Behind the mask
Chapter 1 :
Munchen 07.00pm
'kriiiiiing...kriiiiing'
Kubuka sebelah mataku untuk mematikan benda berisik memekkan telinga itu , kulirik sekilas...dan huh masih jam 7 pagi, segera kutekan tombol diatasnya dan ya benda itu sukses berhenti mengeluarkan bunyi berisik.
Baru saja aku akan kembali tidur , menutup mataku , dan menarik selimutku , sampai aku dengar suara dari luar yang menginterupsi pergerakkanku.
'tok..tok..tok..'
"fraulein, bist du wach ? fruhstuck ist fertig !" ucap seseorang dibalik pintu kamarku yang masih tertutup.
"ja, ich werde aufholen unten !" jawabku yang masih setengah sadar dari tidurku.
Kudengar langkah kaki yang semakin menjauh dari pintu kamarku, dan kurasa Margaret pelayan dirumahku ah maksudku rumah orang tuaku ini sudah pergi dari depan kamar.
Aku segera beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh, 20 menit berlalu aku keluar dengan menggunakan dress channel yang panjangnya hanya sampai diatas lututku, kulangkahkan kaki menuju meja rias , kusisir rambut soft pink ku yang sekarang panjangnya sudah sepunggung , kugulung keatas lalu ku ikat dan ku biarkan anak rambut yang masih tersisa disisi kanan dan kiri wajahku , kupoles sedikit bedak dan lipgloss dibibirku, dan selesai.
"perfekt. " gumamku sambil tersenyum saat melihat bayanganku di cermin.
Setelah selesai , aku melangkahkan kaki ku keluar dari kamar menuju ruang makan yang terletak dilantai satu dan oh ya, kamarku ini ada dilantai dua.
Ehm maaf sebelumnya, tapi kurasa kita belum berkenalan. Namaku Sakura, Akasuna Sakura anak kedua dan anak terakhir dari pasangan Akasuna Kizashi dan Akasuna Mebuki, dan satu-satunya adik perempuan dari kakakku tersayang Akasuna Sasori yang tak ku ketahui dia menyayangiku juga atau tidak.
Aku sedang di Jerman sekarang untuk menikmati libur musim panasku, aku kesini juga sekalian mengunjungi kakakku. Aku jarang sekali bertemu dengannya karena dia melanjutkan kuliah disini sekaligus membangun perusahaan cabang disini yang sudah hampir selesai.
"ohaiyo Sasori-nii." Sapaku padanya saat aku sudah tiba di ruang makan. Dan ya seperti biasa, dia tidak menjawab sapaanku. Tak apa tak apa, aku sudah biasa.
Normal POV
Merasa sapaannya dihiraukan, Sakura pun segera duduk dimeja makan untuk memulai sarapan paginya, ia duduk tepat berhadapan dengan Sasori. Sarapan pun berjalan dengan hening karena tidak ada yang mau memulai pembicaraan.
"aku selesai." Setelah mengucapkan itu Sasori pun berdiri hendak melangkah pergi dari ruang makan.
"tunggu—" jeda sejenak, "ehm, Sasori-nii tau kan besok aku akan pulang ke Jepang ? jadi aku—"
"jika kau meminta aku untuk mengantarmu ke bandara maaf saja aku tidak bisa, ah tidak-tidak lagipula aku tidak mau." Belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, Sasori sudah memotongnya seolah tau apa yang akan Sakura katakan.
"tapi aku—"
"dan lagipula aku tidak pernah memintamu untuk datang kesini kan ? kau datang sendiri jadi kau pulang saja sendiri !" setelah selesai dengan kalimatnya Sasori pun berlalu meninggalkan Sakura yang hanya diam menundukkan kepalanya.
"kenapa selalu begini ? kenapa kau selalu mengacuhkanku nii-chan ?" gumamnya lirih tapi cukup terdengar oleh Margaret yang sedang merapikan piring bekas Sasori.
"nona baik-baik saja ?" tanya Margaret pada Sakura yang masih menundukkan kepalanya.
"aku baik-baik saja , tidak apa-apa, aku kekamar dulu membereskan barang-barangku untuk pulang besok." Ujar Sakura seraya mendongak dan tersenyum pada Margaret.
"baiklah , mau ku bantu nona ?"
"tidak, tidak usah aku saja. Lagi pula hanya sedikit. Aku keatas dulu !" jawab Sakura sambil berdiri dan berlalu dari ruang makan meninggalkan Margaret yang masih terdiam memperhatikan Sakura diruang makan.
"semoga suatu saat semuanya membaik."
Sakura POV
Aku berjalan kembali menuju kamarku dilantai 2, sedikit berlari kecil saat menaiki anak tangga. Setelah sampai diatas aku langsung masuk dan menutup pintu kamarku. Aku tidak bisa menahannya lagi, aku benar-benar ingin menangis dari tadi, dan beginilah aku sekarang. Duduk sambil menekukkan kedua lututku dan memeluknya, menenggelamkan kedua wajahku diantara kedua lututku itu danmenjadikan daun pintu sebagai sandaran tubuhku yang kurasa melemas.
"kenapa ? apa salahku ? kapan aku mendapatkan perhatianmu nii-chan ? apa yang harus aku lakukan ?" gumamku entah pada siapa, mungkin untuk diriku sendiri.
Kurasa aku menangis cukup lama dan tertidur disana dengan posisi tadi. Rasanya tengkukku benar-benar pegal, aku pun berdiri beranjak dari sana. Kududukkan tubuhku disisi ranjang dn tanganku bergerak mengambil sesuatu dari dalam lemari kecil yang terletak disisi ranjang queen size ku.
Kuambil buku itu , kubuka dan aku mulai menuiskan sesuatu disana, sesuatu yang aku rasakan hari ini. Bisa kalian tebak buku apa itu ? ya diary.
Mereka bilang aku sempurna, aku begitu dipuja karena ke'sempurna'anku ini, aku cantik, aku pintar, aku kaya, aku begitu dimanja, dan apapun yang ku mau akan terwujud dengan sekali jentikan jari. Aku sombong, aku selalu menganggap rendah orang disekitarku, toh aku memang lebih baik dari mereka. Aku pembuat onar, dan aku selalu ingin dinomor satukan diantara yang lainnya, tanpa mereka ketahui busuknya diriku dibalik kesempurnaanku, tanpa mereka ketahui kenapa aku melakukan semua itu.
Aku sendiri, aku selalu sendiri, aku tidak punya teman yang benar-benar tulus mengerti aku, aku tau mereka membenciku.
Aku begitu dibenci, bahkan oleh saudara kandungku sendiri.
Nii-chanku
Dialah yang lebih pantas dibilang sempurna dibanding aku, dia tampan, dia pintar, dia berbakat dia begitu disayangi, dan dia juga pasti sangat disayangi ibuku, dia bisa merasakan bagaimana di belai, dipeluk, dicium, dirawat saat sakit. Sedangkan aku ? bahkan saat aku sakitpun tidak mengkhawatirkanku, tidak mencemaskan ku. Kau tau siapa yang mencemaskanku saat aku sakit ? para pelayan.
Tapi masih bisakah aku mengharapkan bahagia dan kasih sayang dari nii-chan sementara akulah perenggut kebahagiaannya ?
Ibuku meninggal saat aku dilahirkan.
Ayahku menyusul ibuku saat aku berumur 6 tahun, ayahku terkena serangan jantung saat mengetahui aku diculik dan mengalami kecelakaan.
Itu semua terjadi karena aku, tapi apa itu salahku ? apa itu mauku ?
Nii-chan, hanya kau satu-satunya yang kupunya. Aku sering iri jika melihat sepasang kakak adik yang bisa begitu akrab sedangkan aku berjalan sendirian dijalan yang panjang dan gelap.
Aku juga ingin merasakan seperti itu, aku ingin kau menyayangiku, aku ingin kau mengkhawatirkan aku saat aku sakit, aku ingin kau mengobati lukaku saat aku berlari dan terjatuh, aku ingin kau bertanya 'kau mau kemana ?' saat aku melangkah keluar rumah.
Bisakah aku mendapatkan semua itu ? bisakah ?
'BRAK'
Aku terkejut begitu mendengar suara pintu dibanting, sepertinya pintu kamar sebelah , kamar Sasori-nii. Mungkin dia sudah pulang kuliah. Kuedarkan pandanganku mencari sesuatu yang bisa menunjukkan waktu, oh astaga jam 4 sore ? berapa jam aku tertidur tadi ? lama sekali, pantas Sasori-nii sudah kembali dari kuliahnya.
Kututup bukuku , memasukkannya kembali kedalam lemari kecil, setelah merapikan penampilanku yang berantakan aku keluar dari kamarku, saat aku berjalan melawati kamar Sasori-nii aku berhenti dan memandang pintu kamar itu sejenak lalu kembali berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
"selamat sore nona." Sapa Margaret padaku saat dia melihatku muncul di ruang tamu, sepertinya dia sedang memasak menyiapkan makan malam. Ruang makan disini memang menyatu dengan dapur, hanya dibatasi sekat saja, jadi aku bisa melihat apa yang sedang dia lakukan.
"sore, kau sedang menyiapkan makan malam ? aku bantu ya."
"tidak usah nona." Jwabnya sambil tersenyum kearahku.
"tak ada penolakan. Oh ya kenapa tidak membangunkanku ? aku tertidur dari tadi , sepertinya malam ini aku akan tidur larut malam lagi." Ucapku sambil mengembungkan pipi membuat tampang kesal.
"saya tidak mau mengganggu nona, saya takut nona kelelahan karena membereskan barang."
"haaahh yasudah, kau sedang membuat apa ? aku mau ikut." Ujarku dengan semangat.
Dan aku menghabiskan satu jam untuk menyiapkan makan malam , setelah selesai aku berlari kecil kelantai atas manuju kamar Sasori-nii untuk mengajaknya makan malam.
'tok...tok...tok..'
"Sasori-nii makan malam sudah siap." Seruku , tapi tidak ada jawaban
'tok..tok..to..'
"nii-chan kau dengar aku ? makan malam sudah siap, ayo kita makan ."
"nii-chaaan, onii-chaan ? "
Karena tidak ada jawaban darinya, aku memautuskan untuk membuka pintu kamarnya, mungkin nii-chan tertidur. Ternyata pintunya tidak dikunci, langsung saja aku masuk dan benar dugaanku nii-chan tertidur dimeja belajarnya , didepan laptopnya yang masih menyala. Seketika pandanganku melembut, maksud ingin membangunkannya aku malah tersandung entah apa, dengan refleks tanganku mencari sesuatu yang dapat menahanku agar tidak terjatuh. Dan ...
'PRAAK'
Aku jatuh tersungkur dilantai dan menimbulkan suara yang cukup keras, untung aku tidak menubruk nii-chan ku. Lalu kulayangkan pandanganku kedepan dan seketika mataku membulat saat melihat benda apa yang jatuh karena gerak refleks tanganku tadi.
"oh tidak."
Aku menjatuhkan laptop Sasori-nii yang masih menyala tadi hingga hancur berkeping-keping. Dan yang selanjutnya akan terjadi, aku benar-benar tidak mau mengetahuinya.
"engh, Sakura ? apa yang kulakukan ?" seketika ku alihkan pandanganku ke sumber suara. Suara Sasori-nii yang sedikit parau efek bangun tidur, sepertinya dia belum sadar dengan apa yang terjadi.
"sedang apa kau disi—" oh kami-sama kumohon hentikanlah waktu, aku tidak ingin mendengar apa yang akan nii-chan katakan padaku selanjutnya. Kulihat dia begitu terkejut melihat apa yang sudah aku lakukan, matanya membulat sempurna.
"berdiri kau." Suara itu , suara yang tenang, namun terdengar dingin dan mengerikan. Aku pun berdiri dari posisi terjatuhku tadi.
"nii-chan aku—"
'PLAK'
Panas, pipiku benar-benar terasa panas. Dan kurasakan bau anyir menyeruak dari bibirku, sepertinya sudut bibirku berdarah.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA LAPTOPKU BODOH ?"
"a..aku..aku hanya-"
"hanya apa eh ? lihat kau menghancurkannya !" teriaknya lagi sambil menjambak sedikit rambutku, mengarahkan kepalaku pada objek yang dimaksudnya.
"maafkan aku nii-chan , aku..aku akan hiks menggantikannya aku janji hiks."
Dilepaskannya rambutku yang tadi dijambaknya, dan kini Sasori-nii menatapku dengan tajam.
"menggantikan eh ? kau punya uang ? setahuku kau hanya bisa menyusahkan !"
"..."
"kau tau apa yang ada didalamnya ? proyekku ! proyek keluarga !"
"..."
"sekarang apa yang bisa kau gantikan hah ? kau bahkan tidak bisa apa-apa !—" tanganku meraih baju bagian dadaku dan mencengkramnya. Rasanya hatiku sakit.
"...sampai kapan kau terus menghantui hidupku ? membuatku merasakan sialnya ? menyusahkanku hah ? sampai kapan ?"
"..."
"pembunuh."
DEG
Mataku membulat mendengarnya mengucapkan kata itu, kulayangkan pandangan padanya. Hatiku benar-benar sakit sekarang, rasanya aku marah sekarang. Tapi lidahku juga kelu. 'apa itu salahku eh ?'
"ti-tidak , kumohon jangan katakan itu."
"mau menyangkal eh ? kalau bukan karena melahirkanmu ibuku takkan meninggal, kalau bukan karena memikirkanmu ayahku tidak akan tiba-tiba terkena serangan jantung ! tak sadarkah kau dari kau lahirpun kau itu membawa bencana bagi kami ! semua baik-baik saja sebelum kau lahir, dan semua menjadi neraka setelah kau lahir !"
Air mataku semakin turun dengan derasnya, tapi tangisku tidak seperti tadi. Sekarang aku menangis dalam diam, aku merasa pikiranku sedikit kosong.
"lalu apa yang harus aku lakukan ? apa yang harus kugantikan untukmu dari yang kurenggut nii-chan ?"
"cih, apa yang bisa kau lakukan ? kau bahkan tidak ber—"
"LALU APA YANG HARUS KULAKUKAN ? BERHENTI MENYALAHKANKU DAN KATAKAN APA YANG KAU MAU ?" teriakku, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi sekarang, sekilas kulihat dia terkejut aku teriak dihadapannya. Ini pertama kalinya aku meneriakinya.
"sudah berani meneriakiku eh ?" ucapnya tenang.
"..."
"dengarkan aku baik-baik imoutoku." Suaranya melembut dan tangannya bergerak membelai rambutku.
"keluar dari kamarku sekarang, pergi dari hadapanku, dan enyahlah dari hidupku. Karena aku begitu membencimu !"
DEG
'kami-sama'
"baik, jika itu yang kau inginkan. Jika kau memang ingin aku benar-benar pergi—"
'BRAK'
Aku berlari keluar kamar nii-chan menuju kamarku, sedikit membanting pintu dan mengunci pintu kamarku dari dalam. Menangis, ya lagi-lagi hanya itu yang bisa kulakukan.
Tidak. Sudah cukup Sakura kau tidak boleh seperti ini terus.
Normal POV
Sakura berjalan menuju lemari pakaiannya yang terletak di depan ranjang queen sizenya, membuka pintunya dan mengeluarkan baju-baju nya yang tersusun rapi didalam lemari secara brutal, lalu mengeluarkan kopernya darisana. Tanpa memedulikan lagi bentuk bajunya yang sudah acak-acakan, Sakura memasukkan semua bajunya kedalam koper secara asal dan menutupnya paksa.
Dengan wajah yang acak-acakan khas wajah orang yang habis menangis gadis itu mengambil smartphonenya yang ada di balik bantal lalu menghubungi seseorang yang ada di kontak dengan gusar dengan tangan yang gemetar.
"Hallo ayame-san."
"..."
"Bisakah kau pesankan tiket penerbangan ke Jepang untuk malam ini ?"
"..."
"Kumohon aku tidk bisa menundanya sampai besok pagi !"
"..."
"Demi tuhan Ayame-san lakukan saja yang kuperintah atau kau kupecat , mengerti !"
Setelah menutup teleponnya secara sepihak Sakura mendudukan dirinya disisi ranjang sambil mengusap wajahnya. Tak lama dia mendengar suara deru mobil dari bawah sana, Sakura berdiri mengahmpiri jendela dan melihat keluar 'nii-chan gomen-ne aku tak akan menyusahkanmu lagi, aku janji'
Drrt...Drrt
"Hallo."
'nona, tiketnya sudah saya dapatkan. Sekarang saya akan menyuruh orang untuk mengantar anda ke bandara. Dan sesampainya di Jepang Yamada akan menjemput anda'
"Baiklah, terimakasih."
Pip
Sasori POV
Haaah pagi yang cerah. Setelah kepenatanku semalam karna ulah Sakura aku pergi menemui temanku yang ahli dibidang IT berharap dia bisa 'menyembuhkan' laptopku yang sekarat. Bukan, bukan karna aku tak sanggup beli, hey aku ini orang kaya aku bisa membeli sepuluh laptop yang sama. Tapi hal yang ada di dalamnya yang tak bisa kubeli tentu saja.
Kulangkahkan kaki ku keluar kamar, sejenak kupandangi pintu kamar Sakura yang terletak disebelah kamarku. Dia akan pulang hari ini, cih siapa peduli sebenarnya aku free hari ini tapi aku menolak untuk mengantarnya karen memandang wajahya terlalu lama selalu membuat dadaku sesak, wajahya mengingatkan ku pada... akh sudahlah. Kulanjutkan langkahku menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan tentu saja.
Normal POV
"Si pemalas itu belum bangun eh ?" Ucap Sasori pada Margaret, pelayannya itu sedang menata makanan untuk sarapan tuannya. Namun yang ditanya tidak menjawab malah menghentikan aktivitasnya dan menundukkan wajahnya.
"Bangunkan dia, aku ingin dia cepat-cepat pergi dari sini !"
"..."
"Kau tidak dengar, Margaret cepat panggil dia."
"Maaf tuan, tapi nona sakura su – "
Getaran handphone milik Sasori menghentikan ucapan Margaret. Dengan tenang sasori mengangkat handphonenya.
"Moshi-moshi , ada apa Ayame ?" Sasori seketika membeku mendengar jawaban dari lawan bicaranya di seberang sana.
"Kau bercanda ? Bagaimana bisa ? dia bahkan belum bangun." matanya membulat dan menutup sambungan telepon secara sepihak, tanpa menunggu aba-aba lagi dia berlari ke lantai atas menuju kamar Sakura diikuti oleh Margaret dibelakangnya.
Rapih, itu kesan pertama yang Sasori tangkap melalui ekor matanya saat membuka kamar adik semata wayangya itu. Adik eh ?
'Maaf mengganggu pagi anda tuan, tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan. Ini mengenai Sakura-sama tuan, Sakura-sama menghilang.'
Dengan gusar Sasori menghubungi Yamato asisten pribadinya yang sudah menjadi kepercayaan keluarganya sedari dulu.
"Hallo, siapkan pesawat jet ku sekarang juga. Aku akan ke Jepang pagi ini !"
Dengan gusar Sasori menyiapkan semua keperluannya dibantu oleh Margaret. Pikirannya hanya satu saat ini bahwa dia harus sampai di Jepang secepatnya.
'aku menyayangimu nii-chan, selalu'
.
.
.
.
.
to be continue
Hallo aku author baru disini, ini cerita pertamaku yang bener-bener asli hasil pemikiranku sendiri, kalo ada kesamaan cerita mohon maaf tapi asli lah ini ideku =)) oh ya itu bahasa jerman yang ada di chap ini terjemahinnya sendiri aja ya itung-itung beajar kan ehehe *bilang aja males ngetik*
RnR please thank u
