A Crystal Clear
By : Sasa Adelind
Cast : Huang Zitao (GS), Wu Yifan, Lu han (GS), Oh Sehun and support cast
Pair : KrisTao slight HunHan
Disclaimer : Semua cast bukan milik saya, saya hanya meminjamnya. Plot, cerita murni dari hasil pikiran saya.
Typo bertebaran, bahasa tidak terlalu baku
