Mencoba mengasah kemampuan di fandom Kuroshitsuji.. ^w^ Terinspirasi dari lagu IU - The Story Only I Didn't Know. Salah satu karya song fic yang entah mengena atau tidak.. ^^v
Hajimemashite~ Dozo... ^_^/
Mind to read it?
Song fic Inspirated by The Story Only I Didn't Know©IU
Alternative Universe
Angst
ClaudexAlois
Rated: T
Don't Like, Don't Read
Kuroshitsuji©Yana Toboso
The Story Only I Didn't Know©IU
The Story Only I Didn't Know (fanfic)©Riri Flower Blood
The Story Only I Didn't Know
Sudah berjam-jam kau menunggunya, berdiri di tengah amukan sang hujan di musim panas. Mencoba berteduh di bawah pohon maple yang daunnya mulai menguning. Menghiraukan rasa dingin yang perlahan mengambil alih tubuhmu. Iris biru kelabu milikmu berkilat khawatir menampakan mimik yang tak biasanya kau pakai dalam keseharianmu yang biasanya menampakan mimik angkuh dan penuh dengan arogansi yang sarat akan itu. Menyingkap lengan kemeja panjang yang menutupi pergelangan tanganmu untuk melihat jam tangan pemberiannya, berusaha untuk mengetahui perguliran waktu yang telah kau habiskan untuk menunggunya.
Sesak…
Khawatir…
Marah…
Semuanya bercampur menjadi satu, nelangsa perlahan kau rasakan. Haruskah kau tetap menunggunya? Menunggunya yang entah kapan akan datang.
Setelah selama ini kau menjalin hubungan dengannya, keegoisanmu telah pudar perlahan dalam menghadapinya, digantikan dengan rasa tulus dan kesetiaan kasih yang mendalam. Selama ini kau tetap sabar, menghadapi dirinya dan situasi yang bergulir terjadi secara bergantian. Dan hubungan itu tetap bertahan sampai sekarang. Sedikit lagi… ya, tinggal sedikit lagi semuanya akan baik-baik saja.
.
.
.
Jeongmal neon da ijeotdeora
Bangabge nal boneun neoye eolgul boni
You really have forgotten everything
When I see your face looking at me with nostalgia
.
.
.
Dia datang, kau melihatnya dari kejauhan dan segera manikmu berbinar melihatnya yang berlari dengan pakaian basah terguyur oleh hujan. Penampilannya tak jauh olehmu. Dengan segera kau memperbaiki penampilanmu, dan tentu saja juga mimikmu.
"Alois.." ia berhenti di depanmu, rambut hitam yang sedikit panjang itu terjuntai ke bawah mengikuti alur air yang terjun bebas mengikuti gravitasi. Kau terpana tetapi menutupinya dengan bersungut kesal penuh kata-kata angkuh di depannya. Ia hanya melihatmu dengan pandangan datar. Seperti biasa.
"…selamat hari jadi yang ketiga tahun Claude" kau menyodorkan bungkusan yang telah basah tertetesi puluhan jarum-jarum air, masih dengan gaya yang memperlihatnkan keangkuhan. Khas dirimu.
"Ayo pulang Alois, jangan bermain lagi…" pandangan datar itu kembali menusuk iris kelabu milikmu. Tak ada rasa kasih yang tergetarkan di sana, rasa sayang itu mungkin menguap. Ia telah lupa akan semuanya. Bukan, memang sedari awal memang tak ada yang diingatnya.
"Tapi, kau janji kita akan pergi hari ini?!" pertanyaan sedikit menuntut dengan aksen suara yang meninggi di akhirnya itu yang terlontar dari bibir mungilmu menunjukan kekesalanmu. Tapi helaan nafasnya menyadarkanmu, bahwa semua yang ia lakukan adalah keterpaksaan. Samar, tetapi sangat jelas. Melihat wajahnya yang sama sekali tak menampakan rasa akan dirimu. Dengan itu kau menyerah saat tangannya dengan lembut mengamit tangan kananmu, menggenggamnya dan membawamu ke dalam mobil untuk kembali pulang. Menghiraukan tangan kirimu yang menggenggam bungkusan indah itu terkulai di samping tubuhmu.
