WARNING! OOC, TYPO, AUTHOR GAK JELAS, DLL.

Apabila ada kesamaan nama tempat dan orang, itu tidak ada hubungannya.

.

.

.

Chapter 1

Cerah meliputi kota Kyoto ketika matahari mulai menampakkan keperkasaannya. Bias nya merata, menyelimuti kota, termasuk menelusup ke balik tirai-tirai jendela apato yang terbuka sebagian. Didapur apato itu, Yuhi Maeda asyik menggasakkan sabun cuci keperalatan makannya. Ia barusaja selesai makan bersama sang ayah.

"Semangat untuk hari pertamamu di sekolah barumu ya, Yuhi." Bariton berat lelaki berusia 40tahun itu terdengar bersemangat. Kemudian sang ayah yang sedang memakai kaos kaki lalu sepatu, segera bergegas keluar rumah untung berangkat. Tidak lupa mengenakan mantel dan menjinjing koper ditangan kanan.

Yuhi diam saja, tidaklah menjawab perkataan sang ayah barang sepatahkata pun. Fokus mencuci bersih peralatan makan dan meletakkannya di rak piring seraya mematikan keran air.

"Ayah berangkat dulu."

Ayah Yuhi berpamitan dan meninggalkan Apato mereka.

"Ya, ayah." Bisik Yuhi, pelan.

Setelah semuanya beres, Yuhi segera bersiap-siap. Memakai kaos kaki, sepatu dan membawa tasnya. Ia mengenakan seragam sekolah barunya. Gadis berpupil coklat dengan rambut panjang berwarna sebahu itu berangkat menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Karena sekolah baru Yuhi yang sekarang ini dekat, maka Yuhi hanya cukup berjalan kaki saja, mumpung sehat.

.

.

.

Yuhi sudah sampai di sekolah barunya SMA Rakuzan. Gadis itu mengerjap sekali, terlihat acuh kala menginjakkan kaki di sekolah elit itu. Padahal di halaman depan sekolah tampak sedang ramai sekali karena dikelilingi oleh sebagian besar murid di sekolah, dan banyak dari mereka yang sedang mempromosikan kegiatan klub.

Ada banyak murid tahun ajaran baru kelas 1 di sekolah ini. Dan sepertinya hanya Yuhi saja murid baru yang merupakan kelas 2.

.

.

.

"Hari ini kita kedatangan murid baru. Namae wa Maeda Yuhi."

Yuhi tidak bilang apa-apa. Dia hanya membungkuk di depan teman-temannya.

"Maeda, silahkan kamu duduk disana."

Guru sekaligus wali kelas di kelas 2-4 itu menunjukkan kursi untuk Yuhi. Gadis itu membungkuk sekali lagi pada sang guru, kemudian berjalan tanpa menoleh kearah orang-orang yang akan menjadi teman teman barunya. Tatapannya datar seperti biasa. Tidak menghiraukan bisik-bisik seisi kelas tentang betapa sombongnya gadis itu, karena memang dia hanyalah seorang pendiam dalam kehidupan sehari hari.

.

.

.

ketika sekolah usai, Yuhi tidaklah Ia langsung menuju ke rumah. Tapi, Ia mampir ke supermarket kecil dekat rumahnya. Yuhi bekerja sampingan di supermarket sebagai seorang pegawai kasir. Segera dia mengganti baju seragam sekolah menjadi seragam pegawai supermarket itu.

"Ara~ Yuhi-chan. Kita kedatangan barang baru. Tolong ditaruh disana, ya."

Kata salah satu pegawai itu kepada Yuhi.

"Eh? Ha-hai."

Yuhi mengiyakan perintahnya. Ia membawa sebuah kardus berisi produk dagangan ke tempat tujuan.

.

.

.

Hari sudah malam dan jam kerja Yuhi di supermarket telah selesai. Ia berjalan menelusuri jalan yang biasa dan lalu melewati sebuah jembatan beraspal.

Di pinggir jembatan itu, ada sesosok pemuda bersurai merah dengan tinggi sekitar 170cm keatas sedang menyaksikan pemandangan bulan purnama. Saat menyaksikan pemandangan itu, Pemuda itu membalikkan badannya, Ia sandarkan punggungnya di pengangan jembatan yang terbuat dari besi itu.

"Aaahh~"

Ia tarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya sambil menutup mata. Ia sedang merilekskan pikirannya.

Bang!

SPPLUUURRR!

Sebuah air memancur dari bawah keatas.

"Heh?"

Yuhi mendengar darimana sumber suara itu berasal.

Segera Ia melangkahkan kakinya ke pinggir jembatan, dan melihat ada sesosok pemuda sedang berenang-ralat-kecebur barusan dari atas jembatan yang dikarenakan lelaki itu menyandarkan punggungnya terlalu berlebihan. Pemuda itu terlalu banyak menelan dan menghirup air segar hingga masuk teredak dan masuk kedalam tubuhnya.

Yuhi mulai panik.

Ia segera menolong manusia yang barusan terjatuh ke dalam sungai itu. Ia mencari jalan dari jembatan, kemudian mengangkat roknya dari samping hingga menampakkan setengah betisnya.

Yuhi melangkahkan kakinya ke sungai dan merangkul si korban, tanpa peduli bila pakaian yang dikenakannya ikut basah.

Yuhi meniduri pemuda bersurai merah itu diatas rerumputan. Hmm...Sepertinya pemuda itu pingsan. Matanya tertutup seperti bidadara yang sedang tidur dengan tenang.

Yuhi memeres rambutnya yang basah kuyub.

"Bertahanlah. Aku akan menolongmu."

Yuhi meletakkan kedua tangannya diatas perut pemuda itu untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam tubuhnya. "Tolong, selamatkan orang ini."

Yuhi terus melakukannya. Ia pun membuat nafas buatan di dalam mulut sang pria. Setelah membuat nafas buatan, ia terus menekan perutnya dengan kedua tangannya , dan…

"UHUKK!"

Pemuda itu berhasil menyemburkan air sungai dari dalam mulutnya.

"Hahh, hahh, hahh."

Nafasnya terdesah setelah mengeluarkan banyak air dari perutnya, membuat Yuhi tersenyum lega setelah usaha yang dilakukannya telah berhasil dan telah menyelamatkan orang itu.

Pemuda yang sebenarnya adalah Akashi Seijuro membuka matanya perlahan-lahan. Ia melihat adanya sesosok gadis berambut coklat sebahu dengan mata kiri yang ditutup dengan eyepatch putih itu.

"Ano... Daijoubu.. desu ka?"

Gadis itu bertanya dengan nada yang lembut dan rendah.

"….Bidadari surga?"

Akashi bicara dalam hati mengenai gadis cantik yang ada di hadapannya itu.

Bidadari surga?

Setelah mereka saling bertatap-tatapan, Akashi membangunkan badannya dan duduk diatas tanah rerumputan.

"Ahhh~"

Ia menghembuskan nafasnya. Dan berusaha menyadari semuanya.

"Kau… menyelamatkan nyawaku…"

Akashi menengok ke arah Yuhi.

"Heh?"

Yuhi malah bingung sendiri.

Akashi memegang kedua pundak Yuhi.

"Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Kau sudah mempertahankan hidupku."

Yuhi malah makin bingung. Ia memang sudah menyelamatkan nyawanya. Tapi bingung sama tingkah laku pemuda yang ada dihadapannya ini.

"Aku banyak berhutang budi padamu."

Yuhi hanya terdiam.

Ia mendirikan kakinya, lalu membungkukkan badannya didepan Akashi sebagai salam hormat padanya.

"Senang bisa menolongmu."

. . . . .

Suasana hening. Hanya ada suara angin yang meniupi rumput-rumput dan dedadunan di pohon-pohon. Serta suara air sungai yang mengalir.

"Hitsureshimasu."

Yuhi menundukkan kepalanya. Kemudian Ia pergi meninggalkannya sambil membawa tas sekolahnya.

Akashi memandang gadis yang barusan Ia bilang Bidadari Surga itu dari kejauhan. Ia sadar bahwa seragam dan tas yang digunakannya itu sama dengan yang Ia kenakan sekarang ini.

"Seragam itu… Apa dia… murid baru?"

Tanya Akashi kepada dirinya sendiri. Jelas Ia belum pernah melihat gadis itu di sekolahnya sebelumnya. Tapi, Akashi sempat mendengar berita bahwa ada murid baru di kelas 2-4 di sekolahnya.

Akashi segera mendirikan kakinya. Ia tidak peduli dengan pakaiannya yang basah kuyub. Ia malah tersenyum kecil. Ia berjalan pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Pulang ke rumah megahnya dengan pakaian yang basah kuyub tanpa supir yang biasa mengantar-jemputnya.

