Tittle : Read My Music
Author : GoodMornaing
Cast : Park Chanyeol EXO and Byun Baekhyun EXO
Other Cast : Kim Minseok EXO , Kim Jongdae EXO, Do Kyungsoo EXO, Shin Jimin AOA, etc
Genre : Romance, Little bit Hurt, and Drama. I'm trying so hard to make this fanfic being so fluffy T-T. And this is YAOI of course
Rated: Mature
Summary :
Baekhyun berkata, "Segalanya gelap bagi ku", mendengar hal itu hanya membuat Chanyeol tertawa, "Itu karena kau terlalu bersinar Baek" . Baekhyun pun tersenyum mendengarnya, lalu berkata, "Aku suka mendengar tawa mu, namun ku lebih menginginkan untuk dapat melihatnya".
.
.
.
~Happy Reading~
Chapter I : A day before meet you
.
.
.
Musim Semi, 2011
Chanyeol mengacak rambut merah menyalanya dengan frustasi. Menatap banyaknya surat- surat tagihan yang berdatangan di kotak pos bernomor 061 , flat sederhana miliknya. Sekarang bagaimana?, apakah dirinya harus menjual tubuhnya kepada tante- tante haus belaian. Ewh.. Big-Underline-No!, memikirkannya saja Chanyeol bergidik. Sejauh ini Chanyeol masih yakin akan orientasi seksualnya yang lebih menyukai pria manis Asia daripada seorang wanita dewasa berbadan kencang hasil perawatan mati- matian di rumah sakit bedah plastik.
Ayo hentikan sebentar otak Chanyeol yang menyimpang, membayangkan seorang kekasih bila kenyataan mengatakan dirinya telah menjomblo selama 2 tahun ini. Oh ayolah, Chanyeol menggerang dalam hati. Jangankan uang untuk berkencan, dirinya bahkan hampir selalu kelaparan di akhir bulan.
Perkenalkan semuanya, nama pria ini Park Chanyeol. Berusia 20 tahun dan positif telah menjadi sebatang kara sejak kabur dari rumahnya 2 tahun lalu. Janganlah kalian bertanya alasan seorang Chanyeol kabur dari rumahnya, atau kau akan diberi sebuah tatapan mematikan dari mata kelam milik pria berambut merah ini.
Ok, Hentikan.
Tidaklah baik terus membicarakan masa lalu, lebih baik kita membicarakan apa yang terjadi sekarang. Chanyeol terancam hidup di jalanan karena telah menunggak pembayaran sewa flat yang di tempatinya sekarang. Hidup di Seoul dengan bermodalkan ijazah SMA tidaklah semudah itu. Tak ada perusahaan manapun yang menerima dirinya, yang membuat Chanyeol harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja part time di 2 sampai 3 tempat sekaligus.
Chanyeol adalah seorang pria dengan mimpi yang besar. Dirinya percaya bahwa suatu saat nanti akan tiba dimana Chanyeol akan berdiri bangga dan terbang bersama mimpinya.
Mimpi Chanyeol adalah menjadi Pemusik.
Menciptakan musik, menulis lirik lagu, dan menyanyikannya. Chanyeol dengan bangga dapat mengatakan bahwa itulah bakatnya. Tak ada hal didunia ini yang lebih disukainya selain musik.
Namun sayang, mencapai sebuah mimpi tak lah semudah memimpikannya.
Sudah tak terhitung audisi yang diikutinya selama 2 tahun ini, sudah tak terhitung pula Chanyeol menawarkan lagu-lagu ciptaannya kebanyak rumah produksi musik, semuanya NIHIL. Dirinya di tolak dengan mentah- mentah. Walau begitu, Chanyeol tak pantang menyerah. Meski kesal karena banyak kegagalannya disebabkan kecurangan oleh orang-orang yang mempunyai koneksi dibelakang mereka. Chanyeol tak akan pernah menyurutkan semangatnya demi mimpinya.
Karena musik adalah hidup Chanyeol, sebaliknya Chanyeol hidup untuk musik.
Dirinya rela bekerja siang malam untuk menghidupi kebutuhannya sehari- hari. Lalu waktu tidurnya lebih banyak dihabiskan dengan ditemani gitar kesayangannya. Merangkai nada demi nada menjadi melodi yang indah. Lalu mencoba lagi dan lagi untuk membentuk sebuah harmoni yang sungguh sempurna.