'Aku tahu Claude… tapi, bisakah kau bertingkah untuk sedikit menutupinya karena aku sedang berpura-pura untuk tidak mengerti apa-apa. Claude… bisakah kau lakukan itu...' batinmu menangis, tapi tidak dengan tampilan yang di luarmu. Mimikmu hanya memancarkan kesenduan sambil mengamati punggung sang terkasih yang berkonsentrasi mengemudi di jalan raya yang ramai dan licin akibat hujan yang terus menerus mengguyur sedari pagi.
.
.
.
Geujeya eoryeompusi apaodeora
Sae sal chaoreuji mothan sangcheoga
At that time, I vaguely remember how painful it was
The wound that can't yet to be removed
.
.
.
"Mengapa kau tidak datang Claude?" kau membeo kearahnya di tengah-tengah perjalanan, saat itu jalan raya dipenuhi puluhan kendaraan bermotor yang hampir bergerak statis. Kemacetan akibat kecelakaan, orang-orang itu berkata.
"Aku sibuk" jawaban yang sangat singkat tak mampu meredam rasa penasaran yang membuncah dalam hatimu, tapi kau berusaha untuk tak menghiraukannya.
"Oh…baiklah tidak apa-apa" betapa baiknya kau tuan Alois, hatimu telah mati rasa rupanya.
"Bisakah kau untuk tidak selalu merepotkanku, orang tuamu sedari tadi berulang kali menelponku hanya untuk menanyakan keberadaanmu" kalimat dengan nada suara yang datar tetapi mampu untuk menusuk kembali hatimu. Kau hanya tersenyum lirih menanggapinya.
"Hujan…masih turun ya…" lirih kau berkata, dengan itu kau pun tertidur dengan pakaian yang kembali kering melekat di tubuhmu.
.
.
.
Nunmureun heureujil anteora
Ibyeorira haneun ge daedanchido mothaeseo
Ireohge bojalgeoteobseoseo
The tears didn't flow
Since this thing of parting can be seem like a trivial thing
It such a worthless thing
.
.
.
10 hari kau tergeletak tak berdaya di kasurmu, menghiraukan tugas-tugas kuliah yang semakin menumpuk. Kau hanya terdiam menunggu pesan darinya yang mengatakan untuk cepat sembuh atau hal semacamnya. Nihil, sudah 10 hari kau menunggunya, menunggu kepeduliannya untuk datang kepadamu, walaupun hanya sedikit. Tak apa bagimu, itu sudah lebih dari cukup. Berkali-kali kau menghubunginya, berkali-kali pula rasa kecewa itu datang memenggalmu. Menjadikannya sesuatu yang 'biasa' dalam hidupmu. Tak bisa menangis lagi walaupun itu hal yang membuatmu sakit.
.
.
.
Joheun ibyeoriran geo, gyeolguk sesangen eobneun iriraneun geol
Aratdamyeon geuttae charari da ureodul geol
As for a good farewell, there can't exist such a thing in this world after all
If I had known, at that time I'd have cried
.
.
.
Setahun setelah itu tak ada lagi kabar darinya, walaupun kau terus melacak keberadaannya, percuma saja. Tidak mudah bagimu yang hanya seorang yang naif untuk bisa menemukannya. Mungkin ini perpisahan yang baik, pikirmu. Lalu setelah itu kau menangis setiap malamnya karena kau sadar, tak ada lagi yang sanggup kau gapai darinya. Terlalu jauh dan hampa…
.
.
.
Geuttae imi naraneun geon negen kkeuchieotdaneun geon
Naman mollasseotdeon iyagi
At that time, that I was already a part of your ending
The story only I didn't know
.
.
.
Dia, pemuda bernama Claude. Hadir kembali di dalam kehidupanmu. Kembali membawa sorotan mata yang hangat. Tetapi kau tahu, itu semua hanya kepuraan miliknya. Apa kau mampu untuk menolaknya?. Tidak, kau masih tetap seperti yang dulu, naif dan selalu dipenuhi oleh cinta. Kau membalasnya dengan senyuman lirih yang tulus. Hatimu menangis, menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi, dan akhirnya cerita itu pun dimulai.
Kau tertohok dengan semuanya, semuanya hanya alasan. Memandang ke dalam warna matanya yang hangat mencari sesuatu yang dapat menguatkan hatimu. Tetapi tidak ada, Sedari awal hanya ada pertarungan tanpa ada cinta darinya.
