Opposites Attract
Pairing : MEANIE (Mingyu x Wonwoo)
Rate: T (untuk saat ini, bisa aja naik he)
Genre: Romance, friendship, humor
Warning: YAOI, boy x boy, typos
.
Happy reading
.
.
.
Jeon Wonwoo sudah menjomblo sejak lahir. Jangan tanya kenapa, tapi baiklah aku akan menjelaskannya disini. Wonwoo itu sebenarnya pria yang tampan, sekaligus manis. Ya ia bisa terkadang tampan hingga melelehkan hati wanita, namun terkadang bila tersenyum malu-malu manisnya bahkan melebihi wanita itu sendiri. Intinya, dari segi paras, Jeon Wonwoo tidaklah buruk. Justru sebaliknya. Lantas apa yang membuat ia tak pernah pacaran selama 23 tahun hidupnya?
Wonwoo bukanlah orang narsis pada umumnya. Ia hanya pemuda biasa yang tak terlalu mengagumkan wajahnya. Kalau kata orang ia itu paling manis ketika tersenyum atau tertawa, sayang Wonwoo tidak terlalu suka keduanya. Ia mempunyai 'resting bitch face' di wajahnya dan itu sudah wajah senatural mungkin. Alias ia memang lahir dengan ekspresi seperti itu.
Tapi untungnya Wonwoo bukan anak yang pendiam dan kuper. Ia anak yang mudah bergaul, mudah beradaptasi, dan punya cukup banyak teman di lingkungannya. Walaupun ia bukan anak populer, tapi ia punya sahabat yang selalu ada bersamanya sejak dulu. Sebut saja Soonyoung, Seokmin, dan Jeonghan. Tiga orang itu bisa dibilang sahabat terbaiknya, orang yang bisa ia percaya dengan rahasia dan curahan hatinya.
Saat ini Wonwoo tinggal sendiri di apartemen biasa. Ia memutuskan tinggal di apartemen sejak kuliah, dan saat ini pun ketika ia kerja ia tetap tinggal di apartemen itu karena apartemennya dekat dengan tempat kerjanya. Bila kalian penasaran dengan pekerjaannya, Wonwoo adalah editor sebuah percetakan terkenal di Seoul.
Apa yang membuat Wonwoo tiba-tiba ingin mempunyai pacar, setelah 23 tahun menjomblo? Well, ia hanya merasa, Wonwoo bosan dengan hidupnya yang datar-datar saja. Memang tidak ada dengan orang yang mau dengan Wonwoo? Tentu ada. Beberapa wanita mengaku ia menyukai Wonwoo karena wajah dinginnya yang tampan (dingin? Wonwoo tidak membuat-buat wajah seperti itu, sebenarnya). Tapi, tentu ia menolak semua wanita itu, karena dalam hatinya terdalam Wonwoo itu…
Menyukai laki-laki.
Tidak kaget kan? Ketika kecil Wonwoo memang punya beberapa taksiran cewek. Tapi ia tak pernah berani mendekatinya, karena Wonwoo itu cupu kalau dekat wanita. Ketika sudah besar, Wonwoo melupakan semua taksirannya dengan ajaibnya, dan ia justru tak pernah melirik wanita manapun lagi ketika dewasa. Entahlah, tapi ketika dewasa pikirannya berubah.
Wonwoo berpikir wanita itu tak menarik lagi, ia tak pernah merasa debaran walau di dekat wanita secantik apapun. Ia justru lebih suka melihat pria yang bekerja keras, berusaha menyenangkan hati pasangannya dan rela melakukan apapun, dan mau berkorban demi pasangannya. Ia sangat menghargai sifat seperti itu. Walaupun Wonwoo tak pernah mencoba mengencani satu pun pria, tapi ia saat ini berkesimpulan ia gay, dan Wonwoo menerimanya.
Ajaibnya, ketika ia membocorkan salah satu rahasia terbesar dalam hidupnya itu ke sahabat-sahabatnya. Mereka hanya tertawa kencang, dan mengelus-elus punggung Wonwoo sambil bergumam 'sudah kuduga'. Kabar baiknya lagi, dua diantara sahabatnya juga gay sama seperti ia. Soonyoung mengaku mempunyai pacar 'kecil' seorang guru musik, Jeonghan bilang ia juga baru mencoba menjalani hubungan dengan pimpinan redaksinya. Seokmin sendiri, ia bilang ia menyukai gender apapun, tapi saat ini ia tak tertarik berpacaran lagi karena baru kemarin patah hati.
Wonwoo pun merasa ingin tertawa. Ini seperti mereka berempat memang ditakdirkan bersama dan dalam lingkaran sama. Ia beruntung mempunyai sahabat seperti mereka. Untuk keluarganya sendiri, Wonwoo belum terpikir untuk memberi tahu mereka.
Setelah itu, Wonwoo bercerita kalau saat ini ia ada di titik jenuh sendiri dan ingin mencari seorang pacar. Ia ingin seseorang yang tampan, lebih tinggi darinya, bisa memasak, bisa menjaganya, dan bisa mengurusi dirinya. Well memang banyak kriterianya, tapi itu adalah yang paling penting. Terutama memasak, karena Wonwoo itu sangat buta soal masalah dapur.
.
.
Saat ini mereka sedang berada di rumah Seokmin. Ruang santai Seokmin cukup luas, ada sofa yang bisa dijadikan bed, karpet berbulu yang sangat halus, dan tv plasma 43 inch. Jangan lupakan playstation dan berbagai macam game yang ada disini, Seokmin cukup berada. Oleh karena itu mereka berempat memang suka berkumpul dan bermain di rumah Seokmin.
"Jadi, sekarang kau meminta kami untuk mencari pacar untukmu, begitukah?" ucap Soonyoung sambil memakan kripik kentang di toplesnya. Ia sedang tiduran di bed sofa disitu dan menyilangkan kakinya, posisi yang nyaman walaupun ia bukan tuan rumah.
"Mencari pacar..? bukan gitu juga sih. Soalnya aku ragu apa ada seseorang yang kalian kenal memenuhi kriteriaku." Wonwoo menjawab sambil memeluk bantal sofa.
"Hmm, Wonu-ya.. kau ini ingin pacar tapi malah minta yang aneh-aneh. Lelaki yang bisa memasak? Jaman sekarang sudah jarang lelaki seperti itu. Dimana-mana yang jago memasak itu bukannya wanita? Lagipula kau harus belajar dari sekarang, jangan makan makanan instant melulu pantas saja kau kurus kering begitu." ejek Seokmin.
Wonwoo yang kesal pun melempar bantal sofanya, Seokmin berhasil menghindar lalu ia tertawa lebar karena pukulan Wonwoo tak mengenainya.
"Aisshh benar-benar.. makanya aku mencurahkan hatiku pada kalian. Sekarang aku bermimpi mempunyai kisah seperti novel-novel yang aku baca di editoringku. Novel itu sungguh romantis, terkadang aku selalu menangis ketika membaca ulang naskah-naskah itu. Kisah percintaan yang manis, gembira, sedih, namun jika dilewati bersama oleh pasangan, cinta merekalah yang membuat mereka semakin kuat." Wonwoo tersenyum gemas sambil mengepalkan tangannya, bibir merekahnya pun semakin manis bila ia tersenyum seperti itu.
"Wah wah sepertinya kau ingin sekali pacaran ya, sampai bisa senyam senyum sendiri seperti itu. Aku jarang melihatnya, tapi kalau senyum itu kau tambah manis, Wonu-ya. Coba latih wajah ramahmu, biar pria-pria tampan ingin mendekatimu." Soonyoung menopang dagunya sambil terkekeh.
Pundak Wonwoo turun kembali, ia menghela nafas.
"Aku tak bisa selalu memasang wajah tersenyum seperti itu. Aku akan bahagia bila aku bahagia, kalau ada yang membuatku senang, kalian tahu kan. Bila tidak aku akan menjadi diriku yang sebenarnya lagi."
"Hm.. begitu ya. Aku ingin segera melihatmu mendapat pacar, karena kau tahu, siapa saja setelah mendapat pacar kau akan bahagia terus kan? Dan kau berubah nanti? Bisa saja!"
"Yah..aku berharap mendapat pacar yang bisa membahagiakanku." Wonwoo tersenyum kecil.
"Sebenarnya aku ingin beritahu—" Jeonghan yang sedari tadi diam membuka mulutnya, lalu mendapat perhatian dari ketiga sahabatnya. Setelah itu ia melotot sendiri, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh.
"Tidak jadi deng."
"ARGH!" Soonyoung menggeram frustasi, ia mencengkram lengan sofa sambil melotot ke arah Jeonghan dengan mata sipitnya. "Aku benci kalau kau nanggung-nanggung seperti itu. Kita sudah menyimak. Cepat katakan saja, Yoon Jeonghan!"
"Aissh baiklah-baiklah.." Jeonghan menggaruk rambut belakangnya. Ia menatap mata temannya satu persatu.
"Sebenarnya aku ada kabar baik untuk Wonwoo."
Wonwoo menunjuk dirinya sendiri sambil terkejut, lalu menyimak perkataan Jeonghan selanjutnya.
"Aku kenal pria yang memenuhi kriteria sesuai keinginannya… persis seperti yang kau sebut itu. Tampan, tinggi, bisa memasak, jago mengurusi banyak hal."
"Ah! Benarkah!?" Wonwoo tertarik, ia mengembangkan senyum lebarnya. Ia lalu mengguncang-guncangkan pundak Jeonghan dengan semangat.
"Siapa dia, Jeonghannie? Kenalkan padaku!"
"Hmm…" Jeonghan memutar matanya ke samping, ia menghindari mata Wonwoo yang semangat seperti kucing.
Ia mencoba mencari pertolongan pada Soonyoung dan Seokmin, tapi mereka berdua juga seolah mengatakan 'cepat katakan saja!' 'comblangi dia!' 'biar dia tidak ngenes lagi'.
Jeonghan berucap dalam hati, 'apa aku salah bicara? Tapi tidak! Baiklah aku akan mencoba ini'.
"Dia itu adiknya Seungcheol, kekasihku. Aku pernah beberapa kali ke rumah Seungcheol, dan Seungcheol sering menceritakan adiknya. Surprise huh? Kriteriamu cukup mirip dengan adiknya."
"Oh ya? Hm aku yakin adiknya pasti tampan sekali, karena kakaknya juga tampan. Oh ayolah Jeonghannie hyung, kenalkan aku padanya?"
Jeonghan mengernyit mendengar Wonwoo memanggilnya semanis itu. Sangat jarang.
"Baiklaaahh… aku akan mengenalkan kalian berdua. Tapi janji, kau tak akan marah padaku oke?" Jeonghan menunjukkan kelingkingnya.
Wonwoo mengernyit bingung, lalu ia tertawa sambil mengaitkan kelingkingnya dengan Jeonghan.
"Tentu saja hyung, bila aku suka padanya aku justru bersyukur padamu."
'Semoga saja kau menyukainya, Wonu-ya..'
.
.
Wonwoo tersenyum gembira. Entahlah, hari ini terasa special saja bagi dirinya. Ya, ya, ini memang bukan hari yang biasa. Karena, ia akan menjalankan kencan pertamanya! Catat, kencan pertama sejak ia hidup! Oh gosh. Siapa yang tidak gugup saat ini.
Jeonghan bilang adiknya Seungcheol itu bernama Choi Mingyu. Mingyu seperti nama yang tak asing baginya, tapi ia mengesampingkan pikiran itu. Jeonghan bilang Mingyu setuju bertemu dengannya, dan mereka berdua akan bertemu untuk pertama kalinya pada café di sebuah mall.
Mereka tak pernah berhubungan sebelumnya. Ini murni pertama kalinya, dan Wonwoo sangat penasaran dengan sosok Mingyu. Apakah ia akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama? Ah tapi Wonwoo tidak terlalu dramatis seperti itu, ia tak percaya cinta pandangan pertama. Menurutnya semuanya butuh proses.
Tapi berkenalan dan berteman terlebih dahulu tak masalah, Jeonghan bilang Mingyu itu sangat jago memasak, ia bisa memasak apa saja dan bahkan dapat mengimprovisasi sendiri, kemampuannya setara chef. Bila Jeonghan berkunjung ke rumah Seungcheol ia akan minta untuk Mingyu memasak, karena makanan buatan Mingyu paling enak dari restoran sekalipun. Wonwoo senang, ia menyukai lelaki yang bisa memasak.
Wonwoo sudah berpenampilan yang menurutnya, ehm, manis sekaligus tampan hari ini? Ia mengenakan kemeja longgar berwarna putih bergaris, dan celana jeans hitam sekaligus sneakers hitam yang menyempurnakan kaki jenjangnya.
Memang simple, tapi ia merasa cukup percaya diri hari ini. Dari semalam Wonwoo berada di depan cermin, melatih berbagai ekspresi wajahnya. Ia berlatih tersenyum ramah, tertawa, cemberut, aegyo (entah kenapa ia berlatih ini) dan Wonwoo berharap semoga kencan nanti berjalan lancar.
.
.
Flashback
Sehari lalu
Di dalam mobil mewah itu, terlihat Jeonghan menggoyang-goyangkan pundak pria yang berada di kemudi. Ia yang berada di samping pria itu terus menggoyangkan pundak pria itu sesekali memukul-mukul kecil.
"Ayooolaaah Seungcheol… biarkan Mingyu bertemu Wonwoo. Aku tak enak, aku sudah terlanjur bilang padanya. Dan dia langsung senang begitu, aku tak tega. Setidaknya sekali saja ini, kumohon sayang.."
"Aicckk jangan goyang-goyangkan aku seperti ini!" Seungcheol menangkap tangan Jeonghan, dan ia pun memijat pelipisnya sendiri.
"Bukannya seperti apa. Tapi kau tahu Wonwoo temanmu itukan masih polos, sedangkan Mingyu…"
"Ya! Aku tahu! Ah sudah kuduga ini salahku bicara tentang Mingyu padanya."
Jeonghan mundur ke kursinya, ia menyandarkan kepalanya di kaca mobil dengan dramatis sambil memegang kepalanya. Lagaknya sudah seperti menanggung beban seumur hidup.
"Tapi kau tahu, Wonwoo selama ini selalu mengeluh ingin pacar.. dan aku hanya berusaha membantunya.." Jeonghan berujar sedih.
"Hmm. Tapi masih banyak pria lain diluar sana selain Mingyu—"
"Dan Mingyu itu sangat masuk dengan kriteria Wonwoo! Begitu Wonwoo cerita, aku langsung terpikir oleh Mingyu. Tadinya kupikir itu buruk, tapi sekarang kupikir lagi mereka akan jadi pasangan cocok! Ayolah Seungcheol biarkan mereka bertemu, atau kalau tidak aku menangis sekarang juga." Jeonghan menantangnya.
Seungcheol menghela nafas, ada orang ingin menangis bilang-bilang? Tapi sepertinya Jeonghan serius ingin mencari pasangan yang tepat untuk Wonwoo. Yasudahlah, mau diapakan lagi. Ini semua tinggal tergantung chemistry mereka.
"Ya baiklah, nanti aku akan memberi tahu Mingyu setelah ini."
"Wow! Terima kasih Seungcheol! Kau sangat baikkk!" Jeonghan beralih memeluk leher kekasihnya sambil menggusak-gusakan pipinya disana. Oh betapa ia sayang dengan makhluk baik dan tampan satu ini.
.
.
Wonwoo sudah menunggu lima belas menit di café ini. Oke, lima belas menit baginya masih sebentar. Ia sesekali menyesap americanonya, atau sesekali mengecek penampilannya di layar kaca handphonenya. Memastikan bahwa ia sudah tampil baik hari ini.
Wonwoo bertanya-tanya dalam hati, seperti apakah sosok Mingyu? Apa dia tampan, putih, coklat, agak bule-bule an? Well seperti apapun wujud Mingyu nanti, yang penting Mingyu lebih tinggi darinya itu sudah dianggap bagus (karena Wonwoo tergolong cowok tinggi).
"Permisi, apa kau yang namanya Jeon Wonwoo?"
Wonwoo menoleh dan mendongak begitu namanya dipanggil. Ia melihat seorang pria tersenyum sangat tampan padanya. Pria itu terlihat… menawan.
Tinggi menjulang. Kira-kira tingginya 185 cm. Wajahnya begitu khas, tatapan matanya tajam, hidung mancung, bibir seksi, rahang tegas. Oh ayolah, semua orang pasti akan mengatakannya tampan. Kulitnya berwarna tan, memang berbeda dari orang Korea kebanyakan, tapi itu yang membuatnya justru terlihat eksotis dan seksi.
Wonwoo melepas nafas yang ternyata sedari ia tahan. Ia berusaha tersenyum walau gugup, lalu mengangguk kecil sambil memainkan jemarinya.
"Ya aku Wonwoo. Kau.. Mingyu-ssi?"
Mingyu tersenyum, "Ya aku Choi Mingyu. Senang kita bisa bertemu."
Mingyu mengambil duduk di sebrang Wonwoo, mengulurkan tangan berusaha menjabat Wonwoo. Wonwoo terpaku di tempatnya, melihat bagaimana taring Mingyu yang terlihat ketika ia berbicara. Ayolah itu sangat..attractive.
Wonwoo merasa sangat terpesona dengan Mingyu. Mingyu tampan sekali, dan tingginya juga sangat enak dilihat. Benar-benar, bahkan menurut Wonwoo, Mingyu lebih tampan dari kakaknya.
Wonwoo membalas jabatan Mingyu, dan tak diduga Mingyu sangat erat menggenggam tangannya. Wonwoo kan jadi makin gugup.
"Hmm.. Jeon Wonwoo, ternyata aslinya sangat manis dan putih, kau seperti Snow White versi pria."
Mingyu masih menjabat tangannya, lalu ia menopang pipinya dengan tangannya yang satu lagi. Senyumnya begitu menggoda menatap wajah Wonwoo.
A-apa? Baru kali ini ada orang yang mengatakan aku mirip Princess Disney. Batin Wonwoo
"Eh—terima kasih… kurasa," jawab Wonwoo tak yakin. Tapi Mingyu bilang ia manis, so ini mungkin pertanda bagus.
"Hmm. Baiklah, Wonwoo apa ini pertama kali kau kencan?"
Mingyu melepas jabatannya. Kini matanya langsung tertuju ke Wonwoo, seolah tertarik untuk mengelupas setiap bagian dari Wonwoo.
Wonwoo menjawab agak gugup, "Ya.. sejujurnya.. tapi tak masalah kan untukmu?"
Mingyu terkekeh kecil, tawa Mingyu sangat mempesona membuatnya makin tampan saja.
"Tidak masalah. Justru kau itu masih polos, aku suka yang seperti itu."
