Digimon Saver (c) Hongo Akiyoshi

Warning: Boy x Boy. PWP. Drama. Headcanon.


It Started With a Kiss

.
Beta by Ratu Obeng (id: 1658345)
Plot & Written by Seyravie

.

.

.


Prologue.

Semua berawal dari gebrakan keras di meja.

Padahal siapapun tahu kalau Touma merupakan sosok yang terbiasa tenang. Bahkan kamus hidupnya paten bersabda; bahwa setiap aksinya akan selalu terakurasi dan terkalkulasi dengan baik meski hujan badai melanda.

Tapi tidak kali ini.

Tidak jika dia selalu berada di sekitar biang masalah yang bisa membuat aransemen rencananya kacau balau, semudah membengkokkan buku-buku jari.

Tidak di depan Daimon Masaru.

Dari jam-jam kerja yang sudah dilewati, rasanya tidak ada satupun yang berhasil dicerna di dalam otak kecil Masaru, membuat Touma—dengan dinamit kesabaran sudah menyapa area sumbu—terpaksa membentak yang beberapa bulan lebih tua.

"Lihat baik-baik bedanya! Sudah kubilang, susun tabelnya yang benar!" semprot sang pemuda campuran Austria itu akhirnya.

"Heh, aku juga sudah usaha, tapi dokumen ini yang terlalu susah!" Masaru ikut-ikutan meninggikan suara.

Dimarahi balik membuat Touma semakin termakan emosi. Kalau bukan karena rasa tanggung jawab tinggi untuk mengerjakan dokumen-dokumen penting bersama si pembuat onar di hadapannya, sekarang dia pasti sudah selonjoran di sofa rumah—menikmati sepiring pencuci mulut Apfelstrudel bersama secangkir hangat Einspänner favoritnya.

"Meskipun semua terjadi karena kecerobohan Masaru, tapi kalian merupakan satu tim, jadi bereskan sampai akhir bersama-sama!"

—begitu perintah Kapten Satsuma, petinggi DATS. Jelas dan mantap. Dengan berat hati, satu per satu karyawan meninggalkan hanya mereka berdua saja di ruang kerja. Bahkan Yoshino menawarkan diri membawa Gaomon, partnernya dan Agumon, partner Masaru untuk jalan-jalan sementara karena tidak ada dari mereka yang boleh membantu.

Kalau dipikir-pikir, bagi Touma, menjadi rekan satu tim Masaru sejak awal sudah merupakan sebuah kutukan. Dia hanya bisa mendesah panjang sekali lagi sembari menilik beberapa lembar dokumen yang baru saja dikerjakan Masaru—dan tentu saja langsung ingin dirobeknya—karena isinya hampir sebagian besar salah semua.

Konsentrasi Touma semakin terganggu ketika merasakan tatapan Masaru yang intens ke arahnya, membuat pemuda jenius itu mendelik tajam, menghardik ganas, "Apa lihat-lihat!?"

"B-b-bukan apa-apa!" elak si brunette gugup.

Berpindah ke sisi Masaru, siapa yang menyangka kalau dari tadi pemuda yang terkenal berpikiran pendek itu sudah lama menyimpan darah tinggi akut. Tepatnya sejak Kapten Satsuma memutuskan untuk memberinya tugas laporan bersama dengan Touma. Meski pembuatan visum baru berjalan beberapa jam, tapi tak terhitung sudah berapa kali teguran yang lolos merusak telinganya.

Dan bertambah pesat juga barometer kekesalan Masaru pada Touma saat ini. Dia tampaknya ingin sekali melempar komputer di hadapannya tepat ke kepala Touma. Andai saja Komputer itu memang miliknya.

Masaru semakin benci Touma karena dia begitu seksama menilik kesalahannya, begitu rajin memperingatinya, juga benci kenapa Tuhan—secara tidak adil—menganugerahi makhluk sesombong itu otak yang encer sehingga bisa begitu cermat di setiap pekerjaannya, walaupun kecermatan dan kepintaran seseorang sesungguhnya tidak berbanding lurus. Intinya Masaru kesal karena Touma begitu pintar dan teliti.

Bayangkan. Selama berjam-jam mereka di ruangan, selama itu pula Touma harus merelakan suaranya untuk menasehati, menggurui, memarahi, sampai menyentak Masaru berkali-kali. Touma sedikit mempertanyakan tingkat kecerdasan pemuda yang mengaku petarung jalanan nomor satu itu. Memang minim atau ternyata dia tidak punya otak sama sekali?

"…kerja denganmu memang tidak pernah beres. Seharusnya aku mengerjakannya sendiri." Touma menjatuhkan diri di kursi miliknya untuk segera memijit pangkal dahinya frustasi. Sementara Masaru—yang memang kesal tapi tidak bisa berkata apa-apa karena memang semua yang terjadi merupakan kesalahannya—bangkit berdiri untuk pergi menuju tempat mengambil minuman.

Walau tahu jawabannya, Touma tetap memaksakan bertanya, "Mau kemana?"

"Minum." ketus Masaru tanpa melihat lawan bicara.

"Hati-hati, di lantai masih banyak berkas-berkas berceceran." balas Touma tidak kalah menusuk, dilihat partnernya itu meninju penekan termos secara brutal sehingga air panas keluar deras mengisi cangkirnya. Touma hanya bisa mendesah sekali lagi sebelum tenggelam ke dalam salah satu dokumen di tangan.

PRANG.

Sebuah suara yang tidak diharapkan diiringi teriakan Masaru yang berteriak bahwa lidahnya terbakar.

Lalu terdengar lagi teriakan histeris yang membuat Touma merasa harus mengubur Masaru hidup-hidup hari ini.

"BERKAS-BERKASNYAAA!" panik Masaru yang baru saja sukses menjatuhkan gelas bersama dengan isinya sehingga pecahannya berserakan di lantai plus air menggenang di mana-mana, membasahi sebagian besar hasil kerja yang sudah susah payah mereka kerjakan seharian.

Jangan tanya kenapa dokumen-dokumen itu bisa tercecer di lantai, tentu saja lagi-lagi semua itu ulah Masaru yang sembarangan melemparnya dengan dalih 'nanti juga pasti kubereskan'.

Pokoknya sekarang Touma yang akhirnya ikutan panik dengan tidak elegannya beranjak ke samping Masaru, berupaya menyelamatkan beberapa carik kertas yang bisa diamankan. Touma benar-benar sudah tidak tahan dengan ini semua, rasanya kesabarannya seperti sedang diuji.

"MASARU!"

"MAAF, TANGANKU LICIN!" potong Masaru yang langsung menangkupkan kedua tangan di antara hidungnya dan Touma yang sudah berdiri tepat di depannya. Kata pertama dari kalimat terakhir diucapkan pemuda bersurai kemerahan berulang-ulang seperti mantra, namun kekesalan Touma terlanjur memuncak.

Diraih kasar pergelangan Masaru kemudian dihempasnya hingga punggung itu menabrak dinding terdekat. Demi Yggdrasil atau dewa Digimon, Touma sedang memohon dalam hati supaya tidak memenggal kepala Masaru dengan pisau Yuno Gasai.

"Aduh! Apa-apaan kamu, Touma? Lepas—"

Tubuh yang memberontak di depannya bukan hal besar bagi Touma, toh dia sebenarnya lebih kuat daripada seorang Daimon Masaru yang hanya mengandalkan otot tanpa otak.

"Tou...ma? Hei!"

Yang menjadi masalah adalah kenapa setiap kali bersama Masaru hal-hal menyebalkan selalu terjadi. Kenapa semua yang direncanakan Touma selalu meleset. Dan setiap jadwalnya tidak pernah terkendali. Irrasional.

Sama seperti saat ini.

Alih-alih berkata kasar atau bermain tangan, bibir tipis Touma refleks menukik tajam untuk bertemu milik partnernya. Menguncinya dalam hanya dalam satu kali serangan.

"Nhhh… To-h...ma!"

Perlawanan Masaru malah memberikan akses lebih mudah bagi si pirang untuk kini memasukkan lidahnya, menautkannya dalam.

Dan kemudian—ketika ujung bibir Touma terasa sakit, dilepaskan bagian tubuhnya itu untuk melihat darahnya mengalir di ujung mulut Masaru yang baru saja memberi gigitan keras. Baiklah Touma mengaku sudah sangat kelewatan kali ini. Ia refleks mundur selangkah untuk melihat hasil perbuatannya.

"Masaru, aku…"

Masaru sendiri tidak percaya ini. Baru saja dia memutuskan kalau hari ini adalah hari yang tersial dalam hidupnya, dan sekarang malah diperparah oleh kejutan konyol yang tidak pernah disangka-sangka. Menyebabkan bulir-bulir air mata kesal mengalir tanpa sadar melewati ujung mata.

Dengan gesit, Masaru melepaskan diri dari himpitan Touma dan berlari secepatnya menuju pintu geser utama untuk menghilang. Meninggalkan si pirang di ruangan terus meneriakkan namanya sambil melihat pintu yang sekarang sudah tertutup.


To be Continued...

.

.

.

A/N:
Datang dengan membawa pairing Tomato dari digimon savers, yippiiiii~ ヾ(*´∇`)ノ

Fic ini bakal ditulis ulang dari ending pemenang DigiSavers Party 2008; Seyravie dengan banyak gubahan. Soalnya do'i nulis pake Inggris, sementara yang nge-Beta bahasa Inggrisnya cupu. Daripada bikin chapter satu jadi bahasa Inggris, mendingan bikin chapter dua sampe ending pake Bahasa Indo, kan? Bener, kan? BENER? #pemikiran yang sangat tidak efisien

R&R maybe? C: