MY BAKA KOUHAI

Inspiration by: Nisa's Baka Kouhai

Naruto © Masashi Kishimoto

My Baka Kouhai © anak v.s bunda

Warning : Sedikit OOC, AU.

--

Aku benci MOS,

Sangat membencinya!

Mengapa di setiap awal tahun pelajaran selalu diadakan acara nista-kurang kerjaan itu?

HUH!

--

Hinata menyeka keringat di wajahnya. Hari ini adalah hari pertama awal pelajaran di sekolah. Ia menatap kartu panitia yang di kalungkan di dadanya.

Nama : Hyuuga Hinata

PanMos kelas 7-1

"Huh!" dengan dengusan sebal, Hinata pun berlari menuju ke kelas 7-1 lalu membuka pintunya. Ia menatap Neji yang sudah lebih dulu berada di kelas itu, "Neji nii-san, maaf terlambat!" katanya.

"Masuk," jawab Neji dingin.

Hinata pun memasuki kelas, menatap semua kouhainya. Tatapannya kemudian berhenti pada bocah berpakaian oranye dan memakai goggle. Tiba-tiba wajah Hinata memerah. Entah karena apa.

"Hina-chan.. Apa kau baik-baik saja? Mukamu terlihat pucat." ujar Tenten cemas. Ia meraba dahi Hinata yang terasa sedikit panas.

Namun Hinata mengacuhkan Tenten, ia tetap menatap bocah dengan baju oranye itu. Hinata melirik Tenten dengan pandangan gusar. Di hatinya berbagai perasaan bercampur aduk saat itu juga, membuatnya merasa ingin pingsan.

"Oh.. Namanya Naruto." kata Tenten seolah mengerti apa yang dipikirkan Hinata setelah sejenak memandang mata lavender sahabatnya itu.

"Nn..nnn..aruto? Nama yang bagus," ujar Hinata terbata. Semburat merah mulai mewarnai pipinya yang putih pucat.

Tiba-tiba Naruto menoleh ke arah Hinata dan memamerkan senyumannya yang khas.

"Hai!" sapa Naruto kepada Hinata.

Hinata pun terpaku di tempat. Jantungnya berdegup cepat seakan ingin keluar dari tempatnya. Gadis dengan mata lavender itu tak dapat melakukan apa-apa. Padahal ia sedang berada di hadapan adik kelasnya! Hanya seorang adiik kelas! Tapi mengapa ia merasa sangat gugup jika berada di hadapan bocah bernama Naruto itu??!

"Hinata! Kau disapa! Jawab, dong!" Tenten menyenggol bahu Hinata ketika menyadari gadis itu tak memberikan respon apa pun.

"Hhh..hhaii…," balas Hinata sambil melambaikan tangannya pada Naruto yang masih tersenyum lebar-hingga Hinata khawatir mulutnya akan robek-.

'Ternyata menjadi PanMos tak seburuk yang kupikirkan..' batin Hinata dalam hati. Ia bersyukur sambil tersenyum sedikit.

"Silahkan perkenalkan diri kalian di depan kelas!" seru Neji tiba-tiba memecah keheningan. Membuat Hinata melonjak kaget sebentar. "Kamu, maju!" perintah Neji kepada Naruto kemudian.

"A.. aku?" tanya Naruto menunjuk dirinya sendiri.

Neji menyipitkan matanya menatap makhluk oranye itu kesal, "Ya! Kamu! Perkenalkan dirimu di depan kelas!"

Naruto pun maju ke depan kelas dengan raut pasrah. "Hai! Namaku Uzumaki Naruto, biasa di panggil Naruto. Hobiku makan. Terutama Ichiraku Ramen. Itu adalah makanan yang paling aku suka. Selain itu, aku sangat bawel. Namun, aku bukanlah anak yang manja. Aku terbiasa hidup mandiri." jelas Naruto dengan percaya diri luar biasa.

Hinata tersenyum lagi melihat kouhai-nya itu. Rasa percaya diri Naruto yang kuat membuatnya merasa nyaman-entah kenapa.

"Hey! Bagaimana tipe cewek idaman kamu?" celetuk Ino dari belakang sambil nyengir-nyengir tidak jelas.

"Cewek idamanku? Berambut biru dan bermata indah. Yaah.. seperti Hinata nee-chan!" kata Naruto yang disambut oleh tepuk tangan beserta sorakan dari seisi kelas.

Hinata langsung shock, ia tak percaya mendengar apa yang diucapkan oleh Naruto barusan. Dengan beragam pikiran yang memenuhi otaknya plus rona merah yang semakin kentara, Hinata pun langsung berlari keluar ruangan itu. Menyembunyikan rasa malunya yang sudah mencapai puncak tertinggi.

-

Istirahat yang dinantikan akhirnya tiba. Hinata duduk di taman bangku sekolah sambil menikmati snack yang baru saja dibelinya di kantin. Suasana begitu tenang sampai tiba-tiba seseorang menepuk bahu Hinata.

"Hina nee-chan.. Kau marah kepadaku?" suara itu menyambut Hinata ketika ia menoleh. Sekali lagi gadis itu terlonjak. Kaget dengan sosok yang berdiri di hadapannya. Naruto.

Ia menundukkan wajahnya. Tangannya sibuk meremas rok rumple biru yang ia kenakan. "Umm.. um.. tidak, aku tidak marah.. aku hanya.."Hinata menggantung kalimatnya.

"Hanya apa?" tanya Naruto penasaran.

"Ah… ehm, umm…Sal-salting, mungkin…" kata Hinata tanpa menatap Naruto. Ditundukkannya kepala lebih dalam agar Naruto tak melihat rona merah yang kembali datang.

Naruto tampak sedikit bingung, "Hina nee-chan, kau tidak menatapku! Kata ayahku, kalau bicara kepada seseorang harus menatap mukanya. Tidak sopan jika kita tak menatap muka orang yang kita ajak bicara." Naruto pun duduk di samping Hinata. Wajah Hinata semakin memerah.

"Ayolah, Hina nee-chan. Tataplah mukaku! Kenapa, sih Hina nee-chan nggak berani menatap mukaku? Takut terpesona, ya?" goda Naruto iseng. Namun Hinata sedikit terbelalak di dalam tundukannya. Ya, karena yang dikatakan Naruto itu benar. Ia takut… ehm, terpesona.

"Err- men… menjauhlah dariku…," ujar Hinata tanpa memedulikan perkataan Naruto.

"Hina nee-chan… Apa salahku?" tanya Naruto heran atas sikap Hinata padanya.

Hinata mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk, "Tidak.. Aku… mm, hanya ingin sendiri sekarang.." jelas Hinata.

"Oke… Kalau gitu, aku pergi sekarang!" ujar Naruto sedikit kesal. Ia baru akan berbalik, ketika Hinata menggapai pergelangan tangannya.

"Jangan.." cegah Hinata dengan tatapan memohon.

Naruto terlihat bingung, "Loh, gimana sih? katanya mau sendiri?" Tanyanya sembari menatap Hinata yang kembali menunduk. Ia menghela napas, "Oke, kalau gitu aku duduk disini. Boleh kan?" tanya Naruto kemudian. Hinata hanya bisa mengangguk.

Tempat itu kemudian diliputi keheningan yang membuat Naruto tidak nyaman. Ia akhirnya berusaha memcari topik untuk memecahkan kesunyian itu. Lama-kelamaan, Hinata dan Naruto akhirnya justru jadi mengobrol akrab. Mereka berbincang-bincang tentang hobi mereka, band favorit mereka, manga dan anime favorit mereka. Dari hal yang tidak penting, hingga masalah pribadi.

"Wah, Hina nee-chan ternyata asyik diajak ngobrol! Aku kira Hina nee-chan orangnya pendiam dan pemalu!" ujar Naruto sambil membelai lembut pipi Hinata.

"Jauhkan tanganmu!" Hinata menepis tangan Naruto dengan alis mengernyit.

"Maaf, terbawa suasana." Naruto sedikit salah tingkah dan berusaha menutupinya dengan cengiran lebar.

-

KRIINGG.. KRIINGG..

"Um, bel pulang sudah berbunyi. Ayo kita pulang." kata Hinata sambil merapikan tasnya.

"Hina nee-chan mau kuantar pulang?" tawar Naruto masih dengan senyum luar-biasa-lebarnya.

Kembali. Semburat itu kembali datang ke wajah manis Hinata.

Hinata berpikir sebentar. Namun kemudian terdengar sebuah suara yang memotong kata-kata Hinata, "HINA-CHAN!!" panggil sosok bercepol itu

"Um, sepertinya hari ini aku pulang bersama Ten-chan. Sampai jumpa, Naruto. Dan ehm, terima kasih." Dengan itu, Hinata segera berlari ke arah Tenten berada.

"Hei!! Bukumu ketinggalan, Hina-neechan!!" teriak Naruto. Namun percuma, Hinata telah menjauh pergi.

-

Hinata menekan bel rumahnya.

"Hanabi… Kau sudah pulang? Tolong bukakan pintu!" teriak Hinata dari luar rumah.

Tak ada jawaban.

Hinata menarik napas berusaha bersabar. Ia akhirnya memutuskan untuk duduk menunggu di teras rumahnya. Tiba-tiba teriakan seseorang memecahkan lamunannya.

"HINA NEE-CHAAN!!" teriak sebuah suara cempreng dari luar pagar. Hinata mengalihkan pandangannya dan mendapati Naruto disana. Setelah terdiam cukup lama, ia pun bergegas membukakan pintu pagar untuk Naruto.

"Naruto? Ada perlu apa kau kesini?" tanya Hinata heran.

"Hem, aku mau mengembalikan ini." kata Naruto sambil menyerahkan sebuah buku kepada Hinata. "Tadi tertinggal di bangku taman sekolah," tambah Naruto.

"M..mm..makasih..err- kamu tau rumahku darimana?" tanya Hinata.

"Disitu ada tulisannya. Eh, ternyata rumah kita deketan, loh! Rumahku hanya dua gang dari sini." Naruto pun turun dari sepedanya, menuju ke dalam rumah Hinata.

"Hei! K-kau belum kupersilahkan masuk!" seru Hinata melihat kouhainya itu sembarangan masuk ke rumahnya.

Naruto mengacuhkan seruan Hinata dan tetap masuk ke dalam. "Hina-chan sendirian di rumah?" tanya Naruto setelah mengetahui pintu rumah masih terkunci rapat.

Hinata menyelesaikan urusannya dengan pagar sambil membatin sendiri. Ia baru menyadari perubahan panggilan Naruto untuknya, dan itu membuat rona merah kembali menguar. "I..iya.. Neji nii-san belum pulang. Mungkin Hanabi sedang bermain di rumah temannya." Tuturnya sambil kembali duduk di teras rumah.

"Wah.. kebetulan, dong! Kalo gitu, Hina-chan ikut Naruto aja! Aku mau ke taman, nih! Jalan-jalan! Ikut, yuk!" Naruto menarik tangan Hinata. Hinata tak bisa mengelak.

Naruto meraih sepedanya semangat. Sementara Hinata masih terdiam di tempat.

"Hina-chan.. Ayo naik!" seru Naruto masih bersemangat.

"Kita na-naik apa? Jangan bilang naik sepeda!" suara Hinata terdengar tak yakin ketika berkata begitu. Ia menatap mata biru langit Naruto sengit.

"Sayangnya kita hanya punya sepeda! Ayo, naik!" ujar Naruto sambil merengkuh tubuh Hinata dan menaikkannya di sepeda.

Hinata tak bisa bergerak di atas sepeda Naruto. Ia bisa mendengar detak jantung Naruto yang tepat berada di samping telinganya. Namun ia justru lebih mengkhawatirkan detak jantungnya yang ia rasa begitu keras, hingga bisa terdengar Naruto.

"Na-Naruto.. Aku malu..," ujar Hinata tersipu.

"Tenanglah Hina-chan. Palingan orang mengira kalau kita lagi pacaran!" jawab Naruto santai. Hinata hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang terus-terusan memerah hari itu.

"Bagaimana kalau pacarmu tahu jika kamu jalan denganku?" kata Hinata mencoba menyembunyikan rasa deg-degannya.

Naruto tertawa. "Pacar? Hina-chan bercanda? Aku belum punya pacar! Aku masih jomblo, loh! Hina-chan mau jadi pacarku supaya aku nggak jomblo lagi?" tanya Naruto sambil mengelus pipi Hinata.

"Sudah kubilang jaga tanganmu!" Hinata memukul tangan Naruto refleks. Itu membuat Naruto hilang keseimbangan dan merekapun terjatuh dari sepeda dengan sukses.

Hinata berada di atas Naruto sekarang. Kakinya kaku, tak bisa digerakkan. Mungkin kakinya terkilir.

"Hina-chan… Kau tak apa?" tanya Naruto yang tertindih tubuh Hinata.

Hinata berusaha menggeser tubuhnya tapi tak bisa. Akhirnya ia hanya bergumam pelan, "A-aku baik, kok. Hanya saja.. ah, kakiku terkilir!" Hinata merintih menahan sakit di kakinya.

"Hina-chan, maafkan aku.. Sebagai permintaan maaf, mm…" Naruto menggantung kalimatnya.

CHU!

Naruto mendaratkan bibirnya di pipi Hinata. Membuat mata lavender Hinata terbelalak. Jantungnya kembali berdegup kencang, namun ia berusaha mengabaikan. Ia sudah dipermainkan seenaknya oleh adik kelasnya ini! Dan pergulatan antara harga diri dan rasa senang itu pun dimulai.

Hinata memejamkan matanya. Memutuskan bahwa harga dirinya jauh lebih penting disbanding rasa senang sesaatnya itu. Maka dengan sisa kekuatannya, ia langsung bangkit. Tak peduli rasa sakit yang mendera kakinya.

"A-APA YANG KAU LAKUKAN?!!" teriak Hinata kesal pada Naruto.

"A.. aku hanya meminta maaf! Apa itu salah?"