.

.

.

Malam hari di apato yang ditinggali Yuhi.

Yuhi meletakkan sebuah pot masak diatas sebuah meja makannya, dan membuka tutupnya. Rupanya Ia barusan memasak Tsukiyaki.

"Tadaima."

Ayah Yuhi datang memasuki pintu rumah mereka. Ia membuka sepatu dan kaos kakinya dan meletakkan mantelnya di gantungan baju. Kopernya juga Ia letakkan di meja lemari. Lalu sang ayah langsung mampir ke dapur ketika mencium bau makanan, melihat beberapa makanan untuk makan malam sudah diletakkan diatas meja. Bahkan peralatannya pun sudah Yuhi siapkan sendiri. Benar-benar gadis yang rajin dan tak kenal lelah.

"Okaerinasai."

Yuhi menyambut kedatangan ayahnya.

"Aaaahh~"

Ayahnya Yuhi menarik kursi meja makan dan duduk di kursi itu.

"Melelahkan sekali di kantor. Apa kau kelelahan, Yuhi?" Tanya ayahnya Yuhi kepada anak kandungnya itu.

"….lumayan." Yuhi menjawab pelan ketika mendudukkan bokongnya di kursi meja makan.

Sang ayah tersenyum lalu melihat semua makan malam yang diletakkan di atas meja itu.

"Kau memasak Tsukiyaki malam ini. Kelihatannya enak sekali."

Ayahnya mengambil sumpit dan menjempitnya di tangannya.

"Jaa, Itadakimasu."

Tuan Maeda mengambil beberapa makanan seperti udang, jamur, dan sawi di dalam mangkuk. Lalu menaruh kuah dengan sendok di dalamnya.

Yuhi juga melakukan hal yang sama, namun sepertinya ayahnya menyantap hidangannya lebih dulu dibanding Yuhi.

"Bagaimana sekolah barumu, Yuhi?"

"… Biasa saja."

"Di sekolah barumu kamu bisa mendapat beasiswa, kan? Itu sekolah paling bagus di Kyoto."

"….."

"…Apa… kamu punya teman baru?"

"…. Tidak…."

Ayahnya terdiam. Ia mengalihkan tatapannya.

"Oh, ya, kamu bisa mencampurkannya kecap asin, bila kamu mau. Ayah suka makanan asin."

Kini ayahnya Yuhi mengalihkan pembicaraan.

Yuhi tidak bicara apa-apa. Dia tetap memakan Tsukiyaki itu perlahan-lahan.

.

.

.

"Tuan muda, kenapa nampak kelihatan basah kuyub seperti itu?" Tanya salah satu pelayannya yang penasaran melihat Akashi bisa bermandikan air sungai (basah kuyub) itu.

"Aku sehabis mengambil barang jatuh di sungai, dan kakiku tersandung batu di dalamnya." Jelas Akashi pelan. Akashi segera melangkahkan kakinya dan pergi ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Ia tidak mengenakan sehelai benang pun.

Akashi kini ingin belajar mandiri. Ia tidaklah meminta bantuan pelayannya untuk menyiapkan air untuk mandi. Justru dia menyiapkannya sendiri. Akashi menyalakan keran shower dan mandi dengan air hangat. Sambil berkhayal di kamar mandi, Ia masih terus membayangkan sesosok bidadari surga yang baru saja menyelamatkan nyawanya di sungai dekat jembatan tadi.

Selama ini, perempuan yang Ia cintai cuma ibunya. Ia tidak pernah memiliki rasa ketertarikan terhadap perempuan-perempuan diluar sana. Sampai suatu waktu, Ia bertemu dengan seorang 'bidadari surga' yang menyelamatkan nyawanya.

.

.

.

Selesai! Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin membuat fanfic yang menceritakan Akashi jatuh cinta kepada perempuan miskin karena perempuan miskin itu menyelamatkan nyawanya. Dan akhirnya kesampaiannya juga deh, hehehe.

Fanfic ini juga dibantu sama salah satu temanku. Maksud dibantunya itu dia yang merevisi dan memperbaiki beberapa struktur kalimat dan kata-katanya saja.

Btw, aku sedang mencari cerita atau film bertema gadis miskin dan pria kaya. Tapi susah ketemu yang pas buat fanfic-ku ini.

Sepertinya aku kebanyakkan curhat, oke, niatnya bakal lanjut di chapter 2, bye!