Characters : Kai, Sehun, etc

© Cassandra

.

Please, take your own risks


Minggu pagi yang tenang, setidaknya bagi Sehun, karena hell yeah kapan lagi ia bisa malas-malasan seperti ini di atas kasurnya kalau ada Jongin. Laki-laki itu pasti akan mengoceh terus sampai Sehun bangun dan membereskan ranjang mereka.

Mereka...

—mereka.

Fuck.

Rasanya seperti mimpi buruk saja tidur satu ranjang dengan Jongin.

Ia berguling ke kanan, membayangkan pasti akan luas sekali kalau ranjang ini hanya ia yang mengisi, kan? Seperti semalam ketika Jongin menelepon dan memberitahunya bahwa ia tidak bisa pulang. Rasanya ingin sekali Sehun keluar dan berdiri di tengah jalan sambil berteriak kegirangan. Tapi sekali lagi tidak, tentu saja, ia masih waras kok. Jadi di sinilah ia, bisa melakukan apapun sesuka hati di apartemen tanpa ada si mulut berisik rese Jongin. Berdo'a saja supaya Jongin tak usah pulang selamanya sekalian.

'tok tok tok'

Sehun berjengit. Siapa yang datang pagi buta begini?

"Iya, sebentar," sergahnya. Dengan malas Sehun turun dari ranjang, dan sebelum ia membuka pintu depan, ia berdiri di depan kaca untuk memastikan rambutnya rapi dan tidak ada sesuatu yang menempel di sudut bibirnya. Hey, penampilan itu penting oke?

'tok tok tok'

Sehun mengembuskan napas kasar. "Sebentar, sebentar."

'toktoktoktoktok—'

"OI! SABAR SEDIKIT DONG! Bawel banget sih."

Sehun mengentakkan kakinya keras-keras, dengan jengkel ia membuka pintu dan menemukan Jongin berdiri di sana dengan ekspresi yang sangat menyebalkan. Sehun berkedip. Jongin. Kim Jongin. Aduh, pantas saja tadi aura pintunya langsung berubah gelap. Ia bersandar di kusen pintu, sengaja untuk menghalangi jalan. "Mau apa?" tanyanya galak.

"Masuk." Jongin menyahut, polos.

Demi apapun sekarang Sehun ingin sekali mencolok hidung Kim Jongin ini.

"Bukankah semalam kau bilang tidak akan pulang?"

"Itu kan semalam, idiot." Jongin menjawab, kelewat sabar sebenarnya untuk tidak menerobos masuk.

"Sialan," desisnya. "Kenapa tidak sekalian tak usah pulang selamanya saja?!" Laki-laki yang lebih muda mencibir.

Jongin mendengus. "Ini kan apartemenku juga, jadi aku bebas keluar masuk kapanpun yang aku mau."

"Ini juga apartemenku!"

"Lalu apa masalahmu?" Jongin mendesis kesal. "Menyingkirlah, bocah." Ia mendorong kening Sehun dengan jari telunjuknya supaya anak itu menyingkir dari jalan.

Sehun menepis tangan Jongin, berdesis sambil berusaha menghalanginya lagi. "Hei, hei, kau tidak bisa seenaknya paman!"

"Berhentilah memanggilku paman, bocah cadel!" Jongin mendelik. "Aku ini mahasiswa semester dua tahu."

Sehun tidak mau kalah. Ia harus menang. "Aku juga bukan bocah! Kau tidak lihat aku ini anak SMA?!"

"Oh ya?" Jongin mengangkat sebelah alisnya sambil mengetuk-ngetuk dahi Sehun menggunakan jarinya. "Memangnya ada ya, anak SMA yang sangat kekanakan seperti kau?"

Oh, Jongin menghina rupanya. Sehun menggeretakkan gigi. Ia memandangi jari Jongin yang menempel di dahinya, dan seketika ia mendapat ide. Sebelum laki-laki itu menyadarinya, Sehun membuka mulut, menggigit telunjuknya sekuat tenaga, lalu kabur.

"Rasakan! Enyah saja kau dari hidupku, paman!" jeritnya.

Jongin berteriak, mendekap tangannya erat-erat di depan dada. "Sialan! Sehun! Kemari kau bocah!"

Sehun mengabaikannya. Ia tak peduli. Apa-apaan si Kim itu, mengata-ngatainya kekanakan. Dia pikir dia sudah dewasa? Hanya mengandalkan status mahasiswa saja kok bangga.

Ia mendengus. Hari minggu berharganya lenyap sudah karena teman seapartemen rese seperti Jongin.

.

Itu juga kalau bisa disebut teman sih...


A/N:

Saya lagi suka KaiHun gara-gara EXOST ditambah unseen Love Me Right kemarin aaaahhhh jadi terpikirlah buat bikin KaiHun dengan tulisan saya yang beda dari fanfic lain. Ini fanfic percobaan, jadi mau liat responnya aja dulu.

So, mind to review?