Demi kehormatan dan segalanya kedua belah pihak telah setuju mempersatukan dirimu dan dirinya. Tetapi mungkin ada sesuatu yang belum kau ketahui. Di sini, pada bagiankehidupanmu saat ini semuanya akan segera berakhir. Tanpa kau menyadari cerita yang sesungguhnya. Menyedihkan…
.
.
.
Sarangeun anieotdeora
Nae gyeote meomuldeon sigani eosseull ppun
It wasn't love
It was only the time you spent by my side
.
.
.
Hari yang kau jalani sebagai nyonya atau mungkin tuan yang menyandang nama bangsawan Faustus di belakang namamu ternyata tidak sepenuhnya membuatmu bahagia, semakin dalam lubang hitam yang pemuda Claude itu buat di hatimu, kekosongan selalu menyapamu setiap hari, bukan cinta yang ada. Hanya kebutuhan yang ia inginkan selama ini terhadapmu. Dan itu kembali berkali-kali menyakiti hatimu.
.
.
.
Ijeya eoryempushi al geotman gata
Wae neon mianhaesseoyaman haenneunji
It seems that somehow I start to understand it now
Why do you have to be so regreatful?
.
.
.
Racun-racun yang telah terakumulasi dalam tubuhmu mulai menampakan efeknya, racun yang setiap hari ia bubuhkan pada earl green tea yang setiap pagi ia bawakan kepadamu. Kau mengerti sekarang, semuanya sudah jelas. Alur takdir yang dibuat olehnya, kau baru mengerti dan menyadari sekarang. Ia telah berdiri di samping ranjangmu, memandangmu dengan mimik yang menampakan penuh kekhawatiran terhadapmu. 'Mengapa kau terlihat menyesal?' batinmu berbicara kepadanya. Kau hanya bisa menciptakan senyum tulus di sepasang bibir mungilmu sambil menggenggam erat tangan miliknya, mencari kehangatan serta cinta yang tersisa padanya. Tak apa, meskipun harus mengais, memohon dan meminta, selama kau masih kuat untuk melakukannya. Akan kau lakukan apapun di hadapannya.
.
.
.
Naega neomu deultteosseonna bwa
It seems like I was very excited
.
.
.
Hari-harimu berangsur kembali menampakan warnanya, seiring perubahan yang telah terjadi pada dirinya. Ia merawatmu dengan baik, memberikanmu kasih sayang yang tak kau kira. Kau menangis haru, kau bangun kembali kepercayaan itu terhadapnya. Tanpa kau pedulikan rasa sakit yang kau terima dulu. Sungguh sangat naif…
.
.
.
Tteonaneun sunganmajeo gidaereul haesseotdani
I still had expectations, even at the time of leaving
.
.
.
Dan saat ia kembali meninggalkanmu, kau kembali mempercayainya, mengharapkannya. Duniamu terpusat kepadanya. Kau sudah menyerah akan kendalinya terhadapmu. Sudah tak kau pedulikan lagi.
.
.
.
Eolmana useuwotdeon geoni
How foolish was I?
.
.
.
Setiap hari selama 10 tahun kau hanya duduk di balkon kamarmu, memperhatikan perguliran matahari yang bertanggung jawab akan pergantian disetiap warna pada langit. Dengan kimono kebangsawanan yang melekat di kulit pucatmu yang sekarang hanya sedikit membungkus daging di seluruh tubuhmu. Kau kurus, menderita dan sakit. Tapi kepercayaan yang ada padamu tak akan pernah hilang untuknya. Terkadang air mata itu menetes membasahi pipimu yang tirus, saat membayangkan dia sang terkasih kembali mengunjungimu, menawarkan kebahagiaan yang hangat seperti pertama kali kau bertemu dengannya. Klise seperti kebahagiaanmu yang takdirnya akan selalu semu. Kau masih menolak kenyataan itu, kenyataan yang menceritakan kepadamu akan…
.
.
.
Joheun ibyeoriran geo, gyeolguk sesangen eobneun iriraneun geol
Aratdamyeon geuttae charari da ureodul geol
Geuttae imi naraneun geon negen kkeuchieotdaneun geon
Naman mollasseotdeon iyagi
As for a good farewell, there can't exist such a thing in this world after all
If I had known, at that time I'd have cried
At that time, that I was already a part of your ending
The story only I didn't know
.
.
.
.
…cerita yang hanya kau yang tak mengetahuinya, cerita bahwa ia, sang terkasih yang tak pernah mencintaimu…
.
.
.
OWARI
Thanks to my beloved seme...
Mind to review?
