungannya pegangan tangan dengan keselamatanku?"

"Ya, kalau aku melepaskannya, siapa tahu para gadis sialan itu menarikmu. Jadi mulai sekarang kita akan terus seperti ini."

BLUSSH!

Sontak wajah Kirino menjadi merah dan panas. Lagi.

Ditambah saat Kazemaru semakin mempererat genggamannya.

Dan tanpa sadar, Kirino juga mempererat genggamannya.

"Senpai... baka."

"Kazemaru... kenapa pagi-pagi begini kau sudah menggandeng juniormu? katanya kalian tidak pacaran?"

Tiba-tiba terdengar Gouenji memanggil teman setimnya yang sedang asyik menggandeng tangan juniornya.

"Sudah kubilang kan Gouenji, mereka itu pacaran!" ujar Endou tak kalah heboh. Kazemaru makin panik dibuatnya.

"Tentu saja tidak! Kirino bilang dia takut ditindas bila masuk klub sepak bola, jadi aku mengajaknya ke gedung sepak bola bersama." Jelas Kazemaru sambil menggeleng keras. Gouenji mengangguk mengerti lalu menunjuk tangan Kazemaru yang masih menggenggam tangan Kirino. "Sambil pegangan tangan kayak pasangan?" tanyanya lagi membuat duo pasangan gak jelas itu blushing berat dibuatnya.

"Hah, sudahlah! Ayo kita ke gedung! Aku ingin secepatnya latihan!"


DING DONG... DING DONG...

Bel tanda jam pelajaran kedua telah usai. Dan kini SMP Raimon mulai memasuki jam istirahat pertama. Siswa-siswi sekolah seperti biasa akan break sejenak dari pelajaran yang membuat otak mereka jenuh di jam ini. Ada yang memanfaatkan waktu ini untuk mengisi perut dengan bekal bawaannya, atau jajan ke kantin sekolah, ada yang saking rajinnya masih belajar di jam ini.

"Hah..." Kirino menghela nafas begitu sensei di kelasnya sudah keluar. Pelajaran hari ini begitu berat, pikirnya. Sepertinya dia akan istirahat sebentar sebelum pergi ke gedung.

"Hee... jadi kau sudah jadian dengan Kyousuke-kun ya, Aoi-chan?"

"Hehe, begitulah... kau sendiri kapan jadian dengan Nishiki-kun, huh, Midori-chan?"

"Apa maksudmu? Asal tahu saja, aku tidak mungkin pernah jadian dengan Nasi item itu!"

"Apa benar? Ja, bagaimana denganmu Akane-chan, hubunganmu dengan Shindou-kun?"

"Eh, seperti biasa."

Kirino kembali menghela nafas panjang. Entah kenapa ia sedih sendiri saat mendengar percakapan tiga gadis sekelasnya itu.

Kekasih? Ah, Kirino bahkan tidak pernah terpikir kata itu dalam benaknya, tapi jujur, ia juga iri saat tak sengaja melihat beberapa pasangan di sekolahnya.

Kirino berdiri, tersenyum kecut. "Daripada memikirkan hal yang tak berguna, lebih baik aku ke gedung sekarang."

Kirino berjalan keluar, tapi...

"Eh? ke-kenapa aku malah terbayang Kazemaru-senpai?"

"Heh! Kirino!"

Kirino terlonjak kaget mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia membalikkan badannya ketika ia mendengarnya. Dan, sial! Lagi-lagi mereka! Para gadis yang sering mem-bully Kirino. Beta, Orca, Natsumi, Reize(Midorikawa) dan Reina. Ya, sebenarnya Natsumi, Reize dan Reina itu kelas Sembilan. Tapi namanya juga satu geng.

"Iya, ada apa?" tanya Kirino kesal.

"Dasar! Malah nanya lagi! Kau lupa, kau harus membelikan kami makanan di kantin! Atau jangan-jangan kau melupakan tugasmu hah, pesuruh?!" bentak Reina dengan kasarnya. Kirino memutar bola matanya bosan dan mendengus kesal.

"Iya, iya. Reina-sama." Kirino mengeluarkan note nya untuk mencatat pesanan lima gadis itu. "Mau pesan apa, ohime-sama?" tanya Kirino dengan nada yang mengejek. Tapi beruntung karena mereka tidak menyadarinya.

Setelah mencatat pesanan layaknya seorang maid yang bertugas, Kirino segera keluar membeli makanan yang di pesan ke kantin. Setelah selesai, ia kembali ke kelas.

"Kirino!" panggil seseorang, yang ternyata adalah Kazemaru.

"Uh, senpai?"

Kazemaru memperhatikan Kirino yang tengah membawa makanan yang cukup banyak. "Kirino, aku tidak menyangka selera makanmu besar juga."

"Bu-bukan begitu! Ini pesanan cewek menyebalkan di kelasku. Aku hanya membelikan, itu saja." Jelas Kirino, Kazemaru manggut-manggut polos tanda mengerti. Walaupun ia merasakan sakit ketika melihat mataharinya harus melakukan hal itu.

"Perlu bantuan?" Tanya Kazemaru menawarkan bantuan.

"Eh? Ti-tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." Tolak Kirino dengan halus.

"Jangan memaksakan diri. Kalau makanananya tumpah, kau kan yang akan dimarahi oleh teman-temanmu?" Kata Kazemaru, lalu membantu Kirino membawa 'belanjaan'nya.

Greeekkk

Pintu kelas di buka oleh Kazemaru. Semua mata tertuju padanya yang membawa bejibun makanan.

"Kazemaru, sedang apa kau ke sini? Dan apa kau makanan yang sebanyak itu?" Tanya Natsumi.

"Eh? Ini bukan punyaku. Aku Cuma bantuin Kirino yang kerepotan bawa pesenan kalian." Jawab Kazemaru sekaligus mengkritik semua lima cewek se-geng itu juga anggota mereka yang sekelas dengan Kirino.

"Baiklah, aku pergi dulu, nanti jam sebelas datang ke gedung ya, Kiri-chan." Ucap Kazemaru sebelum meninggalkan kelas itu. Semua pandangan tertuju pada Kirino.


"Kamu apa-apaan sih! Pake minta tolong Kazemaru-senpai segala! Kamu cari muka ya di depan dia!" bentak salah seorang cewek yang menarik Kirino ke atap, Orca.

"Ti- tidak. Di-dia yang membantuku." Kirino membantah. Dan kembali lagi dengan penumpahan kesalahan hanya karena mendapat pertolongan.

"Heh? Anak teladan ternyata gak bisa melakukan semuanya sendiri. Dasar payah!" celetuk Reize sambil menarik rambut Kirino dengan paksa, membuat Kirino kesakitan.

"Iya, ya. Pokoknya kalau kamu deketin Kazemaru lagi, kita gak segan-segan melakukan hal yang lebih parah dari ini. Ngerti?" tambah Beta.

"I-iya, aku mengerti." Kata Kirino. Segerombolan cewek itu segera pergi meninggalkan Kirino. Sedangkan Kirino sendiri teringat kalau ia harus berada di gedung sepakbola pukul sebelas. Tanpa pikir panjang ia berjalan ke sana, tentunya masih dengan perasaan yang begitu gelap, menahan rasa sakit dihati dan pikiran.

"Kenapa? kenapa aku harus seperti ini? ne, kenapa? Ka-kazemaru-senpai?"

Tunggu, apa dia bilang tadi? Kazemaru-senpai?

BLUSSHH!

Wajah Kirino langsung merah begitu ia memikirkan Kazemaru tanpa diduga.

"Kirino... kamu kenapa? sakit?" Ding dong! Orang yang baru saja merasuki pikiran Kirino menyapa gadis itu dengan santai.

"Kazemaru-senpai!?" teriak kaget Kirino. Yang dipanggil hanya memasang wajah bingung. "Kenapa?" tanyanya. Kirino menggeleng cepat. "A-aku berminat ke gedung sepak bola untuk latihan" ujarnya semangat. Kazemaru tertawa menatap kouhai-nya... "Saat istirahat, sebaiknya digunakan untuk mengisi tenaga dulu untuk latihan nanti." ujar Kazemaru sembari menggigit roti krimnya. "Mau coba?" tawar Kazemaru sambil mengajukan roti krim yang sudah terdapat gigitannya.

