MELAMPAUI WAKTU

Chapter 1: Czeslaw Meyer


~Baccano! fanfiction by karasuhibari~

Disclaimer: Baccano! by Ryohgo Narita

Infantrum FFC: Seven Minutes in Heaven

(Prompt: Envy)


.

.

Bagaimana caranya seseorang bisa merasa hidup, tapi juga merasa mati pada saat yang sama?

Rasa nyeri dan ngilu ketika peluru itu menembus jantungnya terasa sangat nyata. Ia bahkan bisa merasakan panasnya besi peluru di tengah-tengah rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Jantungnya melemah, interval antara tiap detakan menjadi semakin panjang. Seluruh udara dalam paru-parunya bagai dikuras habis. Meskipun ia berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan udara, apa gunanya kalau jantung sudah tidak dapat memompa darah lagi?

Makanya, ia hanya tergeletak disana. Entah ini bisa dibilang pasrah atau tidak. Sepanjang pengetahuannya, ini juga bukan pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini.

Di sekitarnya, orang-orang berteriak panik sambil berlarian kesana kemari. Derap langkah mereka menghantam trotoar sementara suara mereka menggetarkan udara. Beberapa meneriakkan kata-kata seperti mereka harus segera menghubungi polisi, tapi yang lain sibuk untuk menyelamatkan diri sendiri lebih dulu. Seorang bocah kecil menangis sekencang-kencangnya sementara ibunya memeluk tubuh mungilnya dengan erat sambil bergegas mencari tempat aman.

Namun, segala hiruk pikuk yang terjadi dalam hitungan sekian detik setelah peluru menembus jantungnya itu hanya terlihat seperti sebuah film bisu bagi seorang Czeslaw Meyer. Tatapan kosong bocah yang tampak berusia sepuluh tahun itu mengarah pada langit di atasnya. Warna biru langit yang sedang bebas dari awan itu hanya dinodai oleh setitik warna kecoklatan yang bagaikan mengambang di atas sana.

Sebuah Zeppelin.

Benda itu kelihatan besar, namun rapuh di saat yang bersamaan. Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Czes sebelumnya, kalau ia akan bisa melihat wujud benda besar yang dapat membawa manusia terbang di langit yang luas itu. Kalau dulu, pasti tidak akan ada yang percaya kalau manusia mampu merambah langit di tahun 1930.

Inilah salah satu keuntungan dari umur panjang. Czes jadi bisa melihat hal-hal yang melampaui umur manusia. Tiap kali melihat Zeppelin, ia selalu bersyukur tentang kenyataan itu. Tapi, pada saat yang sama, perasaan yang terasa lebih panas dari besi peluru menjalari seluruh tubuhnya. Perasaan yang begitu kuat sampai terasa menyakitkan.

Perasaan yang ditujukan pada orang-orang yang selalu meraba-raba masa depan. Perasaan yang ditujukan pada orang-orang yang berlarian di sekitarnya—orang-orang yang takut akan kematian. Perasaan yang ditujukan pada orang-orang yang berada di atas Zeppelin, mereka yang berharap memiliki kesempatan untuk melihat benda seperti apa yang akan melampaui Zeppelin itu lima puluh tahun yang akan datang.

Perasaan yang meyakinkan Czes, bahwa ia takkan pernah lagi merasakan kemewahan dari sebuah keterbatasan.

Perasaan itu telah memakan energi terakhir yang tersisa di tubuh Czes. Jantungnya melemah. Seluruh sistem dalam tubuhnya kehilangan daya. Tubuh itu kini bagaikan sebuah mesin yang dimatikan dan mulai mendingin. Sebagian kesadarannya menangkap sosok Maiza Avaro yang mendekatinya dengan ekspresi datar. Pria itu berkata kalau ia akan membereskan semuanya, jadi Czes harus 'tidur' dengan tenang sampai saatnya tiba. Saat itu, kegelapan merambati jarak pandang Czes. Secara perlahan tapi pasti, kegelapan itu juga menutupi Zeppelin di langit sana.

Czeslaw memejamkan matanya secara perlahan. Perasaan kuat itu melebur bersama dengan kesadarannya. Ia sama sekali tidak merasa khawatir, karena ia berbeda dari orang-orang itu.

Baginya, kegelapan itu hanya sementara.

.

.

[END OF CHAPTER]