Aku suka padamu...
Kalimat yang ingin ku katakan tapi tak pernah bisa ku katakan. Tapi.. mungkin saat ini aku merasa bisa untuk mengatakannya dengan lantang padamu.
Ya, padamu...
Tapi sepertinya terlambat. Itu hanyalah kata yang akan mungkin sangat terlambat ku katakan. Mengingat kisah kita yang tak pernah berawal manis telah usai. Kisah yang sulit untuk ku lupakan, yang sangat kusesali di kala aku harus mengingatnya, kisah di masa lalu yang jauh... di musim gugur.
When We Meet Again
X
retaetch
X
Kim Taehyung x Jeon Jungkook (Girl)
X
School-life
X
Teenagers
X
Note : Semua cerita yang bergaris miring, menunjukkan setting masa lalu (flashback)
X
X
X
Kling
Suara lonceng kecil yang tergantung di atas sebuah pintu kaca sebuah kafe bernuansa klasik itu berbunyi menandakan jika baru saja ada seorang tamu yang datang. Kepalanya terlihat menoleh ke arah kanan dan kirinya seperti sedang mencari seseorang. Melihatnya, seorang pelayan kafe pun menghampirinya.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" Ujar seorang pemuda lengkap dengan pakaian pelayannya.
"Reservasi Yonjang JHS." Ujar pemuda dengan snapback hitamnya itu.
"Baik akan saya antarkan." Ujar pelayan itu lalu menuntun langkahnya ke arah meja panjang yang terletak di paling sudut kafe. Terlihat dari jauh ada beberapa pemuda dan gadis yang sedang tertawa bersama-sama. Itu adalah teman semasa SMPnya.
"Silakan.."
"Terima kasih." Balas pemuda itu dan mulai berjalan mendekat ke arah teman-teman SMPnya berada.
"Hai semua.." sapanya lengkap dengan seulas senyum.
"Wah! Hoi Taehyung! Apa kabar?" Balas pemuda tinggi yang duduk di paling pinggir dekat tempat Taehyung berdiri.
"Kau tampak berbeda sekali.. Rambutmu bahkan jadi blonde seperti itu!" Ujar salah seorang gadis berambut cokelat bergelombang.
"Jungkook lihat! Taehyung semakin tampan, ya.." sambung gadis itu lagi dan menyikut gadis lainnya yang duduk di sampingnya. Sementara gadis yang di panggil itu tak merespon apapun. Ia hanya mengangkat kepalanya hingga matanya bisa bertatapan langsung dengan mata seorang Taehyung.
"Jung... kook?"
"Hai, Tae." Sapa gadis berambut hitam dan bermata bulat itu dengan ramahnya. Senyum pun tak lepas dari wajah cantiknya membuat Taehyung jadi diam membeku di tempatnya saat melihat itu.
Duk duk duk
Namja berambut cokelat madu itu sedang mendrible bola basketnya. Hari ini memang jadwal ekskulnya. Peluh memenuhi pelipisnya. Bahkan seragam basket yang di kenakannya juga sudah basah penuh keringat. Namun ia masih tetap terlihat bersemangat mendrible bolanya.
Shutttt
"Bagus, Tae!" Sorak teman satu timnya. Dan shoot tadi adalah shoot terakhir yang mengakhiri permainan.
Taehyung berjalan menuju ke pinggir lapangan. Jam ekskul sudah selesai. Ua juga sudah merasa sangat lelah. Tubuhnya bahkan sudah terasa sangat lengket akibat peluh yang membasahi seluruh tubuhnya.
"Hmm i-ini..." sebuah tangan menyodorkan sebuah handuk kecil dan botol air tepat di hadapan Taehyung. Sedikit terkejut, ia menatap handuk dan botol itu cukup lama dan kemudian mengambilnya.
"Ahh terima kasih..." balas Taehyung singkat lalu menegak habis air di dalam botol itu. Sementara si pemberi hanya bisa menundukkan kepalanya dalam diam.
"Tunggu sebentar. Aku ingin ganti baju dan kita pulang bersama." Ujar Taehyung setelah mengambil ranselnya di salah satu bangku di pinggir lapangan.
"Ya.." balas gadis manis bermata bulat yang tadi memberikan handuk kecil dan juga sebotol air minum kepada Taehyung. Tanpa disadari, semburat merah kini tercetak jelas di wajah manisnya.
Taehyung kini sudah selesai mengganti bajunya. Baju seragam basketnya kini sudah berganti dengan baju seragam yang biasa ia kenakan saat ke sekolah.
Sepanjang perjalanan pulang, tak ada pembicaraan antara Taehyung maupun Jungkook. Mereka sama-sama diam dan sibuk dengan pikirannya. Sesekali mereka saling melirik namun urung mengucapkan sesuatu.
"Wahh lihat! Lihat! Itukan Kookie dan Taehyung!" Teriak seseorang dari arah belakang Taehyung dan Jungkook membuat keduanya pun tersentak.
"Wahh ternyata kalian pulang bersama? Wahh Kookie kau pasti senang deh.." ujar salah seorang gadis berseragam sama seperti Jungkook.
"Kalian berpacaran, ya? Kau suka Jungkook ya Tae?" Sambung gadis itu. Mendengarnya, Jungkook pun hanya bisa terdiam. Ia tidak tahu harus berbicara apa sampai kedua gadis tadi pergi menjauh setelah puas menggoda Jungkook. Wajah Jungkook pun memerah karena malu. Ia malu dengan sikap teman-temannya yang seperti itu, terlebih di hadapan Taehyung.
"Maafkan atas sikap teman-temanku.." ujar Jungkook dengan suaranya yang sangat lembut bahkan hampir tidak terdengar.
"Dan untuk pertanyaan teman-temanku tadi..."
"Dasar cewek! Selalu saja asal menyimpulkan! Uhhh!" Potong Taehyung dengan nada suara yang sedikit kesal. Mendengarnya, Jungkook pun hanya terdiam. Ia tidak tahu harus berbicara apa lagi.
'Jadi selama ini, hubungan kita apa? Kita berpacaran, kan?' Kata-kata itu. Selalu kata-kata itu yang selalu ingin Jungkook tanyakan kepada Taehyung. Namun ia tak sampai hati menanyakannya. Ia takut. Apalagi saat melihat ekspresi Taehyung. Ia selalu melihat ekspresi kesal di wajah pemuda itu di kala mereka sedang berdua. Membuatnya sangat tidak nyaman namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa.
Semua nampak tertawa berbahagia di kala Yugyeom melemparkan leluconnya. Bahkan ada yang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Namun sedikit berbeda dengan dua orang yang duduk di bagian paling pinggir, Taehyung dan Jungkook. Mereka berdua nampak terlihat bosan dan sedikit merasa tak nyaman.
"Setelah ini kita akan ke karaoke. Apa kalian ingin ikut?" Tanya Bambam. Gadis asal Thailand itu nampak berharap jika Jungkook bisa ikut. Karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu dengan mantan teman sebangkunya itu saat SMP.
"Maaf, Bami-ah. Aku ada janji setelah ini. Maaf, ya.." balas Jungkook dengan raut wajah menyesal. Ia merasa tak enak menolak ajakan teman-teman SMPnya itu. Namun ia juga tidak bisa begitu saja membatalkan janjinya dengan seseorang.
"Lalu bagaimana denganmu, Tae?" Tanya Bambam pada Taehyung yang kini nampak sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Maaf, aku juga tidak bisa ikut." Balas Taehyung dan di balas dengusan kecewa dari Bambam.
"Baiklah. Tapi kapan-kapan jika kita berkumpul seperti ini, kalian harus ikut ya.." ujar Bambam akhirnya dengan seulas senyum yang sedikit ia paksakan.
X
X
X
"Sial! Aku kesiangan!" Umpat Taehyung saat melihat jam yang tergantung manis di dindingnya. Jam itu sudah menunjukkan pukul 07.30, 30 menit sebelum bel masuk. Ia pun segera bangkit dari ranjangnya dan berjalan terburu ke arah kamar mandi.
15 menit kemudian ia pun telah siap. Tanpa menyentuh sarapannya, ia pun langsung mengayuh sepedanya. Ia sudah sangat terlambat. Sarapan hanya dapat membuang-buang waktunya dan membuatnya menjadi semakin kesiangan.
Dengan kecepatan tinggi, ia kayuh sepeda gunungnya itu. Umpatan pun kadang ia dapatkan di kala ia yang tak tahu sopan santun langsung melewati banyak pejalan kaki. Bahkan tak jarang menabrak tubuh para pejalan kaki itu.
"Hei bocah sialan! Hati-hati dong!" Begitulah salah satu umpatan yang ia dapatkan di pagi hari seperti ini.
Taehyung tak mengubrisnya sama sekali malah ia semakin cepat mengayuh sepedanya sampai...
"Akhhh..."
Brukk
Sepeda gunung yang di kayuh oleh Taehyung menabrak sepeda lainnya yang berjalan dari arah berlawanan. Taehyung beserta pengendara sepeda itu pun jatuh ke aspal.
"Aduh lututku.." bukan, itu bukan suara Taehyung melainkan suara kesakitan dari pengendara sepeda yang lain, yang di tabrak oleh Taehyung.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Taehyung khawatir pada seorang gadis pengendara sepeda yang di tabraknya tadi. Gadis itu sepertinya adalah seorang siswa SMA, sama sepertinya. Namun di lihat dari seragam yang ia gunakan, ia tahu jika ia merupakan siswi dari salah satu sekolah yang terkenal dengan kepintaran muridnya yang di atas rata-rata.
"Lututku berdarah.." ujar gadis itu masih dengan kepala menunduk, menatap lututnya yang terluka dan berdarah karena tergerus aspal.
"Maaf..." ujar Taehyung lalu membuka salah satu resleting tas ranselnya. Sebuah plester dan obat merah pun di keluarkannya.
"Sini, aku obati du- Jungkook?" Mata Taehyung terbelalak saat ia melihat wajah gadis itu dengan jelas. Gadis yang di tabraknya adalah Jungkook.
"Taehyung?"
"A-auuuu.." keluh Jungkook saat Taehyung meneteskan obat merah pada luka di lutut Jungkook. Taehyung sudah tidak berniat berangkat ke sekolah karena ya karena ia memang sudah benar-benar terlambat sekarang. Lagipula ia juga tak mungkin membiarkan Jungkook yang terluka begitu saja.
"Tahanlah.. Apa sangat perih?" Tanya Taehyung yang di angguki oleh Jungkook.
"Maaf ya.."
"Tak apa. Aku juga kok yang salah. Uhh.." kini luka di lutut Jungkook pun sudah tertutupi oleh plester bergambar hewan, persis seperti plester untuk anak-anak.
Setelah mengobati luka di lutut Jungkook, Taehyung yang semula berlutut di kaki Jungkook pun kini mendudukkan dirinya di samping Jungkook. Mereka berdua kini sedang berada di taman kompleks, yang letaknya tak jauh dari bengkel sepeda setelah mereka mengantarkan sepeda Jungkook yang mengalami rusak parah. Sementara sepeda Taehyung tak mengalami kerusakan parah. Hanya sebuah penyok di bagian stang sepedanya.
"Jadi kau sekolah di Seongang?" Tanya Taehyung.
"Ya. Dan kau sekolah di Yansei?"
"Hmm kau pintar sih jadi bisa masuk ke Seongang. Kalau aku sih otak pas-pasan jadi mana bisa masuk ke Seongang." Ujar Taehyung dengan lancarnya.
"Hahahaha sejak kapan kau bisa berbicara sepanjang ini? Hahahha..." ujar Jungkook lengkap dengan tawanya.
"Ehh? Lalu sejak kapan kau bisa tertawa seperti ini?" Taehyung pun balik bertanya.
"2 tahun bisa mengubah seseorang." Jawab Jungkook dengan suara normalnya.
"Ahh kau benar. Tak terasa... ternyata sudah 2 tahun ya kita tidak bertemu."
Tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya. Keduanya hanya saling diam dan sibuk memandang jauh ke depan. Tak ada yang bersuara lagi. Yang terdengar hanyalah suara kendaran yang berjalan di atas aspal dan suara angin yang berhembus.
"Kau tahu? Tadi itu..."
Dengan terbata, Jungkook berusaha membuka pembicaraan dengan Taehyung. Kali ini mereka pulang bersama kembali. Hanya seminggu sekali sebenarnya mereka bisa pulang bersama, setelah ekskul. Dan karena itu pula mereka harus memanfaatkan waktu seperti ini berdua.
"... lalu Junhong melakukan itu..."
Taehyung hanya diam dan terlihat bosan. Ia tak terlalu menanggapi cerita Jungkook. Jika Jungkook bertanya pun ia hanya menjawab seadanya. Dengan gumaman atau 'ya' saja.
Tiba-tiba Jungkook menghentikan langkahnya. Taehyung masih tidak menyadari jika Jungkook berhenti melangkah sampai ia berjalan beberapa langkah di depan Jungkook.
"Kenapa berhenti?" Tanya Taehyung saat membalikkan tubuhnya menghadap Jungkook. Ia baru menyadari jika Jungkook berhenti.
"Taehyung... Kita ini... berpacaran, kan?" Tanya Jungkook ragu-ragu.
"Apa maksudmu?" Taehyung sama sekali tidak mengerti mengapa Jungkook menanyakan soal itu padanya.
"Aku tidak tahu sama sekali dengan apa yang kau pikirkan." Sambung Jungkook dengan suara yang teramat kecil.
"Kalau begitu kita akhiri saja. Lagipula tak ada artinya jika kita lanjutkan." Ujar Taehyung membuat Jungkook mengangkat kepalanya, menatap Taehyung. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Ma-maaf..."
"Ahh aku harus pulang sekarang.." ujar Jungkook lalu berdiri dari posisi duduknya.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang." Taehyung pun bersiap untuk berdiri dan mengambil sepedanya.
"Tak perlu, aku bisa.."
"Kakimu pasti masih sakit. Aku yang akan mengantarmu." Paksa Taehyung dan segera menarik tangan Jungkook, sebelum Jungkook menolak lagi.
Jungkook kini duduk di antara stang sepeda Taehyung. Sesungguhnya ia sedikit tidak nyaman duduk disana. Terlebih rok seragamnya yang pendek dan bisa mekar terkena angin. Namun Taehyung dengan baik hatinya meminjamkam jaket almamaternya untuk menutupi paha Jungkook yang terkespos itu.
"Apa sekolahmu berjalan dengan baik?" Tanya Taehyung tiba-tiba.
"Ya, tentu. Bagaimana denganmu? Kau pasti mendapat banyak teman. Kau kan selalu populer sejak SMP."
"Tidak juga. Lalu kau sendiri?"
"Aku tidak terlalu memiliki banyak teman. Karena..."
"Karena kau pemalu. Aku tahu itu." Potong Taehyung membuat Jungkook terdiam.
"Lalu apa kau masih ikut ekskul basket?"
"Tidak. Sejak kelas 1 aku tidak pernah ikut ekskul itu lagi."
"Kenapa?"
"Entahlah. Aku sudah tidak tertarik lagi dengan basket."
"Wahh aku tidak menyangka jika kita bisa mengobrol banyak seperti ini hihihi.." ujar Jungkook dengan kekehannya.
"Hmm? Ahh ya waktu itu mungkin kita memang tidak bisa mengobrol dengan lancar, ya.."
"Habis setiap ingin berbicara, ekspresimu selalu terlihat marah sih. Aku kan jadi takut.."
"Hahh? Memang kapan aku seperti itu?"
"Ya, waktu itu. Aku malah sempat berpikir mungkin kau bosan padaku atau malah bahkan tak menyukaiku. Aku sempat berpikir seperti itu. Mau bertanya, tapi aku tak berani."
"Memang aku semenyeramkan itu?"
"Yahh mungkin hahahhaa..."
Ckitttt
Taehyung mengeremkan sepedanya saat sampai di depan sebuah rumah bertingkat dua bercat putih dengan pagar kayu yang terlihat sangat asri dengan banyaknya tumbuhan yang merambat ke pagar rumah.
"Kita sudah sampai.." ujar Taehyung dan membantu Jungkook turun perlahan, maklum lutut Jungkook masih terasa sakit.
"Rupanya kau masih ingat rumahku."
"Tentu saja aku ingat.."
"Ini, terima kasih atas pinjaman jaketnya. Dan terima kasih juga sudah kau mengantarku." Jungkook mengembalikan jaket almamater milik Taehyung.
"Ya, sama-sama. Baiklah aku pulang ya.. Dah.." Taehyung pun mulai kembali mengayuh sepedanya meninggalkam Jungkook yang masih berdiri di depan pagar rumah dan menatap kepergian Taehyung dengan tatapan yang sulit di tebak.
X
X
X
Tuk Tuk Tuk
Taehyung mengetuk-ngetuk ujung pena nya ke atas meja kayu yang di tempatinya. Kepalanya ia sandarkan ke atas meja. Wajahnya terlihat sedang lesu dan tak bersemangat. Ia sedang merasa bosan saat ini. Ruangan kelas pun sudah kosong menandakan jika seluruh siswa di kelas itu juga sudah keluar menyisakan Taehyung seorang diri.
"Kenapa masih disini?" Ujar seorang gadis yang berdiri angkuh di depan pintu kelas. Taehyung hanya melirik ke arah gadis itu tanpa berniat untuk beranjak dari posisi malasnya.
"Ayo pulang." Gadis itu mencoba menarik salah satu lengan Taehyung, mengajak Taehyung untuk pulang.
"Lepaskan, Jimin-ah!" Taehyung pun segera menepis tangan gadis yang bernama Jimin itu dengan kasar. Sementara gadis itu hanya diam mematung. Terkejut dengan sikap kasar Taehyung yang tak pernah di lakukan olehnya.
"Tae?"
"Maaf.. Aku tak bermaksud kasar padamu.." ujar Taehyung menyesal. Dan setelah itu ia pun dengan terpaksa beranjak dari posisi duduknya. Ia tidak ingin membuat Jimin kecewa.
"Ayo kita pulang.." ujar Taehyung dan segera menggandeng tangan Jimin. Jimin pun segera tersenyum setelahnya.
Jimin terus berceloteh sepanjang perjalanan pulang. Gadis bermata sipit itu memang terkenal sebagai gadis yang cerewet namun juga menyenangkan. Taehyung tak terlalu banyak menanggapi celotehan Jimin membuat Jimin mengerucutkan bibirnya sebal.
"Sudah sampai.." ujar Taehyung setelah menghentikan kayuhan sepedanya. Jimin pun turun dari stang sepeda Taehyung yang digunakannya untuk duduk.
"Tae, apa kau benar menyukaiku?" Tanya Jimin tiba-tiba.
"Tentu saja aku menyukaimu." Balas Taehyung setelahnya.
"Benarkah? Aku senang mendengarnya.." Jimin pun bersorak dengan gembira. Lalu tiba-tiba...
CUP
"Hati-hati di jalan!" Teriak Jimin lalu berlari masuk ke dalam rumahnya dengan bersemangat.
"Bahkan kini aku dengan mudahnya mengatakan suka.." gumam Taehyung.
Taehyung masih terpaku pada posisinya. Pandangannya masih terarah pada punggung Jimin yang kini sudah menghilang di balik pintu rumah. Sementara pikirannya entah melayang jauh kemana.
Taehyung baru saja tiba. Hari ini ia datang lebih pagi dari biasanya. Ia pun segera melangkahkan kakinya ke tempat duduknya, yang berada di sudut paling belakang kelas dekat dengan jendela. Ruangan kelasnya berada di lantai dua dekat dengan lapangan outdoor.
Saat itu kelas sebelah, lebih tepatnya kelas 7B sedang berolahraga. Karena tidak memiliki kegiatan apapun, ia pun hanya bisa memandangi kearah luar jendela. Tak lama seulas senyum pun terukir di bibirnya.
"Jungkook ya?" Ujar seseorang membuat Taehyung tersentak kaget.
"Ehh?"
"Kau memandangi Jungkook, kan? Anak kelas sebelah.." ujar seorang pemuda berambut hitam dengan kacamata bulat.
"Apa?"
"Jadian saja.."
"Apa maksudmu?"
"Ya, kau jadian saja dengannya."
"Jangan bercanda! Aku tidak menyukainya!" Elak Taehyung namun pemuda berkacamata itu hanya bisa mengendikan bahunya tak mau membahas masalah ini lebih lama.
"Kookie-ya!" Merasa terpanggil, Jungkook pun langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Bami? Ada apa?" Tanya Jungkook pada teman sebangkunya yang berlari ke arahnya.
"Tunggu aku! Kau mau kemana?" Tanya gadis bertubuh kecil itu.
"Aku..."
Dukk
"Maaf.." Jungkook membungkukkan tubuhnya bermaksud meminta maaf karena tak sengaja menabrak tubuh orang lain.
Srett
Tiba-tiba orang itu langsung mengambil sebuah amplop berwarna biru yang terjatuh. Melihatnya, Jungkook pun membelalakan matanya. Ia berniat mengambil namun pemuda yang di tabraknya itu lebih cepat mengambilnya.
"Untukku?" Ujar pemuda itu saat melihat nama yang tertera di bagian luar amplop.
Tanpa menunggu lama, pemuda itu pun segera membaca isi surat yang ada di dalam amplop berwarna biru itu. Sementara Jungkook hanya bisa menunduk. Bambam, teman Jungkook pun hanya bisa diam tak mengerti dengan situasi yang ada saat ini.
Seulas senyum pun terukir di bibir pemuda itu setelah membaca isi surat yang ditujukan untuknya. Lalu ia membisikkan sesuatu ke telinga Jungkook.
"Aku mau." Bisiknya lalu beranjak pergi dari hadapan Jungkook. Jungkook pun hanya bisa mengangkat kepalanya. Otaknya benar-benar blank dan tak tahu harus berbuat apa sekarang. Melihatnya, Bambam pun juga ikut bingung.
'Kim Taehyung, sudah lama aku menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku? - Jeon Jungkook.'
"Bodoh... Kau memang pengecut, Tae. Bahkan dia yang mengungkapkan perasaannya terlebih dulu padamu. Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Umpatnya lalu mulai mengayuh sepedanya pulang ke rumahnya.
X
X
X
Jungkook sedang berdiri di halte yang letaknya tak jauh dari sekolahnya. Hujan deras memang sedang menguyur kota Seoul saat itu. Ia sengaja berteduh di halte karena hujan yang tak kunjung reda. Tak ada orang lain di halte itu selain dirinya.
Tak lama pemuda bersepeda pun menghentikan sepedanya di dekat halte itu dan memarkirkannya. Setelahnya pemuda itu langsung berlari ke halte. Rambut bahkan jas almamaternya bahkan terlihat basah karena terkena hujan.
"Taehyung?"
"Ahh Jungkook... Hai.." sapa Taehyung saat menyadari jika gadis yang duduk dan yang berteduh disana adalah Jungkook.
"Belum pulang?"
"Hujan..."
"Ah iya.."
Lagi-lagi tak ada pembicaraan di antara keduanya. Keduanya sama-sama terdiam.
"Aku ingin minta maaf.."
"Ehh? Minta maaf?"
"Maaf jika dulu aku tidak membuatmu nyaman."
"Ehh? I-itu..."
"Aku tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu, kau adalah pacar pertamaku. Dan.. aku sama sekali tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat pacaran." Ujar Taehyung sejujur-jujurnya. Wajahnya bahkan terlihat memerah karena menahan malu.
"Aku diam, bukan berarti aku tidak mendengarkanmu. Aku.. hanya terlalu gugup. Aku bingung harus berbicara apa padamu. Maaf jika aku selalu membuatmu bingung dengan sikapku."
"Tae-Taehyung..."
"Maaf..."
"Saat itu... Aku tidak bermaksud putus denganmu. Aku.. hanya ingin mendengar sesuatu darimu. Tapi sepertinya penyampaianku yang salah. Hingga kau marah dan meminta putus seperti itu. Aku bodoh, ya.." ujar Jungkook dengan raut sedihnya.
"Memang apa yang sebenarnya ingin kau dengar?"
"Aku hanya ingin mendengar kau mengatakan 'aku suka padamu'. Itu saja agar menyakinkan diriku jika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi..."
"Dulu, aku memang sangat menyukaimu. Tapi aku yang terlalu bodoh dan pengecut untuk mengatakannya. Bahkan sampai sekarang aku... juga masih menyukaimu." Ujar Taehyung dengan jujur. Bahkan ia sudah tak sadar sejak kapan ia sudah menggenggam erat tangan Jungkook.
Jungkook dan Taehyung pun saling bertatapan seolah mereka bisa mengerti perasaan satu sama lain hanya dengan tatapan. Bahkan jarak antara wajah mereka pun semakin dekat. Jungkook bahkan bisa merasakan deru nafas hangat Taehyung pada wajahnya.
"A-ahh ma-maaf..." tiba-tiba Jungkook langsung mendorong dada Taehyung dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Taehyung pun hanya bisa merutuki dirinya sendiri karena hampir bertindak bodoh lagi.
"Aku senang dan juga sudah merasa lega. Terima kasih, Tae." Ujar Jungkook di lengkapi dengan senyum manisnya.
Tinn Tinn
Terdengar suara klakson mobil yang cukup memekakan telinga. Sebuah mobil sedan hitam kini terparkir manis di hadapan Jungkook dan juga Taehyung. Kaca mobil itu pun tak lama terbuka dan menampilkan seorang pemuda tampan tersenyum ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Jungkook.
"Kookie-ya ayo!" Ujar pemuda tampan dari kursi kemudi. Jungkook pun berancang-ancang untuk berdiri namun sebelumnya..
"Aku harus pulang. Jin oppa sudah menjemputku. Aku harap kita tetap akan selalu menjadi teman. Sampai jumpa!" Ujar Jungkook lalu berjalan kr arah mobil sedan itu. Setelahnya mobil itu pun melaju kencang membelah jalanan basah dan menerjang hujan, meninggalkan Taehyung sendiri yang masih terpaku di halte tempatnya berteduh.
"Ya, mungkin sangat terlambat memang. Tapi.. aku merasa lega. Setidaknya aku berhasil mengatakannya. Aku memang menyukaimu, bahkan mungkin masih menyukaimu hingga sekarang, Kook. Namun aku sadar semua sudah tak bisa kita ulang. Kita sudah memiliki kehidupan dan kisah kita sendiri. Berbahagialah, Kook..."
THE END
