For You It's Separation, To Me It's Waiting

.

.

.

Desclaimer © Masashi Kishimoto

Story © Lydiasyafira

Nejiten

.

.

.

Sore hari, tanggal 9 Maret.

Seorang wanita tampak berjalan ringan ke arah selatan desa. Sesekali seulas senyum manis merekah di bibirnya yang dipoles gincu merah, saat segerombolan tim genin maupun chuunin berjalan melewatinya.

"Sore, sensei..!" Sapa salah satu dari mereka.

"Aa.. Sore, Takeda-kun," Balasnya ramah.

"Hei..! Kau ini bagaimana! Ucapkan selamat ulang tahun pada sensei!" Pekik kunoichi kecil di sebelah anak tadi.

Yah, sepertinya tim ini cukup berisik.

Seperti tim Gai, dulu.

"Eh? Oh iya! Astaga! aku hampir melupakannya! Omedetou Tanjoubi nee, Tenten-sensei!" Pekikan tadi disusul oleh anak-anak lainnya. Mau tak mau Tenten menanggapi celotehan mereka satu per satu. Meski melelahkan, nyatanya senyum simpul itu tak pernah luntur dari wajah manis yang mulai terlihat menua karena usianya bertambah satu tahun hari ini.

"Arigatou nee, Sensei menyayangi kalian semuaa~" Ujar wanita itu riang.

.
.

.
Tap... Tap... Tap

Hanya hembusan angin dan suara langkah kakinya yang menemani wanita itu di sore hari ini. Kedua kaki jenjangnya tanpa ragu memasuki sebuah komplek pemakaman, tak peduli hari sudah menjelang malam. Toh, ia adalah jounin senior dan memiliki pengalaman bertempur yang tak bisa dibilang sedikit, belum lagi penghargaan pahlawan shinobi yang kini disematkan padanya. Apa lagi yang ia takutkan? hantu? alih-alih takut, justru kini ada satu 'hantu' yang berharap bisa ditemuinya saat ini juga.

"Hai, Neji... Bagaimana keadaanmu disana?"

Tenten mulai bersimpuh di depan pusara seseorang. Seseorang yang menjadi satu-satunya alasan ia menolak semua lamaran pernikahan. Seseorang yang menjadi alasannya berada disini tanpa peduli hari mulai larut. Dan... Seseorang yang menbuatnya merasakan apa itu cinta sejati.

Hyuuga Neji

Tanpa sadar setetes liquid bening meluncur bebas menuruni pipi porselennya. Disusul tetesan lainnya, yang tak bisa ia kendalikan. Tenten meruntuki dirinya sendiri. Hampir setiap hari ia datang kesini, bahkan ini sudah memasuki tahun kesepuluh sejak hari itu, tapi ia masih saja tidak bisa mengendalikan emosinya saat memori kenangannya bersama Neji melesak keluar dari otaknya. Masih segar diingatannya, bagaimana iris amethyst yang bahkan selalu menghiasi mimpinya itu perlahan tertutup. Dan bagaimana ia merasa begitu menyesal kala sepasang kakinya bahkan kesulitan untuk menopang berat tubuhnya sendiri, Ia ingin berlari, berteriak sekeras,kerasnya, dan melemparkan makian pada Madara saat itu. Atau... Minimal ia ingin berada di samping Neji saat Kami-sama mulai mencabut ruh dari tubuh Neji. Ia menyesal, sangat menyesal. Ia tak pernah tahu, jika hal itu akan membuatnya merasakan kehilangan yang sangat menyesakkan. Membuatnya menghabiskan setiap malam dengan menangis di balkon rumahnya. Sampai hari ini.

Ia mengusap pipinya, berusaha menghilangkan jejak air mata yang menggenang. Tidak, tidak ia tak ingin tampil buruk di hari ulang tahunnya. Lebih tepatnya, di depan orang yang dicintainya.

"Kau tahu Neji?" Ia memulai monolognya, suaranya terdengar parau, "Hari ini aku ulang tahun ... Tak adakah yang ingin kau katakan?" Ia tersenyum getir.

"Ah ya, aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Percayakah kau? Boruto dan Himawari kini sudah resmi menjadi genin. Mereka adalah keponakanmu Neji. Fisik mereka tak jauh-jauh dari orang tuanya.. Haha, aku seperti melihat Naruto dan Hinata saat masih kecil."

"Lalu, sebelum aku kemari ada satu tim yang berpapasan dengan ku. Mereka sangat berisik," Tenten terkekeh pelan, "Tapi, mereka mengingatkanku seperti waktu kita genin dulu... Masa-masa yang indah bukan, Neji?"

Tenten tersenyum lembut, seraya meletakkan sebuket bunga lili putih di atas pusara tersebut. Ia memejamkan mata dan mulai berdoa.

"Baiklah, kurasa cukup untuk hari ini.. Tapi tenang, aku akan kemari lagi esok pagi. Selamat tinggal, Neji.."

Tenten perlahan beranjak berdiri dan memutar tubuhnya. Namun, langkahnya seketika terhenti. Angin yang cukup kencang tiba-tiba berhembus melewatinya. Tak lama setetes air mata kembali meleleh menyusuri garis pipinya.

Saat ia tahu, siapa yang pelakunya...

.

.

"Selamat Ulang Tahun yang ke-30, Tenten..."

.

.

Tbc..

A/N :

Intinya... Author lagi bermeditasi buat ngembaliin ingatan-ingatan tentang alur Opening Ending dan Continue or End?

Jadi jangan bunuh hayati di rawa-rawa oke :'V

Maap buat yang pernah baca spam ff author di fb (Jadi baca dua kali kan mereka -_- #AuthorDihajarMasa)

RnR?