文豪ストレイドッグス Bungou Stray Dogs (c) Asagiri Kafka & Harukawa Sango
( Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fiksi ini )
Warning: Typo, OOC, DLDR! Niat bikin hurt tapi ga ada hurtnya sama sekali
BTS HYYH Note (inspired) X Nakajima Atsushi (BSD)
.
.
Nakajima Atsushi, 18 Tahun, 15 Mei.
Aku sudah memutuskan untuk mengunjungi makam orang itu hari ini, tepat dihari ke-seratus. Aku harus berhenti membohongi diriku sendiri bahwa aku merasa bahagia karena akhirnya orang jahat itu mati. Aku harus berhenti membohong diriku sendiri bahwa tidak terjadi apa-apa disana. Dengan tekad seadanya, aku sudah menempatkan diri duduk disalah satu halte bus dengan tujuan pemakaman kota.
Selang beberapa waktu, Akutagawa datang dan dia duduk dibangku paling ujung. Sejujurnya aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Dia tidak menggunakan jubahnya kali ini, hanya pakaian casual dengan balutan jaket hitam, entah dia sedang menyamar atau apa, aku tidak peduli. Selama dia tidak menyerangku, aku akan diam.
Setelah mengamati bus ketiga pergi, aku memberanikan diri bertanya apa yang Akutagawa tunggu dan dia menjawab kalau itu bukan urusanku. Baiklah, aku sudah menduga dia akan menjawab semacam itu. Tapi tetap saja, kehadirannya itu mencurigakan. Lalu Akutagawa bertanya balik padaku. Untuk pertama kalinya kami berbicara layaknya orang normal, biasanya jika tidak adu argumen, secara terang-terangan Akutagawa akan melakukan penyerangan padaku.
Beberapa menit berangsur lambat dan aku belum menjawab pertanyaan Akutagawa. Suaraku mendadak tercekat. Aku menundukan kepala, kemudian menendang kerikil dihadapanku. Sejujurnya aku takut jika aku akan bertemu dengan sesuatu yang tidak bisa aku tahan nanti. Untukku, ini lebih mengerikan daripada saat aku bertarung dengan Akutagawa di kapal atau ketika aku melawan Fiztgerald di Moby Dick.
Aku melirik sekilas pada Akutagawa, dia masih disana. Duduk bersadar dan memainkan ponselnya. Kalau boleh jujur, aku iri dengan Akutagawa yang sepertinya tidak memiliki hal-hal yang harus ia khawatirkan, dia juga terlihat tidak memiliki beban apapun dipunggugnya. Setidaknya itu yang aku pikirkan tentangnya.
Bus keempat datang dan pintu terbuka. Menampilkan seorang supir paruh baya berwajah datar. Dia melihat kearah kami secara bergantian.
"Hei nak, mau ikut tidak?"
Aku menoleh pada Akutagawa dan tanpa sadar aku berkata,
.
.
"Akutagawa, bisa kau ikut denganku?"
.
Ingatan itu kembali, tentang bagaimana teman-temanku memperlakukanku saat aku berada dipanti asuhan. Tidak. Aku rasa mereka tidak pantas disebut sebagai teman.
Aku hanyalah sampah dimata mereka, cacian dan kekerasan fisik menjadi hal yang sudah biasa mereka berikan padaku. Aku ingat betul bagaimana mereka selalu menyudutkanku, dan menjadikanku sebagai kambing hitam agar mereka mendapatkan poin tambahan.
Aku juga ingat bagaimana mereka memotong rambutku secara paksa, kemudian mengarahkan korek api tepat didepan wajahku. Rasanya wajahku hampir terbakar saat itu. Kekerasan dan kebencian yang mereka tunjukan hanyalah sebagian kecil dari siksaan neraka dunia yang aku alami.
Masih lebih mengerikan lagi saat para petinggi panti asuhan yang menyiksaku, cara mereka memanggilku sampah, cara mereka memberikan hukuman padaku, mereka tidak pernah mendengarkanku meski aku berkata jujur.
Hal yang paling aku ingat adalah saat ketua panti asuhan itu nyaris membunuhku dua kali. Dia pernah mematahkan tulang rusukku, dia juga pernah membanting kepalaku dilantai. Dia terus memberikan luka baru disaat luka lama tak kunjung sembuh.
'Dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh orang tuamu saat bayi, ini bukanlah apa-apa.'
Benar, itu tidak ada apa-apanya. Itu tidak menyakitkan, itu tidak sakit. Ini bukan luka yang parah.
Aku... baik-baik saja.
Puk
Sebuah tepukan lembut menarikku kembali dari alam bawah sadar. Aku membuka kedua mataku, harusnya aku berdoa untuknya. Tapi yang aku lakukan hanya membakar dupa lalu menangkupkan tangan didepan dada dan mengingat potongan masa laluku yang mengerikan itu.
Menyedihkan.
"Sudah selesai melamunnya?" Akutagawa bertanya dengan nada jengah, sepertinya dia bosan menungguku yang terlalu lama berdiri didepan nisan seseorang tanpa tujuan yang pasti.
Aku segera meletakan buket bunga lily didepan nisan orang itu. Dan menyusul Akutagawa yang sudah berlalu terlebih dahulu.
Aku hanya berharap aku bisa menyadari kebaikannya lebih awal.
.
.
"Hei Akutagawa," aku memanggilnya ketika kami sudah keluar dari area pemakaman. Dia hanya melirik tanpa niat.
"Kenapa luka itu penting? Orang itu—"
"Ck. Bukankah luka itu membuatmu belajar untuk memiliki keinginan hidup lebih besar dari siapapun?"
Aku terdiam. Aku rasa Akutagawa benar soal itu. Aku tahu, tidak ada orang yang tidak terluka didunia ini. Tetapi kenapa harus ada orang yang memiliki luka terlalu dalam?
Setelah itu tidak ada yang berbicara lagi, kami sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga kami mendapatkan bus untuk kembali, kami tetap membisu satu-sama lain. Aku menatap keluar jendela, hujan lebat diluar membuat kaca bus yang kami tumpangi berembun. Aku tidak menyangka akan ada hujan dimusim semi seperti sekarang. Aku mengalihkan pandanganku pada Akutagawa yang duduk dibangku depanku. Bus akan segera berhenti dalam beberapa menit, dan Akutagawa akan turun dihalte pertama.
Saat Akutagawa turun, aku berpindah ke tempat Akutagawa duduk, dari sana aku melihat rentetan coretan dikaca bus. Aku memang tidak melihatnya secara langsung, tapi aku tahu Akutagawa yang menulisnya.
—'Aku disini bukan untuk menyelesaikan masalahmu. Aku disini untuk mendukungmu.'
.
.
End/Tbc
a/n: Sejujurnya ini ff udah dari Mei selesai wwww cuma saya tunda, nunggu samting. Tapi akhirnya saya nyerah, kalau ditunda mulu nanti keburu ganti taun wwwww. Mungkin kedepannya saya bakal jadi readers dulu /( ͡° ͜ʖ ͡°)/
btw ff diatas mengandung spoiler/disambit/Kalau mau tau sumbernya cek Anime BSD S2 episode 11 sama manga chap 39.
Sekian~Terimakasih sodara-sodara~
