Cerita ini tidak murni dari kepala saya. Original cerita ini dari manga berjudul Hidoku Shinaide/Don't be so cruel (rated: explicit) tetapi karena baru pertama kali memposting lebih baik yang ringan-ringan dulu aja hehe~ dalam cerita ini banyak sekali yang BERUBAH. Dari nama sampai situasi sesuai kondisi termasuk adegan dewasanya^^ Jadi kalau teman2 pernah baca komiknya jangan heran yah~

"Kim Jonghyun siswa polos yang terjebak situasi dan Lai Kuanlin yang mengandalkan situasi tersebut untuk keuntungan pribadi.

Kim Jonghyun adalah murid kelas 2 yang bisa sekolah karena bantuan beasiswa penuh dan terancam tidak mendapatkannya tahun depan jika gagal dalam ujian percobaan yang terakhir. Lai Kuanlin murid malas nan kaya raya yang mendapatkan keuntungan besar karena melihat Jonghyun mencontek. Apa yang dia inginkan?"

p/s: italic: isi hati (?) / suara hati (?) | situasi sekolah terinspirasi dari drama School 2017

Dengan wajah tertunduk Jonghyun duduk menghadap sang wali kelas yang sedang mengevaluasi nilai dari ujian percobaannya yang sudah berlangsung tiga kali itu. Terlihat dari ekpresi sang wali kelas tidak menunjukkan kabar baik untuk Jonghyun.

"hmm..." wali kelas masih membolak-balik hasil ujian Jonghyun lalu membuka kaca matanya.

"Jika terus begini, tahun depan kau bisa keluar dari penerima beasiswa Jonghyun-ah"

'Ya Tuhan jangan...'

"Apa ada yang mengganggu mu di sekolah?" mendengar itu Jonghyun langsung melihat pada wali kelasnya dan menggelengkan kepalanya. Iya, Jonghyun bukan siswa yang suka dibully. Sekolah itu hanya untuk anak laki-laki dan dia berada diperingkat pertama untuk murid pria yang ingin diajak berkencan.

Jonghyun masih diam dengan wajah kembali tertunduk. Lelah dengan sikap siswanya yang sangat introvert itu, sang wali kelas pun hanya bisa memberinya saran dan semangat.

"Bapak tidak tahu apa yang mengganggu konsentrasi belajar mu tapi yang jelas kau harus berusaha agar nilai ujian percobaan terakhir mu meningkat sebelum ujian semeseter nanti" setelah wali kelasnya selesai bicara Jonghyun berdiri dan membungkuk memberi salam dan saat berbalik wajahnya bertubrukan dengan dada bidang sesorang.

Jonghyun sedikit terhuyung tapi dia masih bisa mengendalikannya dan setelah berdiri tegak dia melihat siapa pria itu dan tidak kenal. Jelas saja tidak kenal, ruang lingkup pertemanannya sebatas kelas dan perpustakaan lalu pulang. Jonghyun tidak begitu perduli dengan anak laki-laki itu, dia melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang guru.

"Kuanlin-ah..."Jonghyun masih bisa mendengar sang wali kelas nya menyebutkan nama anak itu.

'Kuanlin...'

"Jika terus begini bagimana bisa masuk universitas?" kali ini sang guru berhadapan dengan anak super kaya yang tidak takut apapun bahkan tidak punya niat kuliah. Bukan, dia sangat mandiri, hanya tidak suka dengan kehidupannya yang terlahir kaya raya tapi kesepian.

"memangnya kalau tidak kuliah dunia akan runtuh, saem?" dengan menyenderkan punggungnya dan menatap langit-langit ruangan Kuanlin bicara dengan santai. Sang guru hanya bisa menghela nafas panjang, dia melihat Kuanlin orang yang potensial jika dia mau membuka hatinya. Tidak banyak pembicaraan yang terjadi antara mereka dan Kuanlin pun juga meninggalkan ruang guru.

Kuanlin benar-benar malas jika sudah mengenai ujian. Pergi ke sekolah hanyalah formalitas syarat bisa bekerja, ya, semua pekerjaan layak minimal harus punya ijazah jika tidak yah seperti dia saat ini sebagai waitress coffee shop dan partimer pula. Saat keluar dari ruangan Kuanlin melihat anak laki-laki yang menabraknya, ya itu Jonghyun yang sedang berdiri menatap nanar tembok yang polos itu. Kuanlin mendekatinya dan berdiri sejajar dibelakangnya, dia memperhatikan Jonghyun dari ujung kepala sampai kaki lalu ikut menatap tembok tersebut.

"Apakah aku melewatkan sesuatu yang indah ditembok ini?" Kuanlin menundukkan tubuhnya dan bicara tepat ditelinga Jonghyun.

'Mengagetkan saja...' Jonghyun hanya bisa memejamkan matanya dan memegangi dada kirinya merasakan jantungnya apakah itu masih berfungsi? Jonghyun membalikkan tubuhnya dan lagi-lagi ia menabrak dada bidang tersebut namun kali ini sedikit lebih sakit karena itu sangat dekat, seluruh wajahnya menempel.

Jonghyun mundur beberapa langkah kebalakang dan mendongak kan kepalanya agar bisa melihat wajah anak itu dengan jelas. Ya, perbedaan tinggi yang cukup, tidak, sangat terlihat membuatnya terintimidasi jadi Jonghyun hanya menatapnya dengan diam dan berlalu. Ya, pergi meninggalkan Kuanlin dengan helaan nafas singkat.

"Interesteing..." kata yang dikeluarkan pria Taiwan ini dan masih melihat punggung pria Gangwon-Do itu menjauh.

Satu Minggu Berlalu Dan Hari Penentuan Jonghyun Tiba

Hari ini adalah hari terakhir ujian percobaan para siswa kelas dua agar bisa mengikuti ujian semester. Para siswa dari kelas unggulan sampai yang tidak bisa disebut kelas pun mengikutinya. Banyak siswa yang stress karena bingung menentukan universitas dan ada pula yang takut tidak bisa kuliah karena evaluasi dirinya yang menurun serta nilai minus yang semakin menumpuk. Karena semua itu, banyak murid yang melakukan cara pintas. Sebagian orang tua dari mereka yang punya uang 'menyewa' para konsultan pendidikan untuk membuat evaluasi diri yang baik bagi anak mereka, sebagian lagi berbuat curang, sebagian lagi ada yang menyerah dan tentu saja masih ada yang berjuang dengan hasil keringatnya sendiri.

Hari ini Jonghyun harus menentukan dimanakah dia berada? Apakah dia sebagian dari anak yang mengandalkan orang tua? Mungkinkah? memilih berbuat curang? Atau membuktikan dirinya mampu berdiri dengan kakinya sendiri? hanya dia dan Tuhan yang tahu soal itu.

Semua murid sudah duduk ditempatnya dan ujianpun segera dimulai. Setelah wali kelas membagikan soal dan lembar jawaban, semua murid mulai bekerja dan mengerjakan soalnya satu per satu. Terlihat semuanya sangat serius dan berhati-hati. Namun, salah satu murid terlihat sangat frustasi dan tidak nyaman dikursinya, Kim Jonghyun. Sesaat setelah ujian dimulai dia terlihat gelisah melihat kebawah, kearah lokernya. Ya, disana ada selembar kertas yang hampir 80% semua jawaban soal ujian ini ada disana. Hati dan otaknya bergumul apakah dia harus membuka kertas itu atau tidak. Otaknya berfikir dia harus bertahan dengan menjadi penerima beasiswa tetapi hatinya merasa ini bukan jalan yang benar. Setelah lama berfikir, pertarungan sengit antara otak dan hati dimenangkan oleh kedudukan tertinggi di organ tubuh manusia, ya OTAK. Jonghyun akhirnya melihat kertas itu.

Dikelas lain, dengan ujian yang sama, seorang murid sudah selesai dan meninggalkan bangkunya. Sang wali kelas yang sudah menyerah dengan ini hanya bisa menggelengkan kepalanya dan membiarkan dia pergi. Saat keluar dari kelas ia bertemu satu-satunya guru yang peduli pada masa depannya tidak seperti wali kelasnya sendiri.

"Kuanlin-ah, kau sudah selesai?" dengan senyum yang selalu terlihat indah.

"Hanya melihat mana jawaban yang ku suka saja" seperti biasa menanggapinya dengan santai tapi masih menghargainya. Sang guru hanya bisa menggaruk dahinya dan menepuk bahu muridnya itu.

"Baiklah. Apapun itu bapak selalu berharap yang terbaik untuk mu Kuanlin" dan hanya dibalas dengan senyuman kecil lalu muridnya itu pergi melanjutkan langkah kakinya.

Kuanlin benar-benar bosan dengan keadaan sekolah yang sangat sepi ini. Lorong sekolah, kantin bahkan taman belakang yang sering dijakikan anak-anak malas untuk merokok saja pasti sepi. Karena terlalu bosan, dia pun berencana untuk melihat-melihat kelas lain yang juga sedang ujian dan saat sampai dikelas 11-B lokal ke 2 tempatnya murid-murid pintar nan rajin berkumpul. Kuanlin melihat pria kecil yang duduk dipojok kelas sedang mengeluarkan kertas dari lokernya. Sangat kecil, itu yang fikirkan Kuanlin.

'Apa dia bisa melihat itu? dasar bodoh'

Menarik perhatiannya, dia pun membatalkan tour sekolahnya itu dengan berdiri didepan pintu dan bersandarkan tembok. Kuanlin tidak lelah melihat Jonghyun, ya, murid yang bertemu dengannya di ruang guru. Satu jam usai, para murid pun mulai meninggalkan kelas termasuk Jonghyun. Kuanlin? Lima belas menit sebelum selesai dia sudah pergi, dia bukan orang yang terburu-buru apalagi untuk menangkap pria polos seperti Jonghyun. Sementara itu, Jonghyun terus mengutuk dirinya yang berbuat curang dan tidak mempehatikan langkahnya.

Saat dia mencium bau asap rokok barulah dia sadar kalau dia menuju kandang singa, jika terus melangkah bisa-bisa dia pulang pagi. Jelas dia mendengar rumor bahwa dia ada diperingkat 1 untuk bottom paling diminati saat ini. Namun, sepertinya pepatah 'keluar dari mulut harimau, masuk lubang buaya' sedang menimpa Jonghyun. Untuk ketiga kalinya dia menabrak dada bidang seseorang dan masih juga orang yang sama, Lai Kuanlin.

"Kim Jonghyun..." Kuanlin merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Jonghyun—yang masih mengelus dahinya.

"Si pencontek dari kelas B?" Jonghyun berhenti mengelus dahinya dan mendongak agar bisa melihat Kuanlin dan wajah mereka sangat dekat sampai hidung keduanya menempel. Refleks, Jonghyun memundurkan wajahnya dengan tatapan tidak percaya bahwa ada sesorang yang melihatnya mencontek. Lututnya saat ini benar-benar lemas, rasanya dia ingin jatuh dan menangis tapi dia lebih ingin pergi dari hadapan anak itu.

Jonghyun bingung, dia harus ke arah mana? Jika dia berbalik arah, murid laki-laki yang ada diujung lorong tidak akan melepaskannya tapi jika dia mealnjutkan jalannya dia bahkan tidak sanggup untuk melewati Kuanlin.

Kuanlin masih menatap Jonghyun yang gelisah, akhirnya dia memberi jalan agar dia bisa lewat dan saat Jonghyun melewati pria yang lebih tinggi darinya itu—Kuanlin berbisik "Ayo membuat kesepakatan?" sambil tersenyum lebar dan sangat menyebalkan bagi Jonhyun.

Mereka berdua kembali berhadapan dan Jonghyun menatapnya kesal sekaligus takut. Bagaimana kalau dia mengadu?

"Kesepakatan apa?" tanya Jonghyun datar.

"Baiklah, aku juga tidak suka basa-basi..." Kuanlin sedikit memberi jeda pada kalimatnya dan menatap Jonghyun—lagi dari helai rambut sampai ujung sepatunya lalu kembali ke atas. Jonghyun yang melihat itu mengikuti geraka kepala Kuanlin lalu akhirnya mata mereka bertemu dan membuatnya terkejut.

"Bercinta denganku!" dan lagi-lagi dengan senyum yang menyebalkannya itu. Jonghyun terkejut dan bola matanya seakan ingin melompat dari tempatnya. Saat mendengarkan itu rasanya ingin memukul wajah Kuanlin dengan apapun itu, jika bisa dia ingin mencopotkan daun pintu dan memukul wajah mulus pria Taiwan itu.

"Apa kau gila? Aku tidak akan mau!" Jonghyun memilih berbalik arah

"Well, tidak masalah. Pergilah lewat sana, layani mereka yang nafsunya lebih besar dari pada aku" kali ini sedikit tertawa dan mengeluarkan suara pula sehingga Jonghyun yang mendegarnya merasa frustasi seakaan dia sedang diejek olehnya dan sepertinya memang begitu. Jonghyun berbalik dan menatap Kuanlin lagi. Dia melewati Kuanlin dan pergi namun masih bisa mendengar dengan jelas ucapan Kuanlin.

"Aku tidak menyuruh mu membuka celana sekarang tapi fikirkan lagi. Dalam dua hari kita akan bertemu disini, jika tidak datang aku yang akan menentukan nasibmu selanjutnya..." Kuanlin terus berbicara meskipun Jonghyun semakin jauh. Ya, dari awal dia tidak terburu-buru karena dia tahu bagaimana hasilnya. Pria yang mementingkan reputasi dan nama baik akan mudah bertekuk lutut saat dalam keadaan terhimpit.

Kuanlin melanjutkan langkahnya dengan ringan untuk bertemu teman-temannya dengan senyuman dan tawa kecil kemenangan yang masih menempel diwajahnya.

Sementara disisi lain, seseorang pulang dengan kepala tertunduk dan mata yang basah. Selama perjalanan pulang dia terus menangis harus berbuat apa? Saat sampai didepan rumah dan kamar nyamannya, Jonghyun terus berfikir keputusan apa yang dia harus pilih. Menyerah pada Kuanlin atau merelakan posisi beasiswanya demi gengsinya?

WELL INI SINGKAT TAPI BUAT PUSING JUGA HAHA! Gue tau ini CRACK SHIP banget yah tapi berharap ada yang baca hehe~ anyw kalo responnya bagus bakalan gue cepetin posting chapter selanjutnya and... gue bakal mendeskripsikan sosok Nemugasa dan Maya yang menurut gue Kuanlin-Jr cocok banget ke mereka ^^ Thank you guys~

Notes:

Alasan memilih Kim Jonghyun dan Lai Kuanlin? KARENA MOMEN MEREKA SELAMA FEAR!

Jonghyun: sebenarnya dia ga kalem cuma selama di pd101 dia nunjukin sikap introvertnya dan ini cocok banget sama karakter Nemugasa.
Lai Kuanlin: POKOKNYA DIA COCOK BANGET JADI MAYA! UDAH ITU AJA!