Kirino langsung blushing berat. "Kalau aku menerima gigitan itu, itu berarti aku akan melakukan ciuman secara tidak langsung dengan senpai... kalau tidak kuterima ia akan kecewa. Bagaimana ini!?" batin Kirino panik.

"Kirino, mau tidak?" Tanya Kazemaru lagi membuat Kirino tersadar dari pikirannya. "I-iya deh."

"Baiklah, kalau begitu, buka mulutmu." Pinta Kazemaru sambil tersenyum dan menyodorkan roti itu ke mulut mungil Kirino.

Kirino langsung terkejut. "E-eh –hmpp!"

Memanfaatkan kesempatan, Kazemaru langsung menyumpalkan roti rasa krim itu ke mulut Kirino.

"Bagaimana? Enak?"

Kirino mengunyah rotinya, pipinya memerah. "Un, enak."

"Nah, kau sudah makan, sekarang baru kita ke gedung."


"Ah ya, Kirino." panggil Kazemaru sejenak.

"Hm?"

"Pulang sekolah nanti temui aku di belakang sekolah ya?"

"Uh, baiklah." Dengan nada sedikit gugup Kirino membalas ajakan seniornya itu.


Pelajaran telah usai tapi, hati Kirino belum siap sama sekali. Ditamparnya beberapa kali pipinya yang telah memerah.

"Pulang sekolah diajak ke belakang, bukannya itu tanda kencan?" pikiran gadis muda pun menjerumus dan menodai pikiran Kirino yang masih polos. Tapi ia menggelengkan kepalanya cepat dan mencoba menyapa senpainya yang telah menunggunya di belakang sekolah. "Ah, senpai! omatase." ucapnya riang. Kazemaru hanya tersenyum menatap kouhainya yg mulai ceria itu.

Kirino menghampiri Kazemaru dan duduk di samping pemuda itu. "Um, sebenarnya ada apa senpai mengajakku ke sini?" tanyanya heran.

Kazemaru tersenyum. "Merilekskan pikiran,aku yakin tadi kau masih memiliki beberapa beban. Kenapa tidak istirahat saja sejenak. Lagian di sini sejuk dan rindang."

Kirino menyetujui saja ucapan Kazemaru, di belakang sini memang sejuk dan rindang, suasananya begitu tentram dan damai. Beban seberat apapun pasti akan terlupakan jika sudah duduk di bawah pohon besar di sana.

Kirino melamun, pikirannya kembali melayang saat kejadian istirahat pertama tadi. "Ah, kekasih ya?" gumamnya pelan, sangat pelan sampai hampir tidak terdengar, tapi ternyata Kazemaru dapat medengar gumamannya.

"Heh, apa kau bilang?" tanya Kazemaru tiba-tiba.

"Eh, bu-bukan apa-apa kok, hehe." Kirino mencoba mengelak karena tanpa sengaja ucapannya terdengar oleh Kazemaru.

"Jangan bohong, tadi aku yakin mendengarkau mengatakan sesuatu, um, kasih?"

Gawat.

Kirino tidak tahu harus menjawab bagaimana. Ia tahu Kazemaru nanti akan berkata ia ingin mendengarkan.

"Ceritakan padaku masalahmu."

Tuh kan, benar.

Memang sih, Kazemaru bermaksud baik. Tapi Kirino tidak mau juga ikut membebani senpai nya itu.

"Aku... hanya ingin memberi senpai permen ini. Tadi Jeanne dari kelas sebelah memberikannya padaku." ujar Kirino bohong. Ditatapnya lekat-lekat mata cokelat madu di hadapannya. Kazemaru berdesah pelan.

"Tolong jangan berbohong lagi padaku Kirino." ujarnya kesal. Ditatapnya kembali mata sapphire itu. "Tolong beritahu aku, apa yang kau katakan?" ujar Kazemaru sembari menatapnya dengan tatapan sedikit memelas.

Oke, Kirino menyerah, dengan terpaksa ia memberitahu keinginannya.

"Um, begini, a-aku... iri dengan para gadis di kelasku."

"Iri? Soal apa? Kalau soal kecantikan menurutku kau lebih cantik dari mereka."

