STRANGE GUARDIAN
Author : DYODOL
Cast : Baekhyun, Chanyeol
Warning : Yaoi, Typo, gaje, dll.
.
Yo, minna! Setelah semedi beberapa minggu bareng Sehun, akhirnya ide inilah yang ter-publish! Semoga suka, ne!
.
.
.
Baekhyun menatap ruangan di depannya dengan marah. Tangannya mengepal sekuat yang ia bisa. Mencoba menahan emosi untuk tidak mencaci seseorang yang berada di dalamnya.
"TERSERAH! AKU MUAK! AKU PERGI!" teriaknya sekencang yang ia bisa. Kemudian berjalan ke kamarnya sambil menghentakkan kakinya. Tak lupa menendang pintu kayu mahal itu dengan kakinya.
Ia menyampirkan tasnya keluar rumah mewahnya. Menutup pintu depan dengan bantingan dahsyat. Tak perduli seseorang itu meneriakinya dari dalam rumah.
"YAK! BYUN BAEKHYUN! KEMBALI KAU, BOCAH NAKAL!"
Baekhyun sudah benar-benar tidak peduli.
Sudah cukup.
"Ha~ah..." dia menghela nafas berat. Menatap langit yang kini mulai menggelap dengan sendu.
Sebenarnya ia tak pernah berfikiran untuk benar-benar pergi dari rumahnya. Namun karena ia sudah muak dengan seorang tua bangka yang menemaninya selama hidupnya yang sebelumnya, ia tak bisa menahannya lagi.
Akhirnya ia pergi tanpa persiapan. Hanya sempat membawa sedikit baju, ponsel dan dompet tipis yang sepertinya berisi tidak sampai 50000 won.
Menyedihkan..
Mungkin ia bisa menghubungi Jongin..
Tuut.. Tuut.. Tuut..
Nomor yang anda hubungi sedang sibuk.. Cobalah beberapa saat lagi..
".. Mungkin sekali lagi." ia bergumam
Tuut.. Tuut... Tuuut... Tuuut... Tuuut...
Cklek!
"... Yeoboseyo? Jongin ah?"
Baekhyun sangat berharap namjachingunya bisa membantunya..
"..Dia bukan siapa-siapa... Ah, Kau rupanya, hyung. Ada apa menelfon?"
Bukan siapa-siapa..?
"Eumm... Kau dimana? Kau sibuk?"
"Ya. Aku sangat sibuk. Emm.. Aku di kafe. Wae?"
Entah kenapa ia mempunyai firasat buruk tentang Jongin.
"Eum.. Begini.. Eum.. Sebenarnya aku.."
"Ya, kau kenapa, hyung?"
"Eum.. Sebenarnya aku butuh ba-"
"Hyung. Maaf. Aku sedang sangat sibuk sekarang. Annyeong."
"Tap-"
Tuuuuut... Tuuuuuut...
Baekhyun menatap ponselnya dengan ekspresi campur aduk. Otaknya tidak bisa berfikir positif untuk saat ini.
Sekarang ia harus bagaimana? Apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu?
Apa ia harus terus menunggu hingga tuhan mencabut nyawanya?!
Chanyeol menatap sesosok di depannya dengan malas. Namun tetap berusaha telihat sigap. Jujur, ia sudah terlalu lelah mendengar ocehan orang tua di depannya. Menjelaskan apa yang harus ia lakukan untuk kedepannya. Inilah, itulah. Ocehannya bahkan lebih panjang dari pidato contekkan presiden Korea.
Hell.
Satu kata yang terus berputar di otaknya.
"Kau mengerti? Ini fotonya. Identitas ada di map. Cari anakku sampai dapat."
Chanyeol menerima foto itu dan menatapnya datar.
Cukup manis untuk ukuran pria. Sungguh menyayangkan sikapnya seperti anak kecil. Kabur dari rumah segala.
Yah, resiko pekerjaan.
"Saya mengerti, Tuan Byun."
Baekhyun menatap ruko di sebelah ya dengan iri. Ia ingin sekali memasuki toko-toko itu dan memilih barang-barang yang ia sukai. Sayangnya ia harus menghemat jika tak ingin benar-benar mati karena penyakit super busung lapar. Tidak sampai ia mendapat pekerjaan.
Akhirnya dengan begitu banyaknya toko yang berjejer, ia memilih memasuki sebuah kafe berpalang .
Baekhyun menghampiri meja pemesanan sekaligus kasir itu dan memesan sebuah cemilan dan minumnya. Tak lama pelayan yang tingginya tak jauh darinya itu memberikan pesanannya. Baekhyun membuka dompetnya dan menyerahkan kartu kreditnya pada pelayan itu.
Tak lama pelayan itu kembali dan menyerahkan kartunya dengan tatapan bingung.
"Maaf, tuan. Kartu anda sudah di blokir." pelayan itu berkata. Sontak membuat Baekhyun mengumpat lebih kasar dari sebelumnya.
"Maaf, berapa harganya?"
"2500 won."
Baekhyun membuka dompetnya lagi dan menemukan dua lembar uang 5000 won. Uangnya yang tersisa.
Hari yang sangat buruk.
"Terima kasih, silahkan datang kembali." pelayan itu memberi kembaliannya dan menatap Baekhyun sambil tersenyum ramah yang Baekhyun tau jika senyum itu palsu. Mingkin takut karena peraturan perusahaannya yang 'jika kami tidak tersenyum, order anda GRATIS.'
Hell. Satu kata yang terbesit di pikirannya ketika membaca untaian kata tersebut. Tapi ia sempat berharap orderannya bisa gratis. Lumayan, bukan?
Ia balas tersenyum palsu lalu membalikkan badannya sambil memikirkan bagainana nasibnya selanjutnya.
Dan sekarang menemukan Jongin di depannya sedang menatapnya kaget. Tak lupa dengan tangan kiri Jongin yang tadinya melingkar di pinggang seseorang di sebelahnya, dengan ototmatis melepaskannya.
Damn.
"BRENGSEK!"
BUGH!
'Hai, aku Byun Baekhyun. Hari ini merupakan hari terburuk sepanjang aku pernah hidup. Diawali dengan ocehan ayahku yang tak mau kalah dan keras kepala. Saking kerasnya, rasanya seperti di jedotin ke karang laut terbesar di dunia. Di lanjutkan dengan pindahanku yang secepat yondaime hokage(apasih-.-). Kemudian mendapat berita bahwa semua kartu kreditku di blokir juga pacarku yang tidak mau membantuku, yang berakhir dengan diriku yang melihat pacarku sendiri selingkuh di hadapanku. Untuk memberi sedikit pelajaran, tak lupa ku beri Brazilian Kick milikku yang jadi pembalasan tepat untuk perutnya. Dan sisa uang 7500 won yang menutup kelamnya hariku ini..'
Chanyeol menatap foto itu sekali lagi. Lalu menghela nafas pelan. Tidak mungkin seseorang yang kekanakkan bisa kabur lebih jauh dari jarak yang ia prediksi.
Hell..
Chanyeol telah meremehkan anak itu sepertinya.
Dia kembali mengemudikan mobilnya menuju ujung dari pusat kota. Dan menemukan sebuah wilayah yang lumayan sepi. Terlihat beberapa toko yang sudah menutup tokonya, mengingat sekarang hampir tengah malam. Matanya kini tertuju pada sebuah toko yang masih terbuka dan terlihat sedikit kekacauan di dalamnya. Tertampang nama 'Planet Water' pada sebuah papan yang terpaku tepat diatas bangunan itu.
"Permisi.." Chanyeol melenggang masuk. Seorang bertubuh lebih pendek darinya menatapnya bingung.
"Ya, ada apa, Tuan?"
"Em.. Saya tadinya ingin numpang tanya, tapi saya penasaran, apa yang terjadi di sini?"
"Seorang pria manis mengamuk karena melihat pacarnya selingkuh di depannya. Ngomong-ngomong anda ingin bertanya apa?"
Chanyeol mendekati pria itu, lalu menunjukkan foto di tangannya. "Saya mencari anak ini."
Seketika membuat muka pria tersebut memerah. "Anda siapanya?"
"Saya suruhan keluarganya. Nama saya Park Chanyeol."
Pria itu menggenggam sapunya lebih erat. Menimbulkan suara retakan yang cukup terdengar. Tak lama, sapu itu berubah menjadi dua bagian. Membuat pemuda tinggi ini merinding hebat. "Saya Kim Joonmyeon, pemilik kafe ini. Sebaiknya anda telfon majikan anda dan suruhnya untuk membayar semua kerugian ini."
Muka Chanyeol seketika menjadi kelabu. "Jangan-jangan anak itu..."
"Ya. Dialah penyebanya."
Dasar anak nakal!
Chanyeol menundukkan kepalanya beberapa kali di ikuti dengan raut bersalahnya yang mendalam. Mengutarakan banyak terima kasih kepada sang pemilik kafe. Lalu keluar dari kafe itu dengan helaan nafas panjang.
Teringat akan informasi yang ia terima dari si pemilik kafe.
"Ujung jalan ini adalah jalan buntu. Di ujung jalan di sana hanya terdapat sebuah bar yang terpencil. Mungkin saja ia pergi kesana." si pemilik kafe berujar sambil tersenyum setelah Chanyeol memberinya uang kerugian.
Dasar orang tua mata duitan!
Setidaknya ia mendapat informasi yang lumayan akurat.
Chanyeol memasuki bar tersebut dengan langkah panjang. Memasuki dengan cepat sehingga ia bisa menghemat waktunya. Langsung ia edarkan pandangannya ke sekeliling ruangan berisik itu. Mencari sesosok mungil yang mungkin ia kenali.
Matanya terhenti pada sebuah meja bar di ujung ruangan tersebut. Terlihat seorang lelaki berambut blonde yang tengan tertidur. Sepertinya kelelahan habis mabuk.
Kembali dengan langkah lebar, mendekati seseorang yang tertidur itu. Kemudian menyamakan wajahnya dengan foto yang seharian ini di bawanya. Kemudian menghela nafas berat untuk yang ke sekian kalinya.
Setidaknya ia sudah menemukan bocah ini.
"Hei, bocah. Cepatlah bangun." Chanyeol menguncangkan badan Baekhyun pelan. Di balas lenguhan pendek dari Baekhyun.
"Hei!"
"Permisi.." seseorang tiba-tiba mendatanginya. "Anda krabatnya?"
Awalnya Chanyeol dengan tegas ingin menjawab 'Kau bercanda?! Tidak mungkin!', tapi kembali dengan helaan nafas, akhirnya ia menjawab seadanya.
"Bisa di bilang bagitu."
"Bisa anda bayar wine-nya?"
Sial. Sudah menghabiskan waktu berharganya, di tambah lagi dengan uangnya yang langsung menipis hanya dengan satu hari. Anak merepotkan.
"Ajhussi bodoh! Aku tidak ingin pulang!" si bocah Byun ini memberontak dalam gendonganku. Kedua tangan dan kakinya dengan abstrak menendang serta memukul bagian depan dan belakang tubuhku.
"Diamlah. Kau bisa jatuh." aku kembali membenarkan gendonganku. Yah, aku memanggungnya seperti beras. Jadi kalau dia berontak sedikit, dia bisa jatuh dengan gampangnya. Aku hanya tidak ingin di bacok oleh Tuan Byun nantinya.
Sudah di depan mobil, dia masih saja bergerak-gerak. Membuatku susah untuk membuatnya duduk di kursi balakang. Dengan sekali hentakan, aku berhasil membuatnya tiduran di jok belakang.
.
Ketika pemuda itu menghentakan badannya, Baekhyun secara reflek melingkarkan tangannya pada leher pemuda tinggi yang memanggulnya. Takut-takut tubuhnya remuk ketika menampar jok mobil tersebut. Namun kenyataannya pemuda tinggi itu tidak benar-benar membantingnya dan sukses membuatnya rebahan di jok belakang. Dengan selamat tentunya
Namun Baekhyun tidak menyadari tangannya masih melingkar di leher pemuda itu. Sesaat Baekhyun mengagumi paras pemuda yang membawanya sebelum sebuah instrupsi mengejutkannya.
"Bisakah kau melepaskan tanganmu?"
Suara baritone yang menyebalkan itu terdengar lagi. Sukses membuat Baekhyun melupakan apa yang terjadi beberapa saat lalu dan melepaskan pelukannya. Kemudian menatap si pemuda itu sengit.
"Cih. Sudah ku bilang aku tak ingin pulang."
Tanpa bicara, Chanyeol mengangkat kaki Baekhyun. Mendorongnya masuk, kemudian menutup pintu mobilnya pelan. Ia memasuki bagian kemudinya, memakai seatbelt dengan cuek. Tidak perduli di belakangnya Baekhyun mengumpat ini itu tentangnya.
Melihat mobil di jalankan, Baekhyun otomatis panik dan meloncat ke kursi depan.
"Heh, Ahjussi!" dia menatap pemuda di depannya tajam. Tetap saja pria di depannya tak bergeming sedikitpun.
Baekhyun jengkel tingkat dewa. Dengan tak berperasaan ia jambak rambut hitam pemuda di depannya, tentu saja sambil mengomel dengan kekuatan super.
"HENTIKA MOBILNYA! AKU GAK MAU PULANG!"
Jujur, Chanyeol ingin sekali mengikat anak ini, tapi akhirnya ia kembali menghela nafas kemudian menangkap tangan kecil yang menjambak rambutnya.
"Diam. Sekarang sudah malam. Aku tidak akan membawamu pulang." ujarnya pelan.
"Benar?" Baekhyun menatapnya tidak percaya.
"Ya. Sekarang lepaskan tanganmu."
Akhirnya Baekhyun bisa lebih tenang dan mendudukkan dirinya dengan benar. Walaupun ia telihat masih jengkel, namun setidaknya Chanyeol bisa pulang lebih tenang sekarang.
Ia menghela nafas kembali.
"Oi! Ahjussi!"
"Aku hanya lebih tua stahun darimu, bocah."
"Pembohong."
"Terserah."
"..."
"Oi!"
Chanyeol menghela nafas lagi, "apa?"
"Kau akan cepat tua kalau menghela nafas terus."
"Terserah."
"..."
"Dasar ahjussi membosankan."
Dan Chanyeol hanya berharap semoga tuhan memberikannya kesabaran untuk beberapa jam kedepan.
Hanya sampai ke rumahnya, tuhan.
'Aku Park Chanyeol. Seorang agen dari sebuah organisasi bernama RBI, mirip FBI versi Korea yang menerima pekerjaan dalam bidang yang lebih luas, yang mendapatkan misi merepotkan dari seseorang yang merepotkan juga berisik untuk mencari seorang bocah yang merepotkan dan tak kalah berisik. Dan aku hanya bisa berdoa agar aku bisa pulang tanpa urat yang keluar dari pelipisku hanya karena bocah beriisik yang merepotkan ini.'
Chanyeol memasuki apartemennya dalam diam. Tak memperdulikan kini ada seseorang bertubuh pendek sedang mengekorinya sambil menatapnya tajam. Seperti ingin mencolok kedua matanya lewat bagian belakang kepala.
Anak yang cukup menyeramkan sebenarnya. Tapi Chanyeol tetap tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang hanya cepat-cepat membersihkan diri dan tidur.
"Oi, ahjussi." suara cempreng itu terdengar menggema di telinganya. Dengan malas ia membalikkan badannya, menatap si kecil itu dengan muka super bete.
"Apa?"
"Apartemen ini kecil sekali. Aku tidur dimana?" keluhnya. Kembali menghela nafas, Chanyeol lalu menjawab.
"Terserah. Asal jangan kamarku. Aku tak mau tidur dengan bocah berisik meskipun kita se-gender."
Baekhyun mendecih pelan. "Siapa juga yang mau. Gak sudi."
"Terserah."
"Apa tak ada kamar lain, ahjussi?"
Chanyeol menghela nafas lagi. Membuat kerutan di dahi Baekhyun mucul.
"Sudah ku bilang, kau akan cepat tua kalau-"
"Cepat tidur dimanapun dan bangun pagi besok. Kau harus pulang."
"EHH?"
Chanyeol menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung besar. "Nah, sudah sampai. Turun."
"Sudah ku bilang aku tidak mau. Butuh berapa kali sih biar ngerti."
"Aku tidak mengerti bahasa bocah." Chanyeol membuka pintu belakang dengan malas. Juga menatap orang di dalamnya dengan malas. "Cepat keluar dari mobilku dan pergi ke ruangan ayahmu sekarang."
Baekhyun melipat kedua tangannya sambil membuang muka. "Tidak mau."
Chanyeol meraih krah baju Baekhyun dan menyeretnya keluar. Ia menggapai tangan Baekhyun dan mengunci mobilnya.
Sesaat Baekhyun tertegun. Sesuatu pemikiran aneh menyeruak di otaknya. Sebelum suara baritone sialan itu terdengar. Lagi.
"Ayo." dan dengan tidak berperasaan, Chanyeol menyeret Baekhyun hingga lantai tertinggi gedung itu.
Gila. Baekhyun sudah melalukan berbagai cara untuk melepaskan diri, dari menggigit tangan raksasa itu hingga menggigit pintu sudah ia lakukan. Tapi raksasa ini masih dengan muka datarnya menyeretnya hingga di depan lift lantai teratas. Dengan segenap kekuatannya ia menghentakkan tangannya yang di tarik, dan berhasil. Setelah itu dengan sisa kekuatannya ia mencengkram besi yang ada di dalam lift itu. Bergelayut di sana.
Chanyeol menghela nafas kembali.
Sudah berapa kali ia menghela nafas hanya karena bocah blonde di depannya ini?
Ruangan Besar itu tiba-tiba terbuka tanpa di ketuk. Tertampang di depan pintu ruangannya, seorang agen yang di sewanya tengah menggendong anaknya yang wajahnya memerah dengan gaya bridal. Niat awalnya untuk marah-marah langsung sirna melihat dua orang di depannya. Di gantikan dengan raut aneh luar binasa.
"Maaf, Tuan Byun. Tapi saya hanya ingin mengantarkan anak ini." ucapnya dengan wajah datar.
"Em.. Yah. Kau bisa menurunkannya sekarang."
Dengan lumayan kasar ia menurunkan tubuh kecil itu. Di saut dengan keluhan si korban. "Hei."
"Kalau gitu saya pamit."
"EEHH.. AHJUSSI TUNGGUU!"
"BYUN BAEKHYUN!"
Matilah Kau, Baek.
.
.
TBC
DYO : Yah, inilah hasil semedi yang bisa saya persebahkan. Saya tau masih banyak pelajaran yang harus saya ambil. Jadi kalo ada sesuatu yang mau di katakana, pencet kotak di bawah ini, yaa:)
Chan : Nah, buat kemaren yg kasih saran, authir aneh ini katanya lagi usahain buat. Gak tau jadinya kapan-3-
DYO : woi! Ngapain loh kesini?
Chan : Suka-suka gue dong-.-
DYO : Ngajak berantem lohh..
Chan : ayo! (dan berantem)
Baek : Nah, minna, sekian dulu, ne. kalo responnya positif, nanti aku lanjutin deh cerita hidup absurdku ini. Sampai jumpaaa ;) (ikutan berantem)