"A-apa cara meminta ma-oh, sudahlah! Aku.. aku benci kamu!!" seru Hinata seraya berusaha menahan tangis. Ia pun berbalik meninggalkan Naruto. Rasa sakit di kakinya tiba-tiba hilang. Berganti oleh rasa sakit yang melanda di hati.

"IT'S COMPLICATED!!!!" teriak Hinata melampiaskan seluruh amarah di dadanya. Tak peduli dengan pandangan warga lain yang mungkin menganggapnya orang gila.

-

Hinata sampai di rumahnya. Ia berjalan kaki menuju rumah. Sebenarnya, Hinata berharap Naruto akan menyusulnya dan meminta maaf kepadanya. Namun kenyataannya tidak begitu. Naruto tidak menyusulnya… Rasanya sakit…

Ia tahu itu terlalu muluk. Tapi apa tak boleh mengharapkan si bocah itu meminta maaf dan menyusulnya? Apa itu salah? Apa mempertahankan haraga dirinya tadi itu adalah perbuatan yang salah?

Hinata pusing. Ia memijit-mijit pelipisnya yang berdenyut menyakitkan. Meski tentu saja, rasa sakit itu tak sebanding jika disejajarkan dengan sakit di hatinya. Ia tahu, ia terlalu tinggi berharap…

"Hina nee-chan…kenapa pulang malam?" tanya Hanabi setelah Hinata memasuki rumah.

"Emm, ada urusan sama teman. Otou-sama belum pulang?" tanya Hinata.

Hanabi menggeleng. "Neji nii-san juga tidak pulang. Ia menginap di rumah Shikamaru, temannya itu." Hanabi langsung duduk di sofa ruang tamunya. Hinata hanya meng-oh sebentar. "Ohya! Nee-chan mau membacakan dongeng untuk Hanabi?" tanya Hanabi sambil menyerahkan buku dongeng kepada Hinata.

"Tidak hari ini, Hanabi.. Neechan lelah sekali…Gomen-ne…," Hinata memberi pandangan menyesal pada Hanabi, kemudian beranjak menuju kamarnya.

-

Hinata baru saja selesai mandi. Ia masuk ke kamarnya, merebahkan diri di ranjang empuk tersebut. Saat ini, hanya Naruto yang memenuhi pikirannya. Ia tak tahu mengapa ia harus marah kepada Naruto tadi. Padahal, dalam hati Hinata senang sekali saat Naruto mencium pipinya. Rasanya seperti terbang ke langit ketujuh.

Ya, tentu saja. Harga diri itu.

Huff…

Apakah yang dinamakan cinta itu?

Apakah yang kurasakan ini namanya cinta?

Kedua pertanyaan itu terus menggema dalam pikiran Hinata sampai ia terlelap dengan raut sedij menghiasi wajah putihnya.

.

.

Have a nice dream, Hinata…

-

Tak biasa kurasakan

Rasa seperti ini

Berdebar hatiku bila dekat dirinya

Tergoda hatiku ingin mencarinya

Bersamanya kurasakan indah

Karenanya ku tersenyum bahagia

Slalu ingin kudekat dengannya..

Mungkinkah ini, cinta pertamaku..

Tak pernah aku rasakan

Rasa yang terbawa ke dalam mimpiku

Tiada kubosan bila memikirkannya

Karena rinduku selalu untuknya

-TBC-

Dilia : Aih, akhirnya berhasil juga nyelesein nih chapter pertama.

Nisa : Apaan? Kan Nisa yang ngetik!!! Ide juga murni Nisa!! –dateng sabil bawa golok-

Dilia : Iya, tapi kan bunda yang ngebenerin! Kamu banyak salahnya! –ngelempar kulkas ke Nisa-

Nisa : swt… -nendang dilia-

Dilia : Ahaha, oke deh. Ini adalah fic pertama dari kami berdua. dilia shiraishi dan lolipopalavigne. ^^ -senyum senyum gaje-

Nisa : Iya, kita kolab untuk membuat fic ini! Tepatnya sih, saya ngetik sendiri. Sedangkan orang ini cuma nambahin doang. –ngacungin jari tengah ke dilia-

Dilia : Yah, begitulah… sebenernya saya lebih pengen kolab bikin fic humor. Tapi apa daya… anak ini keingetan baka kouhai-nya mulu!

Nisa : Ya sudah, tak usah banyak baksyot! Para pembaca semuaa~ RIPYU yaaa~!!!

Dilia : Iya, betul! Kalo enggak RIPYU, nanti bakal… -tampang horor-

Naruto : -tiba tiba datang entah darimana- …bakal gue cium! Wekekeke! –disambitin ama para pembaca-

Dilia, Nisa, Naruto : RIPYU YAAAAA~!!!!!!