Chapter 1 : Prolog

Warning : SasuHina, OOC, AU, Marriage Life.

Disclaimer : Naruto sepenuhnya milik Masashi Kishimoto-sensei, tapi cerita Friendlove sepenuhnya milik Author.

Summary : Hubungan kami tak lebih dari sekadar 'teman', sejak kecil, dan sampai kita bertemu kembali setelah sepuluh tahun lamanya, segalanya tak pernah berubah. Ia masihlah temanku. Tempat aku bersandar dan menceritakan tentang dunia. Segalanya masihlah sama.

Hingga malam itu terjadi, dan mengubah segalanya.

oOo

Aku membuka mata ketika kurasa cahaya matahari menyoroti wajahku dengan terik. Satu detik, dua detik, tiga detik, aku mulai mengumpulkan kesadaranku. Kepalaku terlampau pusing untuk kujejali dengan pertanyaan tentang apa yang membuatku bangun dengan keadaan pusing. Kesadaranku belum sepenuhnya terkumpul ketika kulihat tepat di depan mataku wajah seorang pria tengah terlelap tidur, deru napasnya yang halus dapat kurasakan di sela-sela wajahku. Kesadaranku belum sepenuhnya terkumpul ketika aku menyadari tangan pria itu melingkari pinggangku, satu dari telapak tangannya mendarat di perutku. Dan kesadaranku baru kembali sepenuhnya ketika aku sadar bahwa pria itu tidur di sebelahku, di dalam balutan selimut, tanpa busana, dan sedang menangkup tubuhku. Jantungku seperti akan melompat keluar dari tempatnya.

Apa yang terjadi?

Aku beranjak bangun dalam keadaan bingung. Sedetik kemudian aku menyadari bahwa pria di sampingku itu adalah Sasuke?!

Aku meraih selimut untuk menutupi tubuhku yang juga tanpa sehelai kain pun menempel. Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Karena pergerakan dariku, Sasuke menggeliat sebelum kemudian kedua matanya terbuka.

"Sa-Sasuke-kun," panggilku lirih. Sasuke bangun dengan wajah sedikit linglung. "Apa yang telah ... Kita lakukan?" tanyaku sangsi.

Sasuke yang juga terkejut sama bingungnya denganku. Ia menoleh ke kiri dan kanan. Mencerna situasi selama beberapa detik. Menyadari apa yang mungkin kita lakukan bukan sesuatu yang sederhana.

"Hime, ini?"

"Sa-Sasuke-kun?" Aku tidak sadar ketika air mataku lolos begitu saja. Aku menutup mulutku menahan isakan.

Masih dalam tangisanku, aku percaya Sasuke tak mungkin dengan sengaja melakukannya. Jika pun hal seperti ini terjadi, pastilah karena aku. Semuanya pasti kesalahanku. Semalam ... Semalam aku mabuk di sebuah bar, aku tidak ingat, aku menelpon Sasuke, lalu, lalu aku tidak ingat. Shit! Hal gila apa yang terjadi hingga kita berakhir di atas ranjang seperti ini?

Tenggorokanku rasanya begitu kering. Jantungku berdebar kencang, susah payah aku berkata, "T-tak apa, anggap tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita Sa-Sasike-kun. Kamu bisa pe-pergi." Bodoh. Sekarang aku merasa begitu rendah. Kata-kata yang biasanya hanya dikatakan seorang lelaki bajingan yang baru saja meniduri seorang gadis justru keluar dari mulut si gadis. Bukankah terdengar naif dan kotor?

"Hime, aku ..."

"Pintu keluar di sebelah sana," tunjukku tanpa berani menatap ke matanya.

Sasuke begegas bangun sambil memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah mengenakan semuanya ia melangkah menuju keluar dan hilang di telan pintu. Setelah itu barulah kurasakan sesak menjalari hatiku. Tangisanku mulai bersuara. Aku mulai meraung. Aku tidak begitu sadar ketika suaraku semakin keras bahkan menjadi sebuah jeritan.

oOo

To be continued