Nonsense
.
.
.
Genre :
Chapter : Completed
Warning : Boys Love, DLDR, Typo(s)
Rated : T
Author : VanillaLatte
Disclaimer : Saya hanya pinjam nama. All cast disini hanyalah fiksi. Ide cerita seratus persen milik saya sendiri.
ENJOY
.
.
.
A Screenplays Fanfiction
By VanillaLatte
.
Diantara beberapa orang siswa yang sedang memperhatikan guru yang sedang megajarkan—entahlah, semacam teori fisika di kelas itu, ada seorang pria dengan surai hitam yang ditata acak-acakan mengenakan kacamata hitam berbingkai lebar yang sudah menguap entah hampir berapa kalinya sejak pelajaran ini dimulai empat puluh menit yang lalu. Ia hanya harus bertahan sepuluh menit lagi dari kejenuhan ini agar ia bisa meneguk sekaleng soda dari kantin nanti.
Namanya Yesung. Kim Yesung.
Kelasnya tidak terlalu besar, terletak di lantai satu dan hanya ada beberapa pajangan hasil lukisan atau pekerjaan tangan teman-temannya yang berjejer rapih di beberapa bagian dinding kelas. Tapi yang membuat kelas ini menarik—selain penghuninya yang terkenal tampan-tampan dan cerdas—adalah letaknya yang ada di sisi paling ujung koridor. Karena posisi itulah, disisi kanan kelas ada beberapa jendela yang menghadap ke dalam koridor, dan di sisi kiri ada beberapa jendela yang menghadap ke lapangan depan sekolah.
Ia sendiri lebih suka duduk disini. Tempat paling pojok tepat disamping jendela yang menghadap ke lapangan depan sekolah ini selalu bisa membuatnya mendapatkan pemandangan lain selain pemandangan kelas yang sumpek dan murid-murid yang mengantuk. Jendela ini yang sudah menemaninya satu tahun terakhir, sekaligus tahun terakhirnya ada disekolah ini.
Sebenarnya bukan hanya jendela ini yang membuatnya bahagia. Tapi jendela satunya. Jendela yang menghadap ke koridor, yang jauh dari tempat duduknya.
Ia melirik jendela itu sebentar, dan hanya mendapati pemandangan dinding koridor yang menggambarkan suasana sepi karena belajar-mengajar masih berlangsung. Ia baru saja akan mencoba memperhatikan tuan Park yang sedang mengajar kalau saja laki-laki itu tidak muncul dan mengambil alih semua perhatiannya. Laki-laki yang membuat jendela itu jadi lebih menarik dari jendela-jendela lain.
Ada seorang laki-laki dibalik jendela itu. Wajahnya terlihat putih bersih karena kulit putih susunya yang pucat. Irisnya berwarna caramel jerih, senada dengan warna rambutnya—padahal di sekolah ini ada larangan mengecat rambut. Ia mengetuk jendela kaca itu imajinatif, seakan-akan hendak memanggil orang yang sudah jelas-jelas melihatnya.
Yesung tersenyum kecil.
Laki-laki bersurai cokelat dari kelas 'istimewa' itu berucap dari balik jendela kaca. Walaupun suaranya tidak kedengaran—atau malah orang itu memang tidak bersuara, tapi gerakan bibirnya cukup mudah dipahami. "Kau sudah menguap delapan kali dalam lima belas menit."
Terlihat seperti ejekan, namun kalimat itu menyiratkan pesan bahwa ia sudah berdiri disana sejak lima belas menit yang lalu. Yesung kembali tersenyum kecil.
"Masuk ke kelasmu. Tidak lihat ada pembunuh?" jawabnya tanpa suara sembari menunjuk pria usia empat puluh yang sedang menulis di whiteboard dengan spidol itu.
Kali ini Kyuhyun yang tersenyum.
"Tidak mau. Ayo ke kantin. Aku belum sarapan." Ujarnya diiringi wajah memelas kelaparan saat mengucapkan kalimat terakhir. Yesung terlihat memasang wajah kau-kira-aku-akan-menuruti-ide-gilamu-hah-cepat-pe rgi-sana-atau-kembali-ke-kelasmu. Tapi ia masih berdiri di tempatnya dan tidak terlihat seperti mempunyai niat untuk bergerak kemanapun.
"Lima menit lagi. Aku akan menyusulmu." Yesung menghela nafas panjang, namun ia memilih mengabaikan laki-laki itu, memperhatikan guru Park dan mencatat beberapa bagian yang dirasanya penting dalam buku tulisnya.
Pria muda itu masih memandang wajah Yesung dari luar kelas. Beberapa pikiran melintas di benaknya namun ia memilih mengabaikannya dan tetap memandangi wajah itu. Wajah yang sudah membuatnya jatuh hati, entah berapa lama. Sebenarnya ia sedikit berharap Yesung akan meliriknya sekali lagi, tapi setelah beberapa menit menunggu laki-laki itu terlihat mulai fokus dengan pelajarannya. Jadi ia memilih beranjak dari sana dan pergi ke suatu tempat.
Beberapa menit menahan diri untuk tidak kembali melirik ke jendela, akhirnya ia memutuskan untuk meletakkan pensilnya dan melihat jendela itu kembali—pada dasarnya menahan rasa ingin tahu itu memang sulit. Dan ketika matanya sudah tertuju pada jendela itu, tak ada siapapun disana. Matanya sempat mencari-cari sosok yang beberapa menit lalu berdiri disana, tapi tidak ada siapapun. Memilih mengabaikan, ia kembali menatap papan tulis dan mendapati gurunya itu sudah mulai membahas sub-bab yang lain. Tapi kali ini ia tidak bisa tidak peduli, karena ia kembali memandang jendela itu dan pemandangannya masih sama ; lorong kosong. Artinya mahkluk berkedong laki-laki tampang itu sudah menghilang.
Merasa sedikit kesal—entah kenapa, ia melemparkan pandangannya ke jendela favoritnya, tepat disamping kirinya. Ia baru sadar kalau langit tiba-tiba mendung, ia lupa bawa payung, dan ia harus pulang naik bus hari ini. Sialan kuadrat.
Tiba-tiba ia melihat seorang staff membawa beberapa lembar kertas dan berjalan menuju papan pengumuman dipinggir lapangan sekolah. Ia terus memperhatikan gerak gerik staff itu dari awal ia menempelkan kertas pertama hingga berlembar-lembar kertas lagi disana, entah apa isi—
—ah…
Pasti pengumuman kelulusan.
Sebentar lagi akan ada segerombolan manusia yang berkerumun di depan papan itu. Atau lebih tepatnya ; semua penghuni sekolah tahun ketiga.
Benar saja, tak perlu menunggu lama guru Park sudah merapikan buku-bukunya, mengucapkan salam dan beranjak keluar kelas sebelum akhirnya bel pelajaran selesai berbunyi nyaring. Seharusnya ia mengikuti semua temannya, berhamburan keluar kelas untuk melihat papan pengumuman dibawah, atau sekedar mengisi perut mereka yang kosong dikantin. Memang tidak semuanya pergi. Ada beberapa yang asik dengan laptop atau headphone mereka.
Yesung memilih kembali memperhatikan papan pengumuman itu, dan segera menyesalinya karena sekarang papan itu sudah hampir tidak terlihat karena kerumunan orang yang penuh-sesak disana. Sebenarnya ia ingin tahu juga bagaimana nasib hidupnya setelah ini lewat papan pengumuman itu, tapi sepertinya menyimpan nyawanya agar tidak mati tertindih untuk melihat papan itu nanti adalah pilihan paling bijak saat ini.
Baru saja ia akan melihat jendela yang satu lagi—untuk memastikan mahkluk itu sudah lenyap—tiba-tiba laki-laki ini sudah mengecup pipinya dengan cepat, sangat cepat malah. Dan tanpa rasa bersalah tersenyum lalu menarik satu kursi terdekat untuk duduk disampingnya.
Mungkin orang ini sudah gila. Mungkin orang ini lebih memilih mati karena mendapat tatapan sinis dari murid lain yang melihat tingkahnya ; mencium sesama jenis.
"Sudah makan?" tanya yang bersurai hitam, memilih mengabaikan beberapa murid di kelas yang sepertinya sadar dengan tingkah bocah di sampingnya itu.
Pria berambut caramel itu mengeluarkan dua bungkus roti dan dua kemasan botol susu, satunya bertuliskan banana flavor dan strawberry flavor secara ajaib. Ia menyodorkan botol susu pisang pada Yesung.
"Aku tidak mau makan kalau tidak denganmu." Jawabnya ringan.
Yesung terkekeh lalu mulai meneguk sedikit susu itu. "Kau sudah kirimkan data dirimu?" tanyanya.
Laki-laki itu mengangguk. Dengan mulut penuh ia berusaha menjawab, "Sudah." ia melihat catatan Fisika milik Yesung terbuka. Awalnya hanya berniat iseng membaca, tapi ia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak memeriksa jawaban Yesung pada setiap soal dari guru killer tadi.
"Alamatnya sudah kau pastikan benar?"
"Iya."
"Yakin tidak salah mengeja? Orang Jerman bisa saja membuang suratmu karena shock melihat tulisanmu."
Laki-laki itu menjawab dengan sebuah death glare, dan Yesung hanya bisa tersenyum saat puncak kepalanya ditepuk lembut dan orang itu berujar, "Cerewet."
Kyuhyun. Namanya Cho Kyuhyun.
Laki-laki paling dingin, kasar, angkuh dan paling addict game se korea. Dan akan dengan cepat berubah menjadi laki-laki paling manja, menyebalkan, dan masih tetap dingin kalau sudah berhadapan dengan Yesung. Cerdas, karena berhasil masuk kelas istimewa dan lompat kelas beberapa kali sejak sekolah dasar. Tapi sayang, Cho Kyuhyun ini tidak cukup cerdas, untuk jatuh cinta pada seorang laki-laki.
"Ngomong-ngomong—" Kyuhyun tiba-tiba sedikit tersedak. Yesung dengan santai menyodorkan botol susu stroberi milik Kyuhyun sendiri, menyuruh anak itu meminumnya.
"Kau itu masih terlalu kecil untuk jadi anak kuliahan." Ejek Yesung. Ia menatap wajah pria yang lebih muda darinya empat tahun itu dengan senyum. Entah kenapa ia bisa tertarik pada pria ini. Ceroboh, dingin, tidak punya hati, tapi tetap saja ia selalu merasa nyaman saat bersamanya.
Kyuhyun tidak menanggapi ejekan itu, "—kau diterima." Lanjutnya setelah selesai meneguk minumannya dan menepuk-nepuk sedikit dadanya.
"Hah?"
"Kau diterima. Kau masuk Seoul University." Kyuhyun masih melanjutkan acara sarapannya. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada catatan fisika Yesung yang masih dan membacanya. Sama sekali tidak berniat mengamati perubahan wajah lawan bicaranya yang terlihat begitu bahagia dengan kabar yang dibawanya.
Yesung hanya bisa tersenyum, sembari melanjutkan kegiatannya—meminum susu pisang—dan merasa lega tentu saja. Senang sudah pasti, hanya saja ia menahan diri untuk tidak berteriak seperti remaja perempuan saat bertemu dengan boyband favorit mereka. Dan lagipula dia ini laki-laki. Kebahagiaan seorang pria tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata, bukan begitu? Itulah mengapa laki-laki kadang-kadang jadi sulit ditebak.