Yup! Dapat ditebak, wajah Kirino merah lagi. Entah sudah yang keberapa kalinya sejak ia bertemu dengan Kazemaru.

"Bu-bukan itu, tapi... mereka memiliki hubungan semacam, yah... um, pacaran. Da-dan aku, err... ano... um...,"

"Dan kau juga ingin memiliki hubungan seperti itu?" tanya Kazemaru sambil tersenyum menawan.

"I-iya... yah, aku hanya ingin merasakan, bagaimana rasanya punya, em, kekasih... ah, tapi mana mungkin ada orang yang mau–"

"Jaa, kalau begitu aku akan menjadi kekasihmu."

Kirino terbelalak. "Tadi senpai bilang mau ngasih aku permen?" Kirino yang tak percaya mendengar ucapan senpai-nya langsung mengeluarkan sebuah lelucon garing. Kazemaru langsung menarik gadis yang masih tidak percaya dengan ucapannya tadi. "Aku bilang akan menjadi kekasihmu, Ranmaru." bisiknya langsung ke telinga Kirino sembari mendekap gadis yang sekarang telah blushing berat.

"Senpai..., apa senpai tidak menyesali ucapan senpai ini? Aku kan hanya..."

"Tapi bukannya kamu ingin merasakannya?" potong Kazemaru. Kirino mengangguk lemah. "... Maaf aku malah membuat senpai terkena banyak masalah...," bisik Kirino pelan membuat pemuda itu blushing dibuatnya. Kemanisan wajah Kirino meluluhkan hatinya dan membuat pemuda itu dengan cepat mencium kening gadis itu.

Kirino langsung bersemu sangat merah mendapati tingkah kakak kelasnya itu.

"Haa? Kirino? apa kau sakit?" seusai Kazemaru melepas dekapannya dilihatnya gaids manis yang baru saja menjadi kekasih sementaranya. Semuan merah menjalar dipipinya. Dengan cepat ia menempelkan keningnya dengan kening Kirino. membuat gadis itu semakin bersemu merah. "A-aku tidak apa-apa senpai! Aku hanya kepanasan!" ucap Kirino sambil mendorong senpainya itu. Kazemaru hanya bisa tersenyum jahil. "Merah karena melihat diriku ya, ohime-sama?" ucapnya sambil mencium rambut merah muda gadis itu.

"Bu-bukan! Ku-kubilang aku hanya kepanasan!" bantah Kirino sambil mendorong tubuh Kazemaru. Namun bukannya percaya pemuda bermata madu itu malah tersenyum menggoda ke arahnya.

"Ba-baiklah, aku akui! Ha-habisnya senpai terlalu dekat sih...," Kirino menunduk untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Kazemaru menghela nafas.

"Kirino," panggil Kazemaru.

"Iya?"

"Kita mulai besok."


TBC


Behind Scene:


FuYu: Konbanwa to ochikaresama!

Fuyuri: jaa, ini pertama kalinya kami bikin fict collab dalam akun collab kami tercinta ini XD

Yugure: yup, aku FuYuToMiRe~ itu singkatan dari beberapa pen name... halo! ada yang mengenalku?

Fuyuri: jadi, bagi semuanya... Yugure adalah... Ramaru dari akun collab Mist Harmonics

Yugure: dan Fuyuri yah... Fuyuri...

Fuyuri: Shimizu! jadi, aku Fuyuri Shimizu, Author yang kelewat alay!

FuYu: jadi pertama... kami sangat berterima kasih!

Fuyuri: buat yang review dan...

Yugure: membaca fict ini... Kami tidak memaksa reader untuk memuji isi cerita kami yang gaje ini.

Fuyuri: karena kami tahu cerita ini masih banyak kekurangannya, buktinya apa? toh kami bikinnya aja pake chat... =3=)/ *trus ditabok*

Yugure: maaf kalo fict ini tidak berkenan dihati semuanya... dan... agak sedikit bikin... eng... panas... itu karena...

Fuyuri: kami mau coba bikin yang manis gitu kesannya XD eh, kayaknya malah kelebihan sampe kami bikinnya aja sampe jingkrak-jingkrak.

Yugure: yak mungkin cukup sekian dan...

FuYu: terima kasih! jaa!