Disclaimer: EUREKA 7 belongs to BONES & BANDAI ENTERTAINMENT
Setting: AU(Alternate Universe)
Warning: typo, Islamic content
Kasih Sayang Amma
.
.
.
Ao Thurston sedang dilanda kebingungan yang nyata.
Ivica Tanovic-sensei memberi pekerjaan rumah bagi setiap siswa. Tugasnya terlihat sepele. Setiap siswa harus menceritakan ibu mereka masing-masing menurut sudut pandang mereka sendiri. Bagi teman-temannya mungkin itu adalah hal yang mudah. Namun, tidak bagi anak berambut turquoise ini.
Masalahnya adalah ia tidak terlalu mengenal ibunya sendiri.
"Eureka ya? Menurutku dia itu unik" setiap kali ditanya tentang sang ibu ayahnya, Renton, selalu mengatakan hal tersebut.
"Yang mana bagian uniknya, tou-san?"
"Coba kau tanya saja pa-" buru-buru Renton memutup mulutnya sendiri.
Hal ini menjadi tanda tanya tersendiri bagi Ao. Sejak ia lahir hingga berumur lima belas tahun, belum pernah sekalipun ia mendengar sang ibu mengucapkan barang sepatah katapun. Ekspresi yang ditampilkannya juga terbatas. Senyuman, cuma itu. Ayahnya pun saat ditanya apa alasan dibalik bungkamnya sang ibu juga diam.
"Intinya adalah kau harus bersyukur punya ibu seperti dia, Ao" Renton mengelus kepala anak itu. "Dan asal kau tahu dia itu menyayangimu lho."
Kalau ayahnya saja menghindari pertanyaan itu, dia harus bertanya kepada siapa lagi?
~o0o~
"Eureka ya?"
Satunya-satunya yang paling mengenal ibunya selain ayahnya adalah Tiptory obaa-san. Karena itulah Ao mendatangi wanita yang sudah berumur tiga perempat abad ini.
"Dia wanita yang baik tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu, Ao?"
Pemuda bemanik ungu itu menjelaskan latar belakang persoalannya.
"Tugas sekolah, ya?" Tiptory mengelus-elus dagunya. "Menceritakan ibu sendiri menurut sudut pandang kita."
"Aku tidak akan bertanya pada baa-chan kalau aku benar-benar mengenal amma" Ao menggaruk rambutnya frustasi. "Masalahnya adalah amma tidak pernah berbicara padaku. Jangankan berbicara, menegur saja tidak pernah. Saat kutanya tou-san kenapa amma tidak pernah bicara tou-san juga seperti tidak mau memberitahuku, baa-chan."
Tiptory tersenyum. Ia sudah tahu dimana letak permasalahannya.
"Begini, Ao. Ibumu itu..."
~o0o~
Ao memperhatikan ibunya yang sedang menyiapkan makan malam dari jauh.
"Pita suara ibumu hancur, Ao. Mau seperti apapun dia berteriak tidak akan ada suara yang keluar dari mulutnya. Ayahmu sudah berusaha mengembalikan suara. Namun, hasilnya sia-sia."
Eureka memasak dengan riang. Tengok saja binar bahagia yang kentara di wajah ayunya. Sebegitu menyenangkankah kegiatan memasak? Apa yang sedang ada di pikirannya? Dirinya kah?
"Ibumu itu dulu seorang budak, Ao. Keadaannya begitu mengenaskan. Alhamdulillah, Allah mempertemukan Renton dengan Eureka. Ayahmu-lah yang membebaskannya dan memerdekakannya. Bersyukurlah banyak-banyak, Ao."
"Waktu kau lahir, Eureka gembira luar biasa. Baginya kau adalah harta yang paling berharga. Ia memperlakukanmu bak seorang raja. Kebutuhanmu selalu dipenuhinya. Tak pernah sekalipun saat merawatmu ia menampakkan raut lelah."
"Oh, ada Ao di sini. Ayo, makan malam sudah siap. Kelihatannya masakan Eureka le-"
Perlahan bulir demi bulir air mata keluar dari pelupuk mata Ao.
"Eh?"
Eureka yang melihatnya buru-buru menghampiri kedua orang tercintanya. Melihat sang anak menangis, wanita bermanik sama dengan Ao tersebut berkacak pinggang seraya menatap galak sang suami.
"Tu-tunggu dulu, E-Eureka!" mode suami-takut-istri keluar. Renton berkeringat dingin. "Aku sungguh tidak melakukan apa-apa."
Grep!
Tidak peduli dengan sang ayah Ao melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Eureka. Mendekapnya dengan kuat, seraya menenggelamkan wajahnya ke badan sang ibu.
"Amma... Amma... Amma..."
"Alasan kenapa ibumu tidak pernah datang ke acara sekolah karena ia takut membuatmu malu, Ao. Ia tidak ingin anaknya mendapat ejekan karena memiliki ibu yang bisu. Ia sangat menyayangimu dan selalu memikirkanmu, Ao."
"Eureka sering meminta saran padaku atau ayahmu, tentang bagaimana membangun hubungan baik denganmu. Kami sudah memberitahu beragam cara. Namun, pada akhirnya ketakutan dan keraguan selalu berhasil menggoyahkan tekadnya. Jadi, tolong maafkan ibumu ya, Ao."
Renton dan Eureka hanya berpandangan. Sesaat kemudian wanita berambut turqoise tersebut menyunggingkan senyuman manis seraya membalas pelukan sang anak. Suaminya juga ikut melingkarkan tangannya.
Tiptory yang melihat pemandangan itu hanya bisa menitikkan air mata haru.
~o0o~
"Begitulah ceritaku. Sekian dan terima kasih."
Tepuk tangan terdengar dimana-mana. Tak sedikit orang di dalam kelas, terutama para gadis, menangis haru mendengar cerita dari seorang Ao Thurston.
"Bagus sekali, Ao" Ivica sensei mengacungkan jempolnya.
"Ah, tunggu sebentar."
Tanpa diduga Ao menarik sang ibu yang pertama kali datang ke sekolah untuk berdiri sejajar dengannya di depan kelas.
"Inilah ibuku yang luar biasa, Eureka Thurston."
Sungguh Eureka malu luar biasa. Dan belum habis keterjutannya sang anak memeluknya dengan erat di muka umum. Di tengah hingar bingar reaksi para siswa dan orang tua mereka Ao membisikkan kata-kata yang membuatnya begitu bahagia.
"Aku mencintaimu, amma."
.
.
.
Owari
.
Pertama kali ikut event drabble. Ditulis mumpung tercetus ide ini. Semoga semangat menulis tetap berkobar meski kesibukan menggunung.
So mind to review?
.
.
.
Sincerely,
~Hasan Kabar