Ditengah-tengah rasa lega itu, Kyuhyun tiba-tiba berujar, "Nomor empat dan lima ini salah. Seharusnya kau mengkonversikan angka Celcius jadi Kelvin dulu, baru kau bisa masukkan dalam rumus kalkulasi yang benar. Kalau kau menghitungnya seperti ini hasilnya tidak akan valid, kecuali kau mengubah dan menyamakan p—"
Ucapannya terbungkam hanya karena bibir laki-laki bersurai hitam itu mendarat tepat diatas bibirnya. Matanya terbelalak karena terkejut. Namun lama kelamaan ia memilih mengikuti jejak orang yang pertama kali memulai ciuman ini, memejamkan matanya. Awalnya memang hanya kecupan ringan, namun seperti yang kalian tahu sebuah kecupan ringan tidak akan pernah bisa benar-benar menjadi 'ringan' jika sudah membahas Cho Kyuhyun sebagai subjeknya.
Kyuhyun menarik tengkuk Yesung mendekat, dan membuat ciuman yang awalnya ringan itu menjadi lebih dalam. Kyuhyun selalu mendominasi, setiap kali mereka melakukannya. Ia memagut bibir tipis itu lembut dan membelitkan lidah mereka. Yesung mengerang kecil, tapi Kyuhyun tak akan membiarkan orang lain mendengarnya. Semua itu miliknya.
Yesung memejamkan matanya erat-erat. Pikirannya sedang benar-benar bahagia sekarang, dan ia berharap moodnya akan selalu seperti ini nantinya. Ia bahkan sama sekali tidak sadar bahwa sekarang punggungnya sudah menempel di tembok, dan Kyuhyun adalah tersangka utama yang membuat kondisi adegan ini menjadi terlihat dewasa.
"YESUNG HYUUUUNG!" suara itu menggema di sepanjang lorong, bahkan seluruh penjuru kelas. Jangan ditanya darimana asalnya karena kau sudah bisa melihat dengan jelas ada seorang laki-laki dengan wajah histeris-antusias-kekanakan yang berdiri di ambang pintu kelas dengan mulut berbentuk O besar seperti miniature Niagara saat mendapati ada dua orang laki-laki sedang ehmmakingoutehm di pojok belakang kelas.
"Donghae-ya, mungkin Yesungie-Hyung suda—" ada satu lagi laki-laki yang menyembulkan kepalanya dibalik punggung pemuda yang satunya, matanya membulat dan ia menyuguhkan senyum penuh gusi sambil berdecak sok tahu. "Sudah kubilang kan, Yesung Hyung pasti sudah tahu."
"T-tapi Hyuk, aku ingin memberi tahu Yesung Hyung kalau dia diterima di Seoul University." Sambungnya polos, pemuda yang dipanggil Donghae ini tak bisa melepaskan pandangan matanya dari dua orang yang sepertinya masih belum sadar dengan kehadiran mereka di ambang pintu.
Lee Hyukjae, siswa tahun pertama itu menarik lembut tangan kekasihnya, "Kau bisa memberitahunya nanti, hm? Sekarang ayo ke kantin. Aku lapar."
Donghae, tanpa perlawanan berarti hanya mengikuti Hyukjae yang menariknya menjauh dari kelas itu. Ia benar-benar bingung sekarang, kenapa dua orang itu bisa making out dikelas? Memangnya tidak takut kalau ketahuan orang? Ia dan Hyukjae saja harus pergi ke dekat gudang hanya untuk mengecup pipi. Wow, mungkin murid tahun ketiga sudah tidak takut-takut lagi melakukannya.
.
Ciuman itu akhirnya berhenti.
Yang lebih tua berusaha mengisi paru-paru mereka dengan oksigen sebanyak mungkin sebelum membuka mata, hanya untuk mendapati Kyuhyun memandangnya dengan intens. Ia tersenyum, dan sekali lagi pria itu mengecup cepat bibirnya.
"Selamat atas kelulusanmu." Ujar Kyuhyun. Ia mengancingkan tiga kancing teratas kemeja Yesung yang sudah terbuka—akibat ulahnya—lalu mengusap kepala laki-laki itu lembut.
Yesung masih kehabisan kata, dan kehabisan oksigen. Ia bahkan tidak sadar sejak kapan kemejanya terbuka hingga Kyuhyun bisa mengancingkannya kembali. Ia hanya bisa menggumamkan 'terimakasih' kecil lalu berusaha menyusun nafasnya kembali. Pemuda itu lalu terkekeh kecil melihat Yesung dengan mata yang sayu dan nafas terengah-engah.
Kyuhyun meraih roti yang tadi sempat terbengkalai dan mulai memakannya, "Ngomong-ngomong, tadi kau dengar sesuatu?" tanyanya sambil menyodorkan minuman untuk Yesung.
"Itu Donghae. Tidak ada orang lain yang punya suara seperti itu kecuali dia." Yesung merebahkan kepalanya diatas meja. Kyuhyun yang awalnya hanya menangguk menanggapi, malah ikut-ikutan membaringkan kepalanya berhadapan dengan Yesung dan mengabaikan lagi sarapannya. Melihat Yesung memejamkan matanya, ia meraih tangan pemuda yang lebih tua darinya itu dan menautkan jari-jari mereka, memaksa Yesung kembali membuka matanya untuk mendapati Kyuhyun yang menyuguhkan sebuah senyum. Kyuhyun bersumpah ia akan selalu jatuh cinta pada senyuman itu. Hanya pada senyuman itu.
"Sebenarnya kita ini apa, Hyung?" tanya Kyuhyun tiba-tiba.
Yesung tak perlu membuka matanya untuk menjawab pertanyaan itu, "Tidak tahu. Kau punya kesimpulan?"
Ia mendekatkan wajahnya, "Aku hanya menyayangimu lebih daripada apapun. Aku tidak tahu rasa sayang yang begitu dalam disebut apa. Tapi karena waktu aku menyatakan perasaanku kau tidak pernah menolaknya jadi kurasa kita bisa disebut pacaran, bukan begitu?"
Yesung tertawa kecil, lalu membuka matanya. "Cerewet. Aku juga menyayangimu."
Kyuhyun tersenyum. Ia kembali mendekatkan wajahnya pada Yesung, lebih dekat daripada yang sebelumnya, hingga hidung mereka sekarang tidak lagi punya jarak untuk memisahkan mereka. "Kau benar-benar tidak mau ikut aku ke Jerman?"
Yesung menggeleng pelan, mengeratkan genggaman tangannya pada Kyuhyun sebagai jawaban.
Pria berambut caramel itu mendengus pelan, lalu mencibir, "Memangnya kau tidak kangen aku, Hyung? Jerman itu jauh, sekedar mengingatkan."
Yesung membuka matanya, lalu tersenyum kecil, "Aku akan rindu hanya pada satu orang." katanya. Kyuhyun mengangguk cepat, ingin segera tahu siapa orang yang bisa menyaingi dirinya di mata orang-yang-bukan-kekasihnya?
"Dia murid dari kelas istimewa yang paling ceroboh, dingin dan egois. Yang akan kuliah di Jerman, dan laki-laki yang selalu muncul di jendela dan menggangguku selama tiga tahun sampai aku jatuh cinta padanya. Dia, "
Ia memejamkan matanya, dan memastikan dunia cukup hening agar orang yang menggenggam tangannya ini bisa mendengar nama orang yang paling disayanginya ;
"Cho Kyuhyun."
.
.
.
END
I know its a nonsense fict, i know, and i'm so sorry.
kalau boleh jujur, saya sedang kehilangan semangat untuk posting atau update cerita.
ini salah satu berkas lama saya yang ngga pernah saya publish.
maaf sudah spamming email kalian buat fict nggapenting gini... sorry...
tapi saya sudah janji sama kalian untuk posting kelanjutan another day dan yesung's story
saya janji
saya cuma lagi kesel sama diri saya sendiri, ngga punya tempat curhat, dan ya...putus asa juga
i post this fict to tell you guys that i'm still alive. thats all, no other intention
well, be healthy, and see ya :)
Warm hug and Best regards,
VanillaLatte