Menghela napas, kemudian Chanyeol melumatkan seluruh kertas- kertas tagihan itu dengan tangannya, membuatnya menjadi gulungan kertas besar. Kemudian melemparkan semua surat tagihan itu ke tong sampah. Chanyeol bangkit berdiri, dari yang semula duduk di kursi makan tua miliknya. Pria jangkung itu memasuki kamar tidur dengan wajah datar. Terlalu lelah berekspresi. Bisa disebut juga terlalu lelah berpikir. Chanyeol menyambar jaket berwarna hitam dari gantungan baju, memakainya dengan tergesa. Dilanjutkan dengan mengambil tas besar berisi gitar kesayangannya. Menggendongnya di bahu sebelah kanan. Lalu sekali lagi menghela nafas, lalu menutup matanya, seraya mengatupkan kedua tangannya dengan erat. Berdoa untuk memperoleh kelancaran dalam segala urusannya, serta keberuntungan untuk sekali saja memihaknya.
"Baiklah... ayo pergi Park Chanyeol, keberuntungan tak akan pernah datang dengan sendirinya." Ucapnya pada diri sendiri lalu melangkah pergi dengan semangat. Tipikal Chanyeol sekali.
.
.
.
Ditempat lain, di sebuah mansion dengan pilar- pilar besar yang megah berwarna putih gading. Dikelilingi taman luas dan terawat lengkap dengan kolam renang dibagian belakang, lalu kolam ikan berair mancur di bagian depan.
Ditaman bagian belakang mansion itu, terlihat seorang pria mungil tengah duduk disebuah ayunan yang menggantung di salah satu dahan pohon besar yang sungguh kokoh. Matanya tertutup, kepalanya bersandar pada salah satu tali kuat pada ayunan. Sambil sesekali angin sore membuat rambut hitam legamnya menjadi berantakan. Pria mungil itu menendang dengan pelan kakinya ke tanah, agar ayunannya ikut bergerak pelan.
Berjarak tak kurang dari satu meter darinya. Tampak seorang gadis kecil bersandar pada pohon besar pemilik dahan penompang ayunan tadi. Gadis kecil itu bernama Shin Jimin. Di kedua tangannya terdapat sebuah buku novel yang telah dibacanya dengan suara sebaik mungkin sedari tadi.
Baekhyun menguap dengan sungguh lebar, terlihat cute sebenarnya, namun hal itu bukanlah pertanda baik untuk gadis yang tengah membacakannya buku didepan pria manis itu.
Buku yang dipilihnya hari ini adalah Romeo and Juliet, Baekhyun sendiri yang memilihnya. Kisah cinta tragis yang sungguh kekanakan dan bodoh. Hanya saja memiliki kata- kata yang indah sebagai pengantarnya. Sesungguhnya salah satu karya dari William Shakespear ini indah, namun bila digabungkan dengan suara melengking kekanakan khas Shin Jimin, menjadi lain rasanya. Buku itu mendadak seperti dongeng pengantar tidur yang di bacakan seorang anak sekolah dasar karena suara kelewat unik milik gadis itu. Dan Baekhyun tak suka itu, rasanya seperti dia sedang ditemani seorang bocah.
"Ekhm.." Baekhyun berdehem pelan, mengintrupsi Jimin yang tengah membacakan bagian Romeo dan Juliet tengah berdansa. Pria manis itu masih menutup mata dan bersandar pada salah satu tali ayunan kayunya. Jimin menatapnya takut- takut.
"Jimin_ssi, tolong panggilkan Xiumin kesini." Perintah Baekhyun, lalu di jawab Ne yang sungguh patuh dan hampir terdengar spontan dari gadis Shin itu. Gadis berperawakan berisi itu langsung menutup novel ditangannya, lalu berlari ke dalam Mansion megah milik keluarga Byun. Meninggalkan Baekhyun yang terlihat memukau bagai malaikat mungil yang sedang duduk di ayunan, disertai bias senja yang memantul dari air kolam.
.
.
"Matilah aku.. matilah aku.. matilah aku... bagaimana ini.." adalah hal yang terus Jimin gumamkan disetiap langkahnya mencari Xiumin.
Untuk informasi saja, kita harus mengingat terus nama Xiumin dalam cerita ini. Karena Xiumin adalah asisten pribadi sekaligus sahabat terpercaya Byun Baekhyun yang merupakan orang nomor 1 di mansion ini.
"Minseok Oppa!" Seru Jimin dengan khawatir bercampur lega karena akhirnya melihat Xiumin.
"Ada apa Jimin?" Xiumin menoleh dengan refleks saat namanya dipanggil, mendapati sepupunya menatapnya dengan wajah sungguh pucat.
"T-Tu-Tuan muda, memanggilmu." Lidah Jimin terasa kaku.
Xiumin terdiam sebentar, lalu kemudian tersenyum menenangkan pada adik sepupunya itu. "Tak apa, dia hanya tak merasa cocok saja, bukan berarti dia membenci mu." Dengan sikap yang sungguh menguarkan aura seorang kakak laki- laki, Xiumin menepuk pelan kepala Jimin dengan sayang. Mencoba membuat Jimin merasa lebih baik.
"Tapi tetap saja, artinya kesempatan ku untuk debut sekarang, telah sirna.." Mata Jimin telah memerah, pasti gadis itu menahan sekuat tenaga untuk tak menangis.
"Yang berarti kau harus audisi seperti banyak orang lainnya. Hey... tak ada salahnya memulai semuanya dari awal, kau tak harus selalu mencari jalan pintas hanya agar sampai pada mimpimu lebih cepat. Semuanya pasti perlu proses adik ku, kau gagal saat ini merupakan hasil bahwa kau masih perlu banyak latihan. Ayo.. bersemangatlah, kau boleh kedapur dan makan beberapa es krim. Lalu aku akan mengantar mu pulang setelah ku bertemu dengan Tuan Muda Byun setelah ini. Mengerti?" Xiumin telah meletakkan tangannya pada bahu Jimin.
Jimin menghela nafas, lalu menganggukkan kepalanya. Dirinya sekarang memang memerlukan beberapa es krim untuk penghibur hati. Lalu berbalik meninggalkan Xiumin, dan berjalan menuju bagian dapur di bagian kanan mansion ini. Xiumin menatap kepergiannya dengan senyum kecil. Kemudian melangkah menuju ke taman belakang, mendatangi Tuan Muda nya.
.
.
Baekhyun membuka matanya saat mendengar suara langkah familiar itu mendekatinya. Itu Xiumin, pikirnya. Kemudian mengulurkan tangan lentiknya saat Xiumin tepat berada disamping ayunannya. Xiumin menggenggam tangan lentik Baekhyun dengan tangan mungilnya yang hangat.
"Ternyata suara adik sepupuku pun tak dapat menghibur mu?" Xiumin bertanya saat Baekhyun berdiri, menatap mata kelabu Baekhyun yang selalu memandang kosong kedepan.
"Dia hanya terlalu imut." Komentar Baekhyun dengan halus penuh kesopanan, Xiumin pun terkekeh mendengarnya, "dan kekanakan.", lalu Xiumin ikut menambahkan.
Baekhyun tersenyum lebar, senyum langka yang sejauh ini hanya Xiumin yang pernah melihatnya. Baekhyun tampak menjadi luar biasa imut, mata puppy itu menyipit disertai senyum nya yang berbentuk kotak, mengangkat pipi kenyalnya keatas membentuk mochi.
"Senang ku dapat menghibur mu." Ucap Xiumin memulai langkah mereka.
Keduanya bergandengan tangan melewati jalan setapak yang setiap sisinya berjejer bunga dengan banyak warna. Xiumin selalu berpikir seluruh bunga disini indah, mansion ini indah, bahkan pemilik mansion yang tengah berjalan sambil bergandengan dengannya ini amat sangat indah.
Namun sayang, keindahan itu tak dapat di lihat oleh si pemilik keindahan itu sendiri. Karena Tuan Muda Byun Baekhyun nya, tak dapat melihat apapun.
.
.
.
Chanyeol menyandarkan tubuhnya pada bangku halte yang sepi malam itu. Chanyeol mengangkat tangan kirinya, dari jam tangan yang melingkar di tangannya, telah menunjukkan pukul 20.30 KST. Bus nya akan datang 30 menit lagi.
Dengan sebuah tas gitar bersandar disampingnya, pria bermata gelap itu menghitung Won demi Won yang didapatnya hari ini. Sekarang adalah malam minggu, daripada meremukkan badannya untuk bekerja di kafe yang sungguh ramai, dirinya lebih memilih untuk mengamen disalah satu tongkrongan anak- anak Seoul sekarang. Lebih cepat, sekaligus dia dapat menyalurkan bakatnya. Siapa tahu ada pencari bakat yang sedang berkeliaran kan?.
Chanyeol memasukkan beberapa lembar won itu kedalam dompetnya. Lalu kembali mengacak rambut merah menyala miliknya. Jujur saja, meski dia selalu dapat mendorong dirinya sendiri untuk tak menyerah dan terus optimis. Di saat- saat seperti ini, Chanyeol terkadang merasakan juga. Perasaan hampir putus asa dan kefrustasian atas pencapaian yang selalu tak sesuai rencana.
Apakah semua ini akan berakhir?
Chanyeol telah membuang segalanya untuk mimpinya ini. Bila Chanyeol tak dapat mencapai mimpinya, Chanyeol akan hancur. Nyatanya sekarang, Chanyeol telah setengah retak disana- sini. Dirinya terus berusaha mengabaikan itu. Mengabaikan bisikan- bisikan hatinya yang mengatakan harusnya dia menyerah saja.
Namun pria bermata kelam ini tak mau. Chanyeol memang hancur bila hidup tanpa mencapai mimpinya, namun dia lebih hancur bila hidup tanpa mimpi. Sekali lagi, dia adalah pria yang hidup untuk mimpi dan mimpinya adalah hidupnya.
"Oke, fighting!!!" Serunya menyemangati dirinya sendiri. Baik, semuanya pasti ada jalan keluarnya, semuanya akan baik- baik saja asalkan dirinya bekerja keras dan terus berusaha, Chanyeol terus mensugesti dirinya sendiri dengan kalimat- kalimat penguat.
Dari kejauhan terlihat gadis berambut pendek coklat yang berjalan sambil menghentak- hentakan kakinya. Terlihat kesal, bahkan dari jarak 5 meter Chanyeol dapat mendengar sumpah serapah yang sungguh tak pantas keluar dari bibir gadis itu.
Chanyeol berusaha mengabaikannya.
"KIM MINSEOK SIALAN, DASAR PENDEK, BAKPAO, PEMBERI HARAPAN PALSU, MULUT MANIS BERBISA, HOMO MENYEBALKAN!!"
Ok baiklah, Chanyeol sedikit terganggu dengan kalimat terakhir itu. Apakah orientasi seksual dapat dikategorikan sebagai kata umpatan sekarang?.
"PASTI EOMMA SEKARANG MENGHARAPKAN KABAR BAIK DARIKU HUEEE Eh-..."
Seketika tersadar dirinya tampak sungguh memalukan, rengekan gadis itu terhenti saat pandangan mata coklat gadis itu bertemu dengan mata hitam gelap yang sungguh kelam milik Chanyeol.
"A... e... er... ekhm.." Chanyeol menyeringai melihat gadis itu salah tingkah. Dilihat dari dekat gadis itu sangatlah muda, Chanyeol bahkan menebak dia belum lulus SMA.
"Kau baik- baik saja nona kecil?" Chanyeol mencoba untuk bersikap layaknya gentleman, walaupun awalnya Chanyeol ingin mengejek gadis kecil itu, namun saat melihat mata itu merah dan bengkak habis menangis, Chanyeol menjadi tak tega.
Gadis itu menatap Chanyeol dengan takut. Oh... siapa yang tak akan takut melihat pria berotot, sungguh tinggi, berambut merah menyala, dan jangan lupakan beberapa tato di lengannya. Lalu seakan masih kurang seram saja, semuanya di sempurna kan dengan tatapan dalam mata hitam kelam itu.
"Kenapa kau malah melamun, kau sungguh tak apa?" Kalimat bernada khawatir dari suara Husky itu menyadarkan Jimin dari sikap observasinya.
"Kalau dia jahat seharusnya dia menculikku dari tadi, bukannya menanyakan keadaan ku. Apakah ini yang orang- orang biasa sebut dengan jangan menilai buku dari sampulnya." Pikir gadis Shin itu dengan polosnya.
"Nugu..seyo?" Tanya Jimin dengan suara ragu yang kentara. Oh.. siapa yang tak ragu untuk berkenalan dengan pria 'berpenampilan sangar' malam- malam di halte yang sepi seperti ini.
Chanyeol tersenyum ramah, menampilkan gigi sempurna kebanggaan semua dokter gigi. Tak ketinggalan dimple manis itu tampak di pipi sebelah kanannya. Sedikit banyak melunturkan kesan 'bad guy' dari dirinya.
