Dude, apa kabar? DeathCheater balik lagi dalam cerita romansa epik. DeathCheater ga bakal banyak omong. Langsung ke Disclaimer.
Disclaimer: I don't have Naruto and Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Malam tidak pernah semerah ini pikir seorang remaja pirang. Ia sedang berdiri memimpin sekumpulan orang yang sedang bertarung. Bertarung untuk kedamaian, bertarung untuk kedamaian yang asli. Bukan ilusi seperti Tsukuyomi.
Bau amis darah tercium menyengat darimana-mana. Darah itu keluar dari luka ringan hingga luka berat sampai.. Tidak bisa dijelaskan. Banyak dari mereka mati akibat serangan elemen kayu. Batangan kayu menusuk mereka, dari punggung tembus hingga perut.
"Naruto, kenapa diam saja?" seringai seseorang dengan mata sebelah Sharingan dan Rinnegan. Orang itu penuh dengan ke tidak salahan saat membunuh para petarung ini. Malahan dia terus menatap mereka dengan tatapan rendah. "Kau bilang ninja yang mengabaikan aturan adalah sampah tapi orang yang mengabaikan temannya lebih dari sampah.." orang yang sedang berinteraksi dengan Naruto itu menyeringai, "bisa aku bilang, kau lebih rendah dari sampah?"
Naruto diam untuk sejenak. Ia melihat wajah seorang remaja lelaki Hyuuga yang sudah melayangkan nyawanya untuk si pirang. Neji Hyuuga. Dia mati tersenyum demi temannya. Demi rivalnya. Dan demi semua desa Shinobi.
"Keh, kau bahkan diam saja" pria itu masih berdiri diatas seekor monster sambil tersenyum sarkas. "Mau menjawabnya, Naruto?"
"Naruto, sudahlah jangan perdulikan dia! Neji mati karena kehendaknya sendiri dan kemauannya sendiri untuk melindungimu!" kata seorang Hyuuga lain. Dia adalah seorang perempuan berambut ungu dengan kepribadian sangat tertutup.
"Hinata.."
"Betul, kawanku. Neji.. Dengan segala jiwa mudanya, akan dengan senang hati menerima kematiannya"
"Lee.."
"Aku tidak tahu yang aku katakan benar atau tidak, tapi aku rasa mereka berdua benar. Neji hanya ingin juga kematiannya tidak sia-sia"
"Tenten"
"Itu betul Naruto. Karena.. Kami semua akan melindungi kau apa pun yang terjadi dan bagaimana pun juga" lanjut si perempuan ungu.
"Hinata?"
"Karena kami sangat bergantung kepadamu.." Naruto melihat wajah wanita itu dan dilihatnya senyuman hangat penuh keikhlasan melepas sepupunya.
"Yeah!"
"Betul!"
"Kami juga bergantung padamu Naruto!"
"Jangan kecewakan kami!"
"Yeah! Kami juga!"
Teriak semua orang satu persatu dari kerumunan aliansi Shinobi. Harapan mereka tinggal dua Jinchuuriki ini, Naruto dan Bee.
"Madara, apa katamu?" pria setengah Sharingan dan setengan Rinnegan bertanya pada seorang Edo Tensei yang telah lepas dari tuannya. Ia sedikit menyeringai.
"Madara, Madara, Madara. Kau selalu bilang Madara. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat" Madara menyilangkan kembali tangannya dan juga kembali melihat kumpulan Shinobi dan Kunoichi dengan tatapan rendah. Dan pria yang berdiri disampingnya mendengus. "Amaterasu!"
Blar
Api hitam keluar dari mulut sang Edo Tensei Uchiha. Horor sebenarnya dimulai.
"Hinata, semuanya, cari perlindungan!" teriak Naruto setelah mendengar si Uchiha mengeluarkan api hitam, api abadi.
"Naruto, aku tidak akan meninggalkanmu" Hinata masih ingin bersama Naruto. Menggemaskan sekali pikir Madara
"Sudahlah Hinata! Berhenti berpikir bodoh!"
"Tapi-"
"Tidak ada tapi! Sekarang cepat pergi!"