Mingyu menaikkan alisnya sambil mengedip mata padanya. Wonwoo terdiam dengan muka merah, Mingyu-ssi ini sepertinya sangat tau cara menggoda orang. Sedangkan Wonwoo sendiri tak akan bisa kedap kedip centil seperti Mingyu tadi, ia akan malu duluan dan minder.
"Hmm, baiklah ayo kita mulai kencan, Wonu. Kau tak akan berpikir kita hanya berdiam di café ini kan? Bagaimana kalau kita berkeliling mall dulu? Atau menonton film? Itu paling seru."
"Oh, menonton film ya? Boleh juga hehe."
Wonwoo berusaha tersenyum dan terkekeh seperti yang ia latih kemarin. Walau kekehan nya terdengar palsu, setidaknya ia ingin suasana mereka tidak berubah jadi canggung, karena sepertinya Mingyu itu tipe yang banyak berbicara.
Lagipula, tak dapat dipungkiri Wonwoo tertarik pada pandangan pertama kepada Mingyu. Hanya tertarik sih, karena tampannya Mingyu itu masuk kriteria Wonwoo. Heol, siapa yang tidak suka pada pandangan pertama dengan Mingyu!?
"Ayo, kalau begitu, Princess."
Mingyu berdiri kembali. Wonwoo terdiam sambil tak percaya, barusan ia memanggilku apa?
Wonwoo ikut berdiri di sebelah Mingyu, ia menyadari dirinya hanya setinggi mata Mingyu. Oh inilah yang ia cari, perbedaan tinggi badan. Melihat lelaki yang lebih tinggi darinya dan membuatnya mendongak sedikit, itu rasanya menenangkan.
"Maaf Mingyu, tapi aku tak suka dipanggil princess."
Mingyu menoleh, dan mengamati Wonwoo dari atas sampai bawah.
"Tapi kau ini putih, manis, sama seperti princess Snow White."
Pipi Wonwoo memerah, ia tak tahu malu atau kesal karena pujian Mingyu.
"Lihat, pipimu kini memerah seperti apel, persis Snow White kan?"
Wonwoo memegang pipinya sendiri, merasakan wajahnya menghangat karena gombalan pemuda tampan itu. Mingyu tersenyum sambil meraih tangan kurus Wonwoo, mengaitkan jemarinya dengan jemari Wonwoo. Klik, tangan mereka tergenggam sempurna.
Wonwoo melihat tautan jemari Mingyu yang menggenggamnya erat. Ia baru kali ini bergandengan tangan dengan pria lain. Tangan mereka sangat berbeda, pergelangan tangan Wonwoo sangat kurus dan putih, sedangkan Mingyu tangannya besar dan kulitnya pun sedikit kasar.
Mereka keluar dari café dan berjalan di sekitar Mall. Mereka berdua tetap bergandengan tangan, Mingyu sangat menggenggam erat tangan Wonwoo, seolah tak mau lepas. Wonwoo sedari tadi lebih memilih menunduk, menatap lantai yang mereka tapaki, karena demi apa wajahnya memerah melihat mereka sudah seperti sepasang kekasih saja. Apalagi ia melirik tadi banyak pengunjung Mall yang memperhatikan mereka berdua. Bahkan ada yang bisik-bisik, mata orang-orang yang menilai, Wonwoo merasakan itu semua. Kebanyakan mereka bertanya-tanya apa mereka berdua benar pacaran, karena sangat disayangkan Mingyu terlihat tampan namun menggandeng pemuda kurus berwajah datar seperti Wonwoo. Aduh.. apa aku segitu tidak pantasnya bersanding dengan Mingyu? Batin Wonwoo sedih.
"Hmm, dimana ya lantai bioskopnya? Ah aku ingat, sepertinya di lantai 7. Ayo Wonu-ya, kita naik lift saja."
Mingyu menyeret Wonwoo ke tempat lift itu, mereka menunggu lift terbuka. Cukup lama lift itu sampai karena mereka kini berada di lantai 1.
Akhirnya lift terbuka, tak disangka isinya cukup ramai, belum lagi orang-orang yang menunggu dengan mereka di lantai 1. Hari ini memang hari libur dan wajar Mall ini adalah Mall terkenal, jadi cukup banyak pengunjungnya.
"Sepertinya liftnya penuh Gyu, lebih baik kita naik eskalator saja.."
"Ah sudah nanggung, ayo masuk saja Wonu-ya!"
Mingyu masuk ke lift berukuran cukup luas itu, ia menarik Wonwoo dan memilih berdiri di pojok lift. Pengunjung yang lain mulai masuk, dan perlahan lift itu sudah penuh sesak dengan manusia sampai terdengar tanda penuh.
Wonwoo yang menempel pada tembok lift di ujung pun merasa terdesak, ia mencoba mendangak dan terkejut melihat wajah Mingyu hanya berjarak beberapa centi dengannya. Catat, jarak wajah mereka sangat dekat.
Wonwoo masih terpaku, matanya melebar melihat tatapan tajam Mingyu yang mendalami bola matanya.
Ia merasa terhipnotis dengan tatapan itu, baru kali ini ada orang yang menatapnya dari jarak sedekat ini dan dengan seintens itu.
Perlahan tangan Mingyu memeluk pinggang ramping Wonwoo, sehingga mereka kini terlihat hampir berpelukan. Namun karena isi lift yang penuh, orang-orang di sekitar mereka tidak terlalu memperhatikan kegiatan mereka berdua dan lebih memilih melihat sudah sampai lantai berapa.
"Ming—mingyu, tanganmu.."
Wonwoo merasa tangan Mingyu yang memeluknya dari depan, entahlah ia merasa hawa sekitarnya menjadi semakin panas. Apa mungkin efek banyak orang di lift? Ah, tapi hormon tubuhnya yang panas, semua karena pria di depannya ini.
Tangan Mingyu begitu betah memegang dan mengelus pinggang rampingnya.
"Tenanglah, Wonu-ya. Disini sesak jadi aku melindungimu agar tak terhimpit."
Wonwoo speechless dalam hati. Oke, Wonwoo memang tak terhimpit oleh orang lain, tapi ia terhimpit oleh Mingyu sendiri. Mingyu memojokkannya sangat rapat, seolah ingin menyembunyikan Wonwoo dengan badan tingginya.
Baru Wonwoo ingin menurunkan tangan Mingyu, teryata pintu lantai 7 sudah terbuka dan Wonwoo menyadarinya. Ia buru-buru keluar dari jeratan Mingyu dan keluar dari lift, disusul dengan Mingyu yang mengejarnya dari belakang.
Mingyu meraih tangannya lagi, "Ayo Wonu-ya, kita segera ke bioskopnya." Mingyu berbicara dengan riang kembali, seolah-olah tadi ia tidak menatap seseorang sebagai suatu santapan.
"Em—a-anu, aku mau ke kamar mandi dulu Mingyu," tutur Wonwoo dengan gugup.
"Oh? Baiklah kalau begitu aku temani."
"A—ah tidak aku mau sendiri dulu, eh bukan, pokoknya aku kebelet, bukan maksudku menghindar, ah tapi aku butuh ke kamar mandi sekarang! Na—nanti aku akan menyusul ke bioskop!" Wonwoo merutuki kalimatnya yang acak-acakan, ia melepas genggaman Mingyu dan segera berjalan cepat mencari tempat toilet.
Mingyu hanya memandang punggung Wonwoo dengan heran, tapi dalam hati ia senang dan puas sudah berhasil menggoda pemuda manis itu. Melihat wajah Wonwoo yang manis dan salah tingkah begitu, membuatnya justru menggemaskan di mata Mingyu.
.
.
Wonwoo sampai di toilet terdekat. Ia segera berdiri di depan wastafel, dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Entah apa yang terjadi dengannya, tapi Wonwoo merasakan wajahnya hangat daritadi. Demam? Pasti bukan. Ini ulah Choi Mingyu.
Setelah puas mendinginkan hawa wajahnya, Wonwoo menatap ke arah cermin besar wastafel tersebut. Ia menangkup kedua pipinya sendiri.
Benar-benar, Choi Mingyu itu, cuma dia yang bisa membuatku seperti ini..
Tampan, tapi dia terlalu menggoda untukku.. ugh, rasanya hatiku tak kuat lagi..
Kalau dekat-dekat dengannya terus, aku bisa terserang demam saking seringnya gugup dan merona..
Wonwoo berbatin sambil menunduk, merutuki kebodohannya yang sangat ketara bila dekat Mingyu. Pria tampan itu menurut Wonwoo, apa ya, terlalu agresif? Dan sangat suka skinship? Padahal mereka baru pertama bertemu. Sedangkan Wonwoo adalah orang yang kaku dan belum pernah pacaran seumur hidupnya. Tentu ia akan tegang bila terus-terusan diperlakukan seperti itu. Tapi, ini adalah kencan pertamanya, dan Mingyu adalah pria kriterianya (Jeonghan yakin sekali). Tapi sayang, Jeonghan tidak bilang padanya kalau Mingyu itu tipe yang suka bersentuh-sentuhan.
Wonwoo melihat bayangan dirinya di cermin. Ia bertatap dengan wajah seorang pria yang berkulit putih dan mulus, mata sipit, alis sempurna, hidung mancung, dan bibir tipis yang merah alami. Rahangnya yang tegas dan bahunya yang lebar membuat ia tetap maskulin. Tapi, baru sekali ini dalam hidupnya, Wonwoo merasa dirinya manis dan tampan juga.. Mengapa baru sekarang ia sadar kalau wajahnya menarik?
Haruskah Wonwoo melanjutkan kencannya dengan Mingyu? Wonwoo menggigit bibirnya, mengingat ia yang terlalu gugup dan selalu tak nyaman dengan sikap Mingyu.
Tapi, demi pacar yang ia dambakan selama ini, baiklah, Wonwoo tidak masalah. Ayo lihat seberapa jauh ia bisa bertahan kencan dengan Mingyu.
.
TBC
.
*look at my neglected fics* Oh well, aku ini kena writerblock berbulan-bulan. Gatau kenapa passionnya kemarin buat lanjutin ff tuh belom ada, I'm sorry :"
And now I'm meanie trash alias aku lagi suka-sukanya sama meanie. Jadi pengen bikin ff tentang mereka hehe
Sekedar cerita. Pas aku dateng ke SVT fanmeet kemarin, literally aku saksi live sendiri meanie moments banyak amat maaakk duuh :" Kalo berdiri kenapa sih Mingyu musti sebelahan ama Wonu mulu, maunya nempel banget ampe dempet-dempet!? Kalo hiphop unit lagi berdiri tu yang aku perhatiin meanie nya mulu, lengket banget duh sebelahan :" Dan yang pas Wonu duduk diantara lutut Mingyu. Para ah, Mingyu kan kayak seme-seme yang mo ngelindungin uke nya :" Pasrah aja Wonu mah kalo deket Mingyu :"
Tbh pas liat dari deket, Wonu kulitmu mulus banget, make apasi? Bening gila.. senyum malu-malunya itu lho waktu aku panggil manis banget (terlalu excited manggil wonu :")
Mingyu walopun kamu agak tan tapi kamu terganteng, serius, ganteng banget dan he's really kind and friendly. Wonu kamu beruntung nak, aku iri
Betewe, chap depan Mingyu mau apain Wonu lagi ya? Hmmmm
Kalo mau ff nya dilanjut harap review yaa. Respon sangat dibutuhkan, aku harap siders pada tobat dan berniat review karena ngetik itu gak gampang kekekekekekeke
