Hai semuanya~
Selamat pagi! Selamat siang! Selamat malam! Selamat tidur (?)
Perkenalkan aku Kuran Heroine author baru di fandom ini XD
Sebelumnya sih aku pernah nongkrong di fandom Vampire Knight sama Bleach-dan sempet Vocaloid juga tapi belum dipublish-publish #plak
Dan cerita yang udah ada,kebanyakan belum komplit alias tamat. Maklum lah, author ini masih anak sekolahan (?)
Oia, sebenernya aku mau hiatus, cu-cuma sayang banget kalo inspirasinya dibiarin dan numpuk T^T
Tapi aku harap moga bisa lanjut ke universitas dan ambil jurusan yang aku sukai x3
Langsung aja ya, author tau pasti semua calon reader gak sabar buat baca *author kebanyakan curhat sih*
"Salah Culik, Why Not?"
Chapter 1 : Natsu dan Ketidakberuntungannya
Disclaimer Fairy Tail by Hiro Mashima
Rated T *yang aman-aman aja, author memang coretmesumcoret tapi kali ini mau ngertiin ama reader yang gak berani baca rated M*
Pair : Natsu x (masih dirahasiakan,coba tebak!)
~Happy Reading~
Normal POV
Pagi menjelang siang di sebuah warung...
"Mira, pesan satu gelas es teh manis." kata seseorang yang terlihat baru duduk yang tak jauh dari seorang pelayan warung yang sibuk menghitung uang di meja, Mirajane.
Wanita yang bernama Mirajane itu mengangguk. Ia menaruh uang yang masih dalam tahap penghitungan itu di dalam laci mejanya.
"Hey, Natsu. Kau yakin hari ini tidak akan hutang padaku? Catatanmu sudah terlalu banyak, tahu!" gerutu Mira saat membuat es teh manis. "Padahal aku lihat keluargamu termasuk keluarga yang cukup kan. Aneh ya kau ini. Masih saja rajin berhutang padaku!" tambahnya. Diaduknya es teh manis yang ia buat agar gulanya merata.
"Sudahlah! Diam saja!" kata Natsu kesal, tapi di balik kekesalannya ia juga berpikir untuk bisa membayar hutangnya. "Suatu saat nanti dibayar kok!" ia memanyunkan mulutnya. Mira menggeleng-geleng.
"Aku tak mau tahu ya. Memang kita ini teman, tapi tolong lah. Bayar semuanya di akhir bulan. Aku punya kepentingan dengan uang."
Natsu hanya mengangguk kecil sambil mengaduk es teh manisnya.
"MIRA~!" teriak seseorang yang tergopoh-gopoh menghampiri Mira. Natsu yang sedang meneguk es teh manisnya, terkejut sampai tersedak.
"Juvia?" Mira melongo.
"A-aku-" Juvia ingin mengatakan sesuatu yang penting pada Mira, tapi nafasnya belum teratur karena tergopoh-gopoh menghampiri Mira tadi. Mira yang kasihan melihatnya, segera mengambilkan segelas air mineral untuknya agar bisa tenang.
"Terima kasih, Mira." ucap Juvia setelah meminum segelas air mineral itu. "A-"
"Sama-sama. Ah, tapi kalau nafasmu belum teratur, jangan paksakan berbicara dahulu ya." saran Mira.
"Ju-Juvia berusaha tenang. Juvia tak sabar untuk menceritakan hal baru pada Mira." kata Juvia sambil menarik kursi agar lebih dekat dari meja.
"Apa itu?" tanya Mira penasaran.
"Se-sebenarnya Juvia...Juvia-" wanita berambut biru itu terlihat bingung. Ia sampai menggentak-gentakan kaki meja dengan kakinya sendiri hingga membuat meja sedikit bergetar.
Natsu yang berniat untuk santai disini, menjadi terganggu akan kelakuan Juvia. Ia terkejut sampai tersedak karena Juvia, lalu ditambah dengan gentakan kaki Juvia di kaki meja yang diatasnya terdapat gelas berisi es teh manis miliknya. Untuk sementara, ia hanya memandang Juvia sinis.
"Eh, hal baru apa, Juvia?" tanya Mira tambah penasaran.
"Ah, Juvia baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Juvia dengan Gray. Juvia telah bersama Gray selama satu tahun! Hampir saja lupa!" ungkap Juvia. "Juvia bingung ingin memberi hadiah apa, tapi Juvia memiliki usul. Juvia ingin sekali Mira memberi penilaian usul Juvia." pintanya.
"Wah, boleh sekali. Memangnya usulmu apa?" tanya Mira dengan senang hati.
"Juvia..." nada Juvia melemah.
"A-apa usulnya?" tanya Mira sabar.
Sementara itu, Natsu hanya curi-curi mendengar percakapan antara Mira dan Juvia. Alis matanya terangkat satu sambil pura-pura meneguk minumannya. Ia tak sadar telah menjadi penasaran pada Juvia.
"Juvia...ah...ehm...Juvia ha-" wajah Juvia bersemu merah. Matanya mengisyaratkan tentang kebahagiaan yang sedang ia alami.
"Hamil?" Mira meminta keyakinan.
Wajah Juvia berubah total. Matanya membulat.
"Tebakanku benar kan. Hahaha. Tapi bagus, Juvia. Gray pasti akan senang mendengar itu." ujar Mira.
"Itu benar, Mira. YA, ITU BENAR!" tiba-tiba Juvia menggebrak meja.
Natsu kembali terkejut. Es teh manisnya tumpah mengenai syal kesayangannya. Ia tak bisa membiarkan Juvia melakukan yang lebih lagi. Ia pun menggertak meja dengan gelas yang kini kosong karena isinya tumpah semua.
Juvia dan Mirajane terkejut.
"DASAR SIALAAAAN! SYAL KESAYANGANKU JADI KOTOR TAHU!" Natsu melepas syal yang menyelimuti lehernya. "Cuci sampai bersih!" ia melemparnya ke arah Juvia.
Juvia sedikit terkejut saat mendapati syal Natsu yang basah dan kotor di depannya. Natsu meninggalkan warung itu dengan kesal.
"E-eh, Natsu! Kau belum bayar tahu!" teriak Mira sampai mengejar Natsu di depan pintu warungnya. Namun Natsu tidak menghiraukannya. "Yah, dia berhutang lagi. Gara-gara kau, Juvia!" Mira sweatdrop. "Ia langsung pergi tanpa mengingat hutangnya sedikitpun."
"Hah? Ma-maaf. Juvia bingung bagaimana mengungkapkan kebahagiaan" Juvia membungkukkan badannya pada Mira.
Mira hanya melambaikan tangan pada Juvia.
"Hmm...kalau boleh tahu, hutang Natsu ada berapa?" tanya Juvia baik-baik.
Mira mengambil catatan yang berjudul 'Hutang Natsu', lalu memperlihatkan isinya pada Juvia dengan menimpanya tiba-tiba di wajah Juvia. Mira sedikit kesal.
"Ya kalau memberi tahu jangan asal menimpakan tiba-tiba seperti itu lah." Juvia memandang sinis pada Mira. Membaca baik-baik isi catatan, "A-apa? Banyak sekali!" Juvia melongo. "Padahal aku ingin membayarnya sebagai rasa tanggung jawabku. Tapi ini pasti jumlahnya salah kan, Mira?" ia menyengir takut-takut pada Mira.
"Matamu yang salah, Juvia." kata Mira geram.
"Eheheh. Begitu ya. Aku bayar hutang Natsu hari ini saja ya." Juvia mengambil sejumlah uang dari dompetnya, lalu memberikannya pada Mira.
=w=
Malam hari, jam 11.00 di kamar Natsu...
Malam ini adalah malam yang cerah. Butiran bintang menyebar begitu jelas kerlipannya sehingga membuat langit malam ini terlihat indah. Tak ketinggalan beberapa rasi bintang yang bertengger di sisi butiran bintang yang terlihat.
Natsu hanya bisa tersenyum melihat pemandangan langit malam ini lewat jendela kamar. Ia tahu malam ini adalah malam yang cerah dan pastinya merupakan waktu yang pas untuk berjalan berdua bersama orang yang dicintai. Bersama melihat taburan bintang indah di langit, menunggu bintang jatuh, dan saling berjanji untuk setia. Namun ia hanya bisa terdiam. Ia belum memiliki apa yang ia inginkan itu.
"Aku menyedihkan ya." ujar Natsu lirih.
Sudah tiga tahun lebih semenjak kelulusannya di Universitas Magnolia meraih gelar Sarjana Manajemen dengan susah payah. Meski dengan nilai yang pas-pasan, tapi ia sudah memperjuangkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk lulus. Ia memang bukan pemuda yang pintar dibandingkan dengan teman-temannya. Tak hanya itu, ia juga memang sulit untuk memikat hati wanita. Banyak yang mengatakan bahwa ia masih kekanak-kanakan, padahal ia sudah berusaha agak tidak terlalu kekanak-kanakan. Ia tak mengerti kenapa ia harus berjuang keras untuk mendapatkan keberhasilan yang kecil. Bagaimana yang besar? Ia memprediksikan ia akan menjadi lebih menderita lagi.
Setiap hari, ayahnya selalu mengutarakan keinginan agar Natsu segera menikah dan mempunyai anak. Natsu tidak suka itu, meski dalam hatinya ingin sekali memenuhi keinginan ayahnya. Ia masih belum siap, terlebih lagi statusnya sekarang masih sebagai pengangguran. Bukannya tak mau mencari pekerjaan, tetapi ia hanya memang tidak beruntung. Lulusan bernilai pas-pasan sepertinya sulit untuk mendapatkan peluang pekerjaan.
Angin malam berhembus melewati Natsu dengan dingin. Mungkinkah mereka bosan melihat kebiasaan buruk Natsu yang selalu merenung di malam hari?
Natsu beralih memandang ke dalam kamarnya. Jendela kamar ia tutup. Ia melangkah gontai saat menuju ranjangnya. Namun langkahnya berhenti saat ia tak sengaja memandang foto Erza Scarlet dalam pigura kecil di meja dekat ranjangnya.
"Hey, hidupmu sangat beruntung sekali ya?" Natsu mengambil lalu menatap foto Erza Scarlet dengan sinis.
Dalam foto itu, Erza terlihat sedang berpose dingin tapi masih ada sedikit senyum dari bibir mungilnya. Matanya sengaja disayukan untuk lebih mendukung. Rambut scarlet lurus dan panjangnya dibiarkan tergerai seakan menambah pesonanya sebagai artis yang menggeluti bidang model, akting dan tarik suara.
"Aku ingin sekali memilikimu." ucap Natsu secara tidak sadar.
Beberapa detik kemudian...
"Ah, tidak mungkin. Kau sangat berada sekali. Lulusan bimbingan Fairy Tail Entertainment memang beda. Rasanya tidak mungkin aku memilikimu." Natsu menyerah. "Ta-tapi untuk apa aku memilikimu? Bukannya itu keinginan aneh dari fans yang tidak beruntung?"
Natsu menaruh kembali foto Erza di mejanya. Ia beranjak pergi tidur. Ditariknya selimut, lalu perlahan memejamkan matanya. Namun...
"NATSUUU! CEPAT KELUAR DAN BELIKAN MIE RAMEN UNTUK AYAH!" perintah ayah Natsu di luar kamar yang sangat mendadak sampai Natsu kaget.
Sialan, batin Natsu.
"Iya, sebentar lagi aku akan keluar." kata Natsu kesal sambil turun dari ranjangnya menemui ayahnya. Ia terpaksa menuruti keinginan ayahnya malam ini.
=w=
Jalan raya sedikit lengang di tengah malam yang cerah ini. Hanya terlihat beberapa orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Rupanya sebagian besar kedai mie ramen sudah tutup. Ia kebingungan mencari kedai yang masih buka. Ia tidak boleh pulang dalam keadaan tangan masih hampa atau ia akan mendapat hukuman dari ayahnya. Orang tua itu merepotkan sekali!" Natsu menendang kaleng kosong yang ada di depannya. Secara tidak sengaja, kaleng itu mengenai kepala orang yang terlihat baru saja keluar dari sebuah kedai. Orang itu marah. Begitu tahu pelakunya, orang itu pun menghampiri Natsu.
"Hey, kau! Dasar tidak tahu-" orang itu ingin menghajar Natsu tapi tidak jadi karena...
"Gray?" Natsu tak percaya.
=w=
"Kau ini bodoh sekali. Lain kali kalau marah jangan menendang kaleng sembarangan! Lihat kepalaku!" protes seseorang yang ternyata bernama Gray sambil menunjuk kepalanya pada Natsu.
Natsu tak peduli. Ia hanya meneguk kembali minuman hangat yang ia beli di kedai mie ramen.
"Tapi terserah kau saja sih. Kalau kau mau syal kesayanganmu kembali, kau harus mentraktirku es krim blueberry sekarang." Gray tersenyum licik pada Natsu sambil memamerkan syal kesayangan Natsu.
Natsu yang sedari tadi santai meneguk minuman hangat, sekarang menjadi tak tenang dan menatap Gray yang licik itu dengan mata amarahnya.
"Kembalikan syalku, Kepala Es! Jangan pernah bermain dengan syalku!" Natsu berusaha merebut syal kesayangannya kembali. Namun Gray bersikeras tidak mau memberikannya pada Natsu.
"Kau harus mentraktirku dulu, Kepala Api!" desak Gray.
"Enak saja! Kau bisa membeli es krim blueberry sendiri kan?" tolak Natsu.
"Haha. Memangnya kenapa? Kau tidak punya uang? Dasar pengangguran. Pantas saja tidak ada wanita yang memacarimu." Gray mengejek Natsu.
Natsu menatap Gray tajam. Wajahnya melukiskan rasa ketidakterimaan diejek seperti itu.
"Biarpun begini, suatu saat aku akan melebihimu, Kepala Es!" kata Natsu sambil mendengus. Ia mengepalkan tangan kanannya.
Gray tertawa. "Ya silahkan bicara apa saja. Aku tak peduli. Weee~" ia menjulurkan lidah di depan Natsu.
Natsu makin geram akan kelakuan Gray. Ia tak sabar untuk segera memukul Gray.
"Oia, Natsu. Sebenarnya kebetulan sekali aku bertemu kau. Tadi pagi Juvia membuat masalah denganmu kan? Lalu, sebagai pertanggungjawaban, Juvia membersihkan syalmu dan membayar minuman yang kau minum tadi pagi. Lalu ehm...niatnya Juvia ingin mengembalikan syalmu tapi tidak bisa. Juvia sedang kedinginan sekarang, terus di-dia...menginginkan sesuatu yang tidak biasa. Aku menjadi repot dibuatnya. Tapi aku tetap senang karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Yeay~" ungkap Gray sambil memeluk-meluk syal Natsu dengan perasaan bahagia.
Amarah Natsu sedikit terhenti saat mendengar perkataan Gray tentang Juvia. Ia tak menyangka Juvia sebaik itu.
"Ya-ya sudahlah. Lupakan tentang kecerobohanku saat aku tak sengaja menendang kaleng ke kepalamu." Natsu menjadi kaku.
Gray menatap Natsu aneh. Ia tak mengerti kenapa Natsu tiba-tiba melunak seperti ini. "Ah, iya." ia mengangguk kebingungan. "Ini syalmu." ia mengembalikan syal Natsu.
Belum sempat syal kembali pada Natsu, tangan kiri Gray tak sengaja menyenggol gelas berisi air jahe hangat dan air tumpahan itu mengenai sedikit syal Natsu. Mata Gray terbelalak dan dengan bodohnya Gray melepas pegangannya pada syal Natsu. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menutup mulutnya yang seakan ingin berteriak saat menemukan kejadian yang tak diinginkan ini.
"GRAAAAAAAYYY!"
"UWAAAAHHHHHH! AMPUN NATSUUUUU!" Gray berusaha lari dari Natsu.
"JANGAN MENCOBA LARI DARIKU, KEPALA ES!" ancam Natsu sambil mengejar Gray.
Semua pasang mata memandang Natsu dan Gray aneh. Beberapa diantara pasang mata itu mencibir kelakuan Natsu dan Gray yang terlihat sedang bermain kejar-kejaran seperti anak-anak.
"Mungkin mereka mengalami masa kecil kurang bahagia~ hik!" kata seorang pria yang di tengah mabuk sake.
"Ah, mungkin saja si rambut pink itu merupakan renternir yang sedang menagih si rambut hitam penghutang." kata seorang wanita lain.
"GRAY, TAK KUSANGKA KAU BEGITU JAHAT PADAKU! KAU TAHU KAN SYAL ITU SATU-SATUNYA PENINGGALAN ALMARHUM IBUKU?" kata Natsu dengan mata berapi-api. Tangan kekarnya dikepalkan dan diacungkan ke atas sebagai tanda ancaman pada Gray. Ia bisa kapan saja melayangkan pukulan pada Gray.
"Ya-ya tapi-"
"HAAAHHH! ALASAN!" potong Natsu. "RASAKAN INI, KEPALA ES!" tangan kanannya yang mengepal siap mendarat di pipi Gray.
BRAKKK!
Salah target. Natsu hanya berhasil merusak meja hingga terbelah menjadi dua bagian. Gray bisa menghindar kali ini.
"NATSU DRAGNEEEELLLL!" teriak seseorang yang baru masuk ke dalam kedai.
"EH, IYA ADA APA BRENGSEK? KAU MAU BERUSUSAN DENGANKU HAH?" sahut Natsu asal karena dibakar amarah.
"IYA AKU MEMANG MAU BERURUSAN DENGANMU, BODOH! MANA RAMENKU? KAU LAMA SEKALI!"
"NANDEE?" Natsu terkejut. Ia tak percaya. "A-ANO, MASIH DISANA!" ia menunjuk ke tempat pelayan.
Orang yang menantang Natsu itu perlahan mendekati Natsu. Natsu mengangkat alis sebelah begitu tahu siapa orang yang menantangnya.
"Tou-san? Hhe? Hontou?" tanya Natsu ketakutan.
"Sudah lama aku tunggu, begitu sampai disini malah sedang bermain kejar-kejaran dengan orang aneh ini," ayah Natsu menunjuk Gray.
Gray memperlihatkan wajah tak terima dikatakan orang aneh oleh ayah Natsu.
"dan begitu datang, kau malah mengataiku brengsek! Dasar anak tidak tau diri!" cetus ayah Natsu kesal. Natsu hanya menunduk merasa bersalah. "Lain kali jangan melakukan hal konyol tadi, bodoh." pesan ayah Natsu sambil mengambil lalu membayar ramen yang dibungkus.
Natsu sedikit mencuri pandangan tajam ke arah Gray dan mengisyaratkan bahwa Gray lah penyebab dari semua ini. Gray hanya membalasnya dengan memanyunkan mulutnya.
"Kita pulang, Natsu." ayah Natsu mengajak Natsu pulang. Natsu mulai mendongakkan pandangannya. Ayahnya kembali memanggil Natsu dengan benar dan ini menandakan mulai lunaknya sifat ayahnya.
Natsu mengikuti langkah ayahnya untuk pulang ke rumah. Saat ia berpapasan dengan Gray, ia memberikan tatapan mengancam. "Ingat ya, Kepala Es. Kau harus membersihkan syalku dengan sebersih-bersihnya. Kalau tidak, kau akan-"
"Natsu, kau akan mendapatkan hukuman kalau saja kau masih berniat untuk mencari gara-gara dengan orang aneh itu." ayah Natsu tiba-tiba mengancam. "Jangan membuatmu malu. Sampai merusak properti kedai."
"I-iya, ayah." sahut Natsu mengalami pengecilan nyali.
Gray tertawa kecil melihatnya. Dalam hati Natsu muncul amarah yang tertahan.
=w=
Sesampainya di rumah, Natsu langsung masuk ke kamarnya. Ia meninggalkan ayahnya yang asik makan mie ramen di ruang makan. Natsu merebahkan tubuhnya dengan lemas di ranjang. Ia lelah.
Ini masih di awal pembukaan hari yang baru, batin Natsu.
Natsu mencoba untuk memejamkan kedua matanya, berharap kantuk akan menyerangnya namun sulit. Ia teringat dengan ketidakberuntungannya.
Ibu, kalau saja ibu masih hidup, aku ingin sekali menangis di dekapanmu. Aku ingin sekali saja meluapkan semua bebanku. Aku berjanji akan berubah setelah itu, batin Natsu.
Tak terasa air matanya menetes. Natsu menangis dalam kebisuan. Kesunyian di pagi hari tidak dapat dipecahkan oleh tangisan itu.
Ia menoleh pada foto Erza di meja dekat ranjangnya.
Kalau saja aku bisa meminta bantuan darimu. Sekali saja, untuk menutupi lubang ketidakberuntunganku, batin Natsu tanpa disadari berkata seperti ini.
"E-eh?" Natsu bingung sendiri begitu jarak antara wajahnya dengan foto Erza hanya 10 sentimeter. "Aku tak bermaksud bagaimana-bagaimana...tapi entahlah kenapa aku bisa berkata seperti tadi." elaknya. Lalu ia menaruh kembali foto Erza di meja.
Tiba-tiba ponsel Natsu berbunyi nada dering pemberitahuan email baru.
Natsu mengambil ponselnya yang ada di meja, lalu ia membuka pesannya.
From : Ice Head
To : Mine
Subject : no subject
hey, kepala api. Semoga mimpi indah~ XD
Natsu mengepalkan tangannya. Gray jahil sekali mengirim email tidak berguna seperti itu. Mau tak mau, ia membalasnya.
To : Ice Head
From : Mine
Subject : re : no subject
apa-apaan kau mengirim emailseperti tadi? Aku tak sudi menerimanya! =_=
ps : pokoknya besok syalku harus sudah bersih! :
'send'
Natsu menaruh ponselnya di meja kembali. Namun, belum satu menit berlalu, rupanya Gray sudah membalas email dari Natsu.
From : Ice Head
To : Mine
Subject : re : re : no subject
habisnya aku kasihan karena kau belum punya istri =_=
jadi aku kirim saja email tadi.
Okelah, kepala api.
Natsu kaget setengah mati setelah membaca email dari Gray.
Apa-apaan Kepala Es itu? Aku mencium ketidakberesan dalam pikirannya, batin Natsu.
Natsu membalasnya.
To : Ice Head
From : Mine
Subject : Jangan sinting =="
apa sih maksudmu? Kasihan karena aku belum memiliki istri? Tch! YANG ADA MALAH AKU ILLFEEL MENERIMA EMAIL TADI! MEMANGNYA KAU MAU MENJADI PENGGANTI ISTRIKU SEBELUM ISTRI SEJATIKU DATANG?
gray sinting =="
suatu saat kalau aku bertemu Juvia, akan aku ceritakan kesintinganmu ini, Kepala Es!
Natsu memijit tombol send dengan gemas. Ia sudah tak tahan dengan kesintingan Gray. Ponselnya ia lempar sembarang. Ia tak peduli kalau ponselnya rusak atau mengalami kesintingan yang mirip dengan Gray. Tapi untung saja ponselnya mendarat di sofa kecil dekat jendela.
"Damn, Ice Head!" Natsu menunjukkan jari tengahnya ke arah ponselnya mendarat. "Ah, Oyasuminasai, Erza-hime~" ucapnya saat memandang foto Erza di meja, dan setelah itu ia pun beranjak tidur. Matanya ia pejamkan. Tak lupa untuk berdoa sebelum tidur.
=w=
Keesokan harinya...
Magnolia terlihat cerah di hari yang baru ini. Beberapa burung terbang bebas dan saling menyapa satu sama lain dengan kicauan di langit kota yang tentram ini. Tumbuhan seperti pohon melihatnya dengan memberi sejumlah oksigen untuk memberinya dan masyarakat Magnolia.
Seorang pria berambut hitam pendek berlari seakan ia dikejar waktu masuk kerja. Dasi hitam yang ia kenakan belum terlihat rapi. Rupanya ia kesiangan.
Ia masuk ke sebuah kantor bernama FT Entertainment. Raut wajahnya yang masih menyiratkan sedikit lelah karena lari, ia paksakan untuk menyambut teman-teman kerjanya yang dapat ia temui sepanjang perjalanannya menuju ruang kerjanya.
"Ohayougozaimasu, Gray-kun~" ucap beberapa wanita muda yang terlihat sedang mendiskusikan masalah pekerjaan.
"Hai, ohayougozaimasu, morning ojochu~" sahut orang itu ternyata Gray.
Dari arah berlawanan, seseorang berambut orange dan memakai kacamata menghampiri Gray. Di tangannya terlihat membawa data-data yang disatukan dalam map.
"Gray, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." orang itu menepuk pundak Gray.
Gray menoleh ke arah orang itu. "Ya, Loki. Apa yang ingin kau bicarakan?"
Orang bernama Loki itu buru-buru memilih beberapa data dalam dokumen yang ia bawa, kacamatanya yang sedikit turun ia benarkan. Setelah ia menemukan salah satu data, ia pun menunjukkannya pada Gray.
"Dia pernah mengikuti audisi tahun lalu, tapi gagal karena suatu hal." jelas Loki.
Gray menatap Loki, lalu mencermati data yang Loki tunjukan padanya.
"Dia mau mengikuti audisi kali ini juga? Padahal dia sudah tahu larangannya kan." komentar Gray.
"Aku pikir juga begitu. Tapi tak apalah. Kita lihat saja nanti." kata Loki.
=w=
Seorang wanita berambut pirang yang sisi kanannya diikat sedikit dengan pita biru berjalan menuju stasiun kereta. Mata cokelat indahnya sesekali melihat jam tangannya. Ia yakin hari ini tak akan terlambat. Penampilannya dengan t-shirt warna kuning yang juga dibalut jaket hitam dan celana jins hitam terkesan indah dipandang.
=w=
08.30 di rumah keluarga Dragneel...
Sarapan pagi sudah dihidangkan di meja makan. Tak terlalu banyak, hanya ada beberapa onigiri, dua gelas air susu hangat dan dua gelas air mineral. Di salah satu kursi yang mengelilingi meja makannya, terlihat paruh baya yang sudah melahap beberapa makanan yang ada.
Natsu melangkah dengan gontaimenuju ruang makan. Ia tidak kesiangan hari ini meski ia tidur telat. Tidak tahu kenapa. Tapi dia sudah mandi sebelum menuju ruang makan.
"Ohayougozaimasu, Tou-san." ucap Natsu sambil memaksa diri agar terlihat secerah mungkin suasana hatinya.
"Ohayougozaimasu, Natsu." sahut ayahnya. "Kau terlihat beda hari ini." komentarnya begitu Natsu duduk di hadapannya.
Natsu mengambil beberapa onigiri, lalu menaruh di piringnya. Ia berpikir apa yang akan ia jawab untuk pendapat dari ayahnya. "Yah...tak begitu buruk. Hanya memikirkan hal untuk..." ia masih berpikir.
"Menikah?"
"E-eh? Tou-san salah, bukan itu." elak Natsu. Tapi jantungnya berdegup lebih dari biasanya. "Nanti saja aku ceritakannya."
"Ya sudah. Habiskan sarapan dahulu."
Natsu melahap sarapan pagi ini diawali dengan kesan lemas, tapi karena ia ingat perjuangan ayahnya membuat sarapan, ia pun berubah untuk semangat melahapnya. Demi ayah, satu-satuya tumpuan hidupnya sekarang semenjak ditinggal ibunya.
"Tou-san akan pergi kerja. Jaga rumah baik-baik selama aku pergi. Kalau ingin pergi, kuncilah pintu rumah dan kembalilah sebelum jam lima sore." pesan ayah Natsu begitu selesai sarapan.
Natsu menatap ayahnya. "Tou-san, ada yang ingin aku tanyakan sekarang." pintanya.
"Nanti saja, Natsu. Tou-san akan terlambat." jawab ayahnya, dan Natsu sedikit kecewa.
"Ba-baiklah, Tou-san. Hati-hati di jalan." pesan Natsu sedikit menyembunyikan kekecewaannya. Ayahnya mengangguk, lalu pergi meninggalkan Natsu. Sekarang Natsu sendirian lagi.
Ia memberesi peralatan makan yang kotor karena sarapan tadi, lalu membawanya ke tempat cucian untuk dicuci. Meski ia laki-laki, pekerjaan sepele ini harus ia kerjakan. Ia tak ingin membuat ayahnya repot dengan pekerjaan sepele ini. Setelah selesai, ia pergi menuju kamarnya. Sebuah buku catatan yang sempat ia pakai untuk melakukan sebuah misi ada di hadapan matanya. Misi yang datang tiba-tiba setelah bangun tidur di hari yang cerah ini. Menculik Erza Scarlet.
=w=
Suasana hiruk pikuk sudah terlihat di halaman FT Entertainment. Maklumlah ada audisi pencarian bakat untuk menjadi artis, terlebih ini adalah hari terakhir audisi.
Seorang wanita cantik berambut scarlet lurus datang diantar oleh supir pribadinya. Para peserta audisi yang tadinya sibuk dengan masing-masing, kini perhatiannya tertuju pada wanita yang baru saja keluar dari mobil Honda Jazz. Semua orang pasti tau, meski wanita itu menutupi identitasnya dengan kacamata hitam yang lebar. Erza Scarlet. Banyak diantara para peserta audisi yang tertarik untuk menghampiri sang idola tapi karena waktu audisi yang terbatas, mereka mengurungkan niatnya. Mereka takut kalau suatu saat nomor audisinya dipanggil.
Erza memberi senyum selamat pagi kepada para peserta audisi. Mereka yang semulanya tanpa ada harapan yang berarti mendapat respek dari sang idola, kini histeris menyebut nama Erza terutama para peserta laki-laki.
"Erza sangat ramah ya. Tak salah aku menjadi fans-nya." komentar dari salah satu peserta audisi.
Erza yang posisinya sedang tidak menghadap mereka masih bisa mendengar komentar tadi. Ia tersenyum puas.
Di depan Erza, Gray tergopoh-gopoh menghampirinya. Di tangannya, terlihat membawa data yang tadi Loki berikan padanya.
"Erza, ada yang harus aku bicarakan. Tentang dia." ujar Gray sambil menarik tangan Erza ke tempat yang jauh dari keramaian.
"E-eh apa? Dia siapa?" tanya Erza bingung.
"Sudahlah, dengarkan baik-baik nanti."
=w=
Natsu mengunci pintu rumah dengan perasaan yang berdebar lebih dari biasanya. Setelah itu, ia memasukan kunci rumah ke dalam kantong celananya. Satu langkah meninggalkan rumah demi menjalankan misi beresiko berlalu. Saat langkah kedua, ia berhenti.
"Maafkan aku, Tou-san." ucapnya pelan tapi sungguh-sungguh. Lalu ia melangkahkan kakinya seperti biasa. Menuju FT Entertainment.
=w=
"Hah? Lalu kenapa bisa begitu? Bukannya tidak boleh? FT Entertainment bisa bermasalah hanya karena satu orang itu. Aku tak bisa menerimanya begitu saja, Gray!" ungkap Erza penuh emosi. Nada bicaranya meninggi. Gray yang melihatnya memberi isyarat pada Erza agar merendahkan nadanya.
"Maaf. Maaf saja sih." kali ini Erza melemah. "Aku ingin menemui Master Makarov setelah ini." ia melambaikan tangan pada Gray.
=w=
Natsu memandangi gedung FT Entertainment dengan decak kagum. Gedung itu lumayan megah.
Erza, aku akan menculikmu hari ini, batin Natsu tapi kali ini sudah yakin.
Ia pun berjalan menuju gedung megah itu. Tidak seperti biasanya masyarakat biasa masuk ke gedung itu, namun karena ada audisi, ia bisa asal masuk. Petugas keamanan di gedung itu bisa saja mengira Natsu adalah peserta audisi FT Entertainment tahun ini.
Natsu tersenyum geli melihat respon petugas keamanan.
Bodoh, komentarnya dalam hati.
Pertama-tama, ia pergi ke tempat parkir. Ia memastikan Erza sudah datang. Hasilnya ada. Lalu ia pun pergi menelusup dari pintu selain pintu utama gedung.
Keadaan di dalam bagian gedung yang pertama kali ia masuki sepi. Hanya ada beberapa pekerja seperti office boy, office girl dan beberapa pekerja lain selain itu.
Sial. Erza kemana? Sulit sekali mencarinya, batin Natsu.
Natsu masuk lebih dalam lagi. Pandangan matanya melihat toilet wanita, dan di sebelahnya ada toilet pria. Saat menoleh ke arah lain, ia juga tak sengaja melihat seseorang yang ia cari. Erza Scarlet. Dengan segera, Natsu bersembunyi untuk menghindar dari pandangan Erza.
Erza terlihat masuk ke dalam toilet wanita. Begitu di dalam, terdengar percakapan penuh argumen kuat. Natsu tidak tahu dengan siapa Erza di dalam, yang pasti lawan Erza itu seorang wanita juga.
Setelah suasana sedikit lengang, Natsu mencoba untuk melihat keadaan toilet wanita. Tidak sopan memang, tapi buat apa berpikir sopan atau tidaknya di saat keadaan lengang seperti ini? Ia pun menutupi kepalanya dengan penutup kepala yang ada pada jaketnya, lalu berjalan mendekati seseorang yang sedang bercermin. Kedua tangan Natsu memegang kain hitam yang sudah diberi parfum memabukkan. Orang yang terkena pasti akan pingsan.
Tanpa kata-kata penyerangan, Natsu menutup kepala wanita itu dengan kain hitamnya. Wanita itu sempat berteriak, namun terdengar lemah karena bau parfum memabukkan itu telah terhirup. Wanita itu tak sadarkan diri.
Natsu tersenyum lega. Ia pun langsung membawa wanita yang ia pastikan bernama Erza Scarlet keluar gedung. Dengan bridal style. Sedikit sulit, ia sampai lewat jalan pintas.
Nafas Natsu tidak beraturan. Keringat di tubuhnya mengucur deras. Kedua tangannya yang seraya harus membawa korban penculikan mulai lelah. Tapi ia terus berusaha. Agar tidak dicurigai oleh tetangganya, ia masuk ke dalam rumah lewat gerbang belakang. Erza ia rebahkan di bangku panjang dekat pintu begitu sampai.
Syukurlah. Akhirnya sampai, batin Natsu sambil menepis keringat di dahinya.
Tangannya merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan kunci rumahnya. Ia membuka pintu rumah. Setelah itu, ia membawa Erza ke dalam rumah dengan bridal style lagi.
Aku letakan dia dimana ya? batin Natsu bingung sambil melihat ruangan-ruangan di rumahnya.
"Ah, di kamarku saja." Natsu pun membawanya ke dalam kamarnya. "Lelah sekali." ia buru-buru merembahkan Erza di ranjangnya. Setelah itu, ia mengambil kipas untuk menghilangkan rasa gerah di tubuh.
"Semoga ayah tidak tahu tentang ini. Maaf saja." harap Natsu sambil melihat fotonya bersama ayah dan ibunya. "Eh? Ibu juga. Tapi...mungkin ibu melihat perbuatanku. Maaf ibu. Aku berjanji akan berubah setelah ini. Aku butuh uang darinya sebagai tebusan." jelas Natsu sambil seolah meminta jabatan tangan pada ibunya di foto itu.
Natsu teringat. Hampir seharian ini ia tidak memeriksa ponselnya. Pasti ada pesan baru. Dan benar saja.
2 Email Received
1 unread email received from Ice Head
1 unread email received from Tou-san
Email pertama.
From : Ice Head
To : Mine
Subject : no subject
NATSU JAHAT! MAKSUDKU KAU KEPALA API JAHAT! T_T
AKU KAN BERNIAT BAIK, BUKAN ADA APA-APA DENGANMU TAHU!
JUVIA SANGAT MENCINTAIKU, JADI AKU MOHON JANGAN BERITAHUKAN SOAL TADI. PLEASEEEEE! ATAU KALAU TIDAK, AKU AKAN MEM-BULLY-MU! =="
Natsu tertawa. Ia lupa membacanya tadi malam. Email lama.
Email kedua.
From : Tou-san
To : Mine
Subject : no subject
Kemungkinan tou-san akan pulang cepat
DEG!
Email kedua ini membuat Natsu berubah anggapan. Ia menjadi tidak tenang. Bagaimana kalau ayahnya tahu perbuatannya telah menculik seorang artis?
Natsu menaruh ponselnya di lemari kecilnya, lalu menghampiri Erza di ranjangnya. Erza masih tidak sadarkan diri, terlebih kain itu masih menutupi kepalanya. Dipastikan efeknya over.
Natsu mendekati Erza perlahan. Tangannya menyentuh sedikit tangan Erza. Halus. Setelah itu, ia menatap wajah yang masih dibalut kain hitam. Perlahan, tangannya meraih kain untuk dilepas, namun, karena kurang tepatnya posisi Natsu, kaki Natsu sedikit goyah dan jatuh di tubuh Erza. Natsu sedikit mengeluh.
"Ukh! Untung jatuh di tempat seperti-AKH! APAAA?" mata Natsu terbelalak. Kain hitamnya memang sukses lepas dari kepala Erza. Tapi...
=to be continued=
Sampai sini dulu ya XDDD
Hehe. Pasti readers setia yang dari tadi ngikutin alurnya ngerasa penasaran banget. Sengaja sih author mau bikin penasaran #digeplakreaders
Oia, menurut kalian, kira-kira fic author ini pairing Natsu x Siapa hayoo? Tebak ya kalo bisa XDD
Ntar saya kasih hadiah piring cantik 3
Natsu : hadiahnya pasaran sekaleeh =3=
Author : biarin, weee~ *julurin lidah*
Mina-san, review ya. Biar saya tahu apa kekurangan dari fic ini, lalu gak lupa juga dengan kelebihannya XD #apasih
Okaayyy?
Sampai ketemu di chapter keduanya ya. Mungkin bakal lama. Author mau sibuk ama sekolah ^^a
Natsu : *nyalain api dari tangannya*
Author cari alesan! *coba serang author*
Author : huwaaaa *lari*