Ketika Naruto bilang jangan berpikir bodoh, pernyataan itu membuatnya sakit hati. Tapi setelah mengetahui ia sangat peduli padanya, ia senang dan pergi menjauh dari Naruto.
"Ah?!" sesaat setelah Hinata pergi, ia melihat seorang Ninja berambut hitam pendek sedang terengah tepat didepan Amaterasu. "Hei yang disana!" katanya memanggil si ninja.
"Siapa?!" jawabnya. Ia memakai baju berwarna merah dengan rompi khas Iwagakure.
"Kau! Apa yang kau pikirkan! Cepat cari tempat yang aman!" teriak Naruto balik.
"Aku terlalu kehabisan chakra!"
"Apa katamu?!"
"Aku kehabisan chakra!"
"Astaga"
Aku tak percaya aku harus melakukan ini! Pikirnya.
Dan tiba-tiba Kyuubi muncul. "Hei nak, jangan melakukan sesuatu yang bodoh!"
"Tenang, aku punya cukup chakra untuk melakukan Senjutsu!" balasnya dengan teriakan.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?!" jawabnya. Faktanya ia kesal. Kenapa pula Naruto harus menolong Ninja itu. Seharusnya ia lebih mengkhawatirkan keselamatannya.
"Kau akan lihat nanti" Naruto meresponnya dengan seringaian.
"Seringaian apa itu?!" Kyuubi makin kesal mendengarnya, tapi dia tidak punya daya atau upaya apapun, karena dia hanya penumpang ditubuh Naruto. Lalu dia mendengus. "Cih, kalau kau mati, akan kubuat kau menderita di neraka!"
"Oh tentu saja!"
Kembali ke alam nyata, Naruto sedang berlari menghampiri Ninja itu dengan Senjutsu aktif sepenuhnya. Kelopaknya memerah dan pupil matanya berubah seperti layaknya seekor kodok dan korneanya menguning seiring chakra Senjutsu makin mengalir ke sistem chakranya.
Oh tidak baik! Ia semakin berkeringat ketakutan.
"Hei! Cepat pergi!" ia masih berdiri ditempat yang sama daritadi dan tidak bergerak sedikitpun dari posisi awalnya. Tapi Naruto juga mengerti, ia melihat sosok Ninja itu sedang terengah dan merasakan dari chakra Senjutsunya, bahwa Ninja itu sedang mengalami kekurangan chakra. Bila dipaksa berlari atau kabur juga akan susah!
"Hah.. Hah.. Hah.. Doton: Chikyuu.. Do-do-do-"
Dang!
Ninja itu pingsan, tepat sebelum ia menyelesaikan Jutsu Chikyuu Domuu. Ninja itu mulai jatuh bebas dari saat itu sebelum..
Tap!
Tepat waktu! Naruto menangkap Ninja Iwa itu. Ah! Bagus! Sekarang bagaimana aku menghadapi Amaterasu?!
"Haha! Sekarang kau mau kabur kemana, Naruto?" Madara tertawa lebar, menyindir Naruto. Tertawaannya semakin lebar sesaat Amaterasu makin mendekati Naruto.
"Ah sial!" Naruto mulai mengerinyit kesal dan giginya saling beradu. Mungkin ini akan melambatkan Amaterasu sialan itu! Masih dalam mode Sagenya, tangan kiri Naruto beralih menggendong Ninja itu dan tangan kirinya mulai membentuk bola biru. "Senpou: Cho Odama Rasengan!"
Bola biru itu membesar dan semakin besar hingga sebesar meteor berdiameter dua ratus meter dan diarahkannya berbalik ke belakangnya.
"Rasakan ini!"
Zrut
Bodohnya aku! Naruto memang bodoh. Angin akan dimakan oleh api. Begitu juga dengan Rasengan yang dasarnya adalah transformasi chakra elemen angin akan dimakan api Amaterasu.
"Keh, bodoh" kata Madara masih menyilangkan tangan diatas Juubi.
Api amaterasu semakin mendekat. Aruto tidak dapat menghindarinya lagi. Sementara semua orang sudah berlindung dalam dinding tanah.
"Naruto! Cepat!"
"Naruto!"
"Naruto!"
"Naruto!"