"Aku Park Chanyeol. Lalu siapa nama mu gadis kecil?" Chanyeol balik bertanya.
"Shin Jimin." Jawab Jimin singkat.
"Menunggu bis juga?" Kembali Chanyeol bertanya, dan di angguki oleh Jimin sebagai jawaban.
"Apa kau tak lelah berdiri disitu? Duduk lah Jimin_ah." Chanyeol dengan ramah menepuk tempat disebelahnya.
Jimin pun menurut, dengan kaku dan canggung gadis itu duduk dibangku halte. Membuat jarak beberapa puluh centimeter dari Chanyeol.
"Kau masih sekolah Jimin?" Chanyeol bertanya, membuka percakapan. Chanyeol adalah orang yang easy going, dia sungguh tak tahan dengan suasana canggung.
"Ne.. tahun ke dua, Sekolah Menengah Atas." Jawab Jimin dengan pelan sambil menatap wajah Chanyeol dari dekat. Gadis itu baru sadar, dibalik auranya yang sungguh mengintimidasi, pria yg bernama Park Chanyeol ini sungguh tampan.
"Chanyeol Oppa-kurasa kau lebih tua dariku-bagaimana? Apa pekerjaan mu?" Chanyeol menelan ludahnya saat salah satu pertanyaan menyebalkan itu terlontar dari Jimin.
"Aku musisi jalanan, sedang berusaha dengan audisi- audisi ku." Jawab Chanyeol kaku.
"Sudah dapat ditebak dengan gitar, suara menghanyutkan, lalu wajah kelewat menjual itu." Pikir Jimin.
"Ohh.. aku juga." Ucap Jimin, dan Chanyeol menoleh dengan sungguh cepat kepada gadis itu, hingga Jimin mengira Chanyeol dapat mematahkan lehernya. Right, itu berlebihan. Mungkin hanya sekedar keseleo atau salah urat, maybe.
"Mwo? Kau penyanyi?" Chanyeol bertanya, memecahkan pemikiran konyol Jimin tentang kondisi leher Chanyeol.
"Begitulah, tapi ku gagal, entahlah ku harus menyebutnya apa, tapi ku rasa itu bisa disebut audisi." Chanyeol terdiam, kedua alisnya menukik bingung, apa maksudnya itu? bisa disebut audisi? Jadi itu audisi atau bukan? Kenapa tak jelas sekali.
"Aku tak mengerti apa maksud mu?"
Jimin menghela nafas, "Begini oppa, kurasa ceritanya akan terdengar sangat klasik. Ada seorang konglomerat sialan kaya-Ups!maaf oppa-yang sangat kaya, dia memiliki banyak cabang perusahaan yang bergantung dibawahnya, dan salah satunya adalah perusahaan hiburan. Oppa pasti tahu ini, Agensi BB Entertaiment." Jimin mengucapkan nama agensi di akhir itu dengan sedikit bisikan.
Bohong bila Chanyeol tak merasakan perutnya terbalik saat mendengar nama Agensi besar itu. Agensi yang telah mengeluarkan musik- musik berkualitas dengan penyanyi- penyanyi yang amat sangat berbakat. BoA, Taeyeon, lalu D.O semuanya debut dibawah label BB Entertaiment, dan jangan ditanya lagi bagaimana suksesnya.
"Ekhm.. jadi, kau audisi langsung di depan CEO BB Ent?" Tanya Chanyeol, dan diangguki oleh Jimin.
"Bukankah tak ada yang tahu bagaimana wajah CEO dari BB Ent?. Pemilik agensi itu sekaligus pemilik tunggal kerajaan bisnis BB Grub telah membuat semua media tak menampilkan wajahnya. Hebat sekali kau dapat langsung menemuinya." Chanyeol membeberkan fakta yang diketahuinya.
Jimin menjadi salah tingkah.
"Itu... itu karena kakak sepupu laki- laki ku adalah sekretaris dan asisten pribadinya, jadi dia memberikan ku kesempatan." bibir Chanyeol membentuk garis tipis, setengah jengkel, lagi- lagi karena koneksi.
"Lalu?" Namun Chanyeol tetap bertanya, pasalnya tak akan mungkin kau tak penasaran bagaimana sosok jenius yang berada dibelakang meja CEO BB Entertaiment.
"Aku gagal, dan artinya ku harus audisi jalur biasa. Bersaing dengan ratusan orang yang lain, dan kemungkinan lolos itu hampir tak mungkin." Jelas Jimin dengan nada putus asa.
"Karena seharusnya memang begitulah sebuah audisi berlangsungkan?, bukan dengan memasuki rumah pemilik perusahaannya. Tidak semua orang memiliki kakak laki- laki yang merupakan sekretaris di perusahaan besar." Chanyeol tak dapat menahan dirinya untuk tidak menyindir gadis ini, siapa yang tak kesal melihat ada seseorang yang masih saja mengeluh bahkan setelah diberikan kesempatan menakjubkan.
"Ne..." jawab Jimin pelan, merasa tak enak hati setelah mendengar nada suara Chanyeol. Oh ayolah, gadis itu seharusnya lebih peka dan paham, Chanyeol pasti telah mengalami banyak kegagalan dan banyak audisi disana- sini.
Keduanya sempat terdiam canggung. Lalu Chanyeol kembali berdehem, sudah dibilang, pria setinggi 185 cm ini tak pernah tahan dengan suasana canggung macam apapun.
"Ku boleh tahu, bagaimana tes nya? audisi itu.." Chanyeol bertanya dengan pelan, dirinya tahu, hal ini pasti adalah rahasia yang hanya sedikit orang yang tahu.
Shin Jimin menatap Chanyeol, memandang pria itu lamat- lamat. Mencoba memutuskan untuk membeberkan informasi top secret ini kepada Chanyeol atau tidak.
"Membaca". Memberitahukan nya adalah keputusan Jimin pada akhirnya.
"heh?", Chanyeol terlalu terkejut dengan informasi tersebut. Rasanya sedikit... kecewa?. Dirinya mengharapkan sesuatu yang lebih sulit, seperti menciptakan lagu atau menyanyi lagu- lagu bernada tinggi misalnya.
"Kau sedang meremehkannya kan sekarang?. Justru itulah tujuannya. Tuan Byun ingin para peserta audisi meremehkan tes tersebut. Membuat kita terkecoh akan kepercayaan diri kita, bahwa bila hanya sekedar membaca. Harusnya kita lolos dengan mudah. Padahal, tak semudah itu." Chanyeol terdiam menyimak penjelasan gadis kecil didepannya.
"Lalu penilaian dan standar lolos atau tidaknya bagaimana?" Chanyeol masih penasaran.
Jimin pun menghela napas dengan berat, "Ku tak tahu, Tuan Byun akan memilih salah satu buku di perpustakaannya, lalu kita akan membacakan isi buku itu padanya. Dan... saat itulah penentuan kita akan lolos atau tidak." Jimin menghela napas lagi.
"Dan aku tidak."sambungnya, anehnya Chanyeol mendapati dirinya bersimpati pada gadis kecil ini. Padahal Chanyeol juga telah sering mengalami kegagalan dalam audisi semenjak 2 tahun lalu.
Keduanya kembali terdiam, membuat kecanggungan kembali merayap diantara mereka. Membuat chanyeol gelisah, pria ini sungguh tak tahan situasi canggung.
"Kau mau mendengar ku bernyanyi?" tawar Chanyeol.
Rona muka gadis Shin itu langsung menjadi cerah, diikuti kepalanya yang mengangguk dengan semangat. Oh.. Chanyeol baik sekali bersedia menyanyi untuk menghiburnya.
Dengan gerakan luwes dan gesit, Chanyeol mengeluarkan gitar kesayangannya itu dari tempatnya. Lalu meletakkannya diatas pangkuan kakinya yang berlipat.
"Ada request lagu?", tanya Chanyeol pada gadis kecil disebelahnya. Jimin pun hanya terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya. "Terserah Oppa saja." Ucap Jimin.
"Okeyyyyy." Chanyeol pun mulai memetik gitarnya.
"Lagu ini ku beri judul, Dont Be Sad, aku biasanya akan memainkannya saat sedang sedih." Jelas Chanyeol yang kontan saja membuat mata Jimin berbinar.
"Oppa menciptakan lagu sendiri?! DAEBAK!" teriaknya heboh, dan hanya dibalasi Chanyeol dengan senyuman bangga.
Chanyeol mulai memainkan intro lagunya, disampingnya Jimin mendengarkan dengan hikmat.
I sesang saraganeun I jjalpeun sungane do
( Living in the world is such a short time)
Urin eolmana seoreureul asuiwo haneunji
(How we missed each other)
Tuidola barabomyeon urin aju meonkireul keoleo wattne
(Looking back, we've come such a long way)
Jokeumeun yawieojin geudaei eolkeulmoseub
(Looking at your pale face while walking in the rain)
Bitkilsokeul keoleokamyeo gaseum appatne
(My heart is hurting because of you)
Eolmana... Appahaeya...
(How do much... we need to be hurt...)
Uri jakeun soweon irweojilkka?
(For our wishes will come true?)
Geureon sulppeunppyojeong hajimarayo
(Dont look so sad)
Nan ppoki haji anhayo
(I will never give up)
Geudaedo urideulei manname huheineopgettjo
(We won't regret our meeting, would it be?)
Eoryeobgo ddo heomhankireul keoreodo naneun geudaereul saranghaeyo...
(Even if I have to walk this hard and dangerous road, I still love you forever...)
Nananana... nananana...
Hoooo...
Chanyeol tampak sungguh menikmati nyanyiannya, pria itu seakan masuk dalam dunianya sendiri. Mata Jimin berkaca- kaca menatapnya. Musik dari lagu tadi sungguh dingin. Meski berjudul jangan bersedih, namun sang penyanyi jelas hanya menekan kesedihannya, seorang diri, itu pasti menyakitkan. Lagu tadi sungguh singkat namun benar- benar mengetuk hatinya. Suara Husky Chanyeol sungguh nyaman didengarkan saat bernyanyi. Pria ini sungguh paket sempurna. Seseorang yang memang terlahir sebagai Idol.
Kenapa... Bagaimana... Bagaimana bisa orang seberbakat ini belum juga bisa debut. Kenapa perusahaan musik Korea Selatan sungguh bodoh sekali menyia-nyiakan sebuah bakat emas ini. Jimin tak habis pikir.
Chanyeol menatap Jimin yang tengah menyeka air mata dipipinya, yang mana Jimin sendiri bahkan tak tahu sejak kapan telah menangis. Chanyeol cuma mengganggap gadis remaja didepannya terlalu terbawa perasaan akan lagu tadi. Pasti gadis ini juga telah melewati jalan yang sulit, pikir Chanyeol, sebab pria itu tahu bagaimana kerasnya persaingan untuk menjadi idol.
"Oppa..." Panggil Jimin dengan lirih.
"Hem?" Hanya Chanyeol jawab dengan deheman.
"Aku akan memohon kepada Oppa sepupuku untuk memberikanmu kesempatan audisi di depan Tuan Byun juga. Aku akan membantu mu apapun yang terjadi. Hiks... KAU HARUS DEBUT!!, aku akan menjadi penggemar pertama mu!!!" lalu, tanpa rencana, tanpa aba- aba, dan tanpa alasan, gadis mungil itu memeluk leher Chanyeol sambil menangis kencang bak balita.
Sedangkan Chanyeol, terlalu terkejut untuk merespon apapun. Disaat dirinya telah berada diambang batas putus asa. Seorang gadis kecil memberinya harapan untuk mendapatkan sebuah kesempatan. Kesempatan untuk selangkah lebih dekat menuju mimpinya.
"Gomawo Jimin_ah" gumam Chanyeol sambil menepuk pelan punggung gadis kecil itu. Gadis ini sungguh ajaib, datang entah dari mana, kecil mungil, dan memberikan sihir padanya untuk dapat mencapai mimpinya diatas sana. Persis seperti tinkerbell.
.
.
.
TBC
AN :
Hello...
Ku sungguh memiliki krisis kepercayaan diri dalam mempublish FF ku ini kekeke. Lanjut atau tidaknya tergantung kalian ya Sugar. Kalau FF ini lanjut, Chap selanjut dan seterusnya akan dipenuhi sama Chanbaek moment. Maafkan aku yang malah membuat scene Chanyeol dan Jimin malah banyak banget disini. Tapi tuntutan ceritanya emang gitu. Mianhae~.
Oh iya, Lagu yang di nyanyikan Chanyeol adalah lagu yang dinyanyikan ChanBaekSooLay di KBS Special Performance tahun 2014 yang lalu ya.
I hope I can see you again in the next chapter my Sugar. Lets love!!. /Bow