Blar
Suara api yang menjilat mulai menjalar ditubuh pemuda itu. "AARGH!"
Inikah akhir dari kisah Ninja yang Benar-benar Berani? Inikah ending yang diingin seperti Ero-Sennin? Tapi disamping itu semua, ayah, ibu, aku minta maaf, aku sudah mengecewakan kalian semua. Dan Ero-Sennin, maaf juga, sepertinya hari itu tidak akan datang. Kakashi-sensei, Sakura-chan, dan Sasuke-teme.. Teman-teman, baa-chan, Bee, semuanya.. Aku rasa aku sudah selesai sampai disini.. Lho?!
Naruto merasakan sesuatu yang aneh. Dia terbangun disuatu tempat yang isinya hanya padang rumput hijau tanpa halang rintang di segala sisi. Awannya membentuk pola yang melingkari dia.
"Dimana aku?" ia bangun dari posisi tidurnya dan memegangi kepalanya yang super berat. Ia melihat sekeliling dan.. "Kau!"
"Kau!" teriak Ninja itu balik.
"Kau kan Ninja yang tadi!" Naruto hanya bisa membalasnya juga dengan emosi.
"Kau juga adalah Shinobi yang sok jagoan kan?!"
"Siapa yang kau bilang jagoan, tuan.."
"Siapa juga yang kau bilang tuan! Aku ini perempuan!"
Dang!
Selama ini, ia pikir Ninja yang ia selamatkan adalah seorang perempuan?! Lihat dia! Bahkan tidak punya tanda keperempuanannya!
"A-apa?! Perempuan? Bahkan dadamu itu rata!" nah lho. Tiba-tiba perempuan itu mulai berkoar.
"Rata?! Apa maksudmu? Kau menilai perempuan dari dada?! Benar-benar lelaki mesum!" wanita itu terus berkoar sejadinya.
"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu"
"Maaf?! Apa maksudmu maaf?!"
"Kekekeke" itu adalah suara tertawaan. Tapi suara darimana? Suara itu terdengar tidak dari mana-mana. Tapi mereka bisa mendengar suara itu dengan jelas.
"Hei siapa itu?!" teriak kedua remaja ini bingung. Mereka menoleh kesegala arah dan tidak bisa melihat siapapun selain mereka sendiri.
"Aku? Yah, mereka bilang aku adalah.. Kami-sama" Kami-sama?! Itu berarti dia adalah..
"Kami-sama?!" keduanya makin terkaget. Ini pasti semacam Genjutsu oleh Madara. Itu pikiran mereka saat ini.
"Hei, ayolah, jangan bercanda!"
"Benar! Aku tidak suka ini!"
"Diam!" seketika terdengar suara gemuruh petir dari kejauhan yang menggema.
Oke, itu cukup membuktikan, kalau kau adalah Kami.. Naruto dan wanita itu hanya sweatdrop ketakutan mendengarnya. Tadi petir, sekarang apa.
"Sekarang, apa itu cukup membuktikan bahwa aku adalah Tuhan kalian?!" sang Kami masih berbicara dalam nada tinggi yang sangat berat dan suaranya tidak tertandingi.
Keduanya mengangguk iya, masih dalam keadaan syok, kaget, bingung, dan tentu saja takut. "Ka-ka-kami-sama.. Aku ingin bertanya" Naruto mencoba bertanya tapi tergagap.
"Aku tahu! Aku akan menjawabnya! Sekarang, kalian.. Berada diantara batas kematian dan kehidupan"
Batas? Batas apa? Pikir Naruto sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Oh, Naruto-kun, aku pikir kau mengerti maksudku.." dia membaca pikiranku?! "Untuk saat ini, aku kalian selamatkan. Dan kalian berada diantara kehidupan sebelum mati dan sesudah mati.."
"Ekh?" keduanya makin sweatdrop.
"Maksudmu, kami sudah mati?!" wanita itu mulai berbicara duluan tanpa bergetar sedikitpun
"Mati?!" sedangkan Naruto masih ciut.
"Hmm, bagaimana aku menjelaskannya.. Begini, diantara dari kalian harus tetap tinggal dan ikut aku ke kehidupan setelah kematian sedangkan yang satunya akan aku kirim kembali kehidupan kalian senidiri"
"Hei itu tidak menjawab pertanyaanku!"
"Hahaha, ayolah. Aku sudah menyelamatkan kalian dan kalian harus membayarnya!"
Naruto dan wanita itu saling berpandangan satu sama lain dengan pandangan yang saling mengancam. Keduanya mulai merogoh kantung kunai, tapi..
Kosong?! Kedua kaget setelah mendapat kantung kunainya kosong.
"Hahaha" Kami makin tertawa sejadinya "Manusia itu mudah diprediksi, harusnya aku tahu mereka akan merepotkan. Sekarang dengarkan aku! Aku tidak akan mengulangnya untuk yang kedua kalinya! Kalian akan ku beri waktu satu minggu dan dalam satu minggu itu, kalian akan saling berbagi dan dalam waktu satu minggu itu, kalian harus menentukan siapa salah satu dari kalian yang akan tetap hidup dan yang mana akan hidup di dunia kedua" Naruto dan wanita itu semakin bingung dengan penjelasan Kami "dan yang terakhir aku katakan kepada kalian, pastikan untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain.."
Swush
Dengan itu suara itu, suara yang mendeklarasikan dirinya sebagai Kami menghilang, begitu juga dengan pengelihatan kedua remaja itu. Pandang mereka mulai silau. Dan mata mereka sama-sama menyipit melihat cahaya yang sangat menyilaukan masuk ke dalam pupil mereka.
"Ugh! Apa ini?" Naruto tiba-tiba berada disebuah tenda dan sedang tertidur diatas matras. Ia melihat ada tiga orang berpakaian putih mengelilingi dirinya dengan tepat di tengahnya ada cahaya lampu tenda.
"Yah, dia sudah sadar"
"Huh, baguslah"
"Senang melihatmu kembali, Naruto-sama"
"Yah aku juga senang bisa kembali.. Tunggu.. Naruto-sama?!" Naruto mendengar suffiks yang sangat menganehkan. Sama? "Dimana aku?!"
"Kau di tenda medis, Naruto" kata seseorang dengan rambut pink muncul dari luar tenda. "Selamat Naruto"
Sakura? Dia tersenyum kepadaku? Naruto blushing. Ia diberi senyuman oleh Sakura? Mungkin itu benar-benar sedikit aneh.
"Sakura, ada apa ini? Kenapa aku ada ditenda medis?" kata si pirang kebingungan. Baru saja ia melawan Madara, sekarang sudah ditenda medis.
"Kau lupa? Astaga Naruto, ternyata efek Rasenshuriken punyamu itu sepertinya telah menghapus sedikit ingatanmu tentang perang hah?" Sakura merubah senyumnya dan bertolak pinggang. "Hmm, yasudahlah, aku pikir juga kau perlu istirahat! Dah!" Sakura kemudian keluar meninggalkan dirinya yang sedang kebingungan.
"Tunggu, Sakura.. Ekh?!" setelah Sakura pergi, ia melihat sosok seorang wanita yang sangat familiar. "Wanita itu?!"
Tepat sekali, wanita itu juga terbangun. Letak tempat tidur wanita itu tidak jauh dari Naruto. Mungkin hanya berjarak dua meter.
"Ugh, dimana aku?" wanita itu mengusap matanya dan melihat sekeliling. "Kau?! Kenapa kau disini?! Kau mengutit?!"
"Hei jangan salah sangka dulu! Aku juga baru sadar dan aku baru terbangun!" jawab Naruto atas tuduhan wanita itu.
"Yang benar saja! Sekarang aku akan pergi dari sini!"
"Terserah!"
Wanita itu turun dari ranjangnya dan memakaikan kembali sandalnya yang tergeletak dibawah ranjang.
Tap
Tap
Tap
Satu meter, dua meter, empat meter, delapan meter, enam belas meter, dan dua puluh meter.
"?!"
Deg
Keduanya merasakan detak jantungnya melemah. Keduanya, Naruto dan wanita itu merasakannya. Rasanya seperti sekarat.
Naruto ingat kata-kata Kami. Pastikan untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain. "Ugh! Apa ini!" Naruto merenguh kesakitan. Dia meraih dadanya yang kesakitan itu dengan genggaman kuat.
"Akh!" wanita itu juga ikut menekan dadanya. Dan dia akhirnya merangkak kembali ke ranjangnya.
"Hah.. Hah.. Hampir saja aku mati.." kata Naruto sedikit terengah dan semakin wanita itu mendekatinya, rasa sakit itu semakin menghilang dengan sendirinya. "A-aku rasa, apa yang Kami-sama katakan tidak main-main" wanita itu yang kembali ke ranjangnya membaringkan tubuhnya.
"Iya"
"Salah satu dari kita akan mati pada hari ketujuh, benar?"
"Iya"
"Hei, kenapa kau hanya menjawab iya?"
"Karena aku baru saja memiliki pikiran untuk membunuh seseorang" tatapan wanita itu mulai serius.
"Apa?!"
"Ini" dia mulai mengambil kunai yang tersedia di meja samping ranjangnya dan menodongkannya ke arah Naruto.
Sret
Kunai itu mulai merobek pelan lehernya dan sesuatu juga terjadi kepada wanita berambut hitam pendek itu juga. "Ah!" keduanya berkata bersamaan.
"Aku rasa yang Kami-sama maksud dalam saling berbagi.." Naruto menyeringai dalam pernyataannya.
"Apa maksud seringaian itu?!"
"Lihat ini!" Naruto mulai berdiam dan memikirkan sesuatu. Pikirkan sesuatu yang kotor, sesuatu yang kotor, sesuatu yang kotor!... Berhasil!
Duak!
"Apa yang baru saja kau pikirkan bodoh?! Dasar mesum!" si Kunoichi Iwa itu marah dengan wajah yang sedikit memerah.
"Oh, ayolah, kau suka itu kan?" lanjut Naruto masih menyeringai.
"Tidak! Hentikan!"
"Hihihi" Naruto masih berpikiran kotor untuk sesaat. Memikirkan.. Uh mungkin tidak pantas untuk dijelaskan.
Beberapa pukulan kemudian.
"Aku rasa kita tidak hanya terikat secara fisik, tapi juga emosi" Naruto mencoba memahaminya dan ia mengerti.
"Hm, aku mengerti.." suasana berubah menjadi hening. Keduanya sama-sama meratapi takdir yang terlanjur terjadi. "Jadi, kita juga tidak boleh saling menjauh? Aku rasa itu akan sulit dan dengan ini kita tidak bisa saling membunuh"
"Iya" simpel kata wanita itu. Perempuan itu kembali membuka mulutnya dan mengangkat wajahnya kembali "siapa namamu?"
"Naruto Uzumaki, Hokage masa depan! Dan kau?" jawab Naruto dengan wajah yang tersulut reflek sesaat.
"Hokage masa depan? Yang benar saja.." gumam perempuan itu. "Oh iya, namaku adalah Kurotsuchi, cucu dari Tsuchikage yang sekarang"
Itu adalah hari pertama mereka bertemu setelah mati suri. Sekarang mereka terpaksa harus menjalani kehidupan selama tujuh hari bersama. Karena mereka adalah setengah dan setengah. Kalau hanya setengah tidak mungkin salah satu bisa bertahan hidup.
Ai yi yi! DeathCheater is back! Oke ini adalah fic kedua. Fic ini adalah fic NarutoxKurotsuchi! Ada yang pernah liat cerita ini? Mungkin buat beberapa orang ini agak familiar. Well, fic ini, plotnya berdasarkan manga dari Seo Kouji, Half and Half. Tapi! Fic ini akan menjadi Naruto-style. Berarti disclaimer nambah dong? Iya lah!
Disclaimer: I dont have Half & Half and Half & Half belongs to Seo Kouji.
Cukup buat sekarang. Dan buat pembaca setia Baby and Battlefield, bukan berarti DeathCheater bikin fic kedua, fic yang pertama gak dilanjutin. Enggak kok. Tetep dilanjutin.
Jangan lupa Review! I really need your support by Reviewing!
Akhir kata, maafkan fic ini yang tidak sempurna karena sempurna hanya milik Tuhan dan Andra and The Backbone.
Im out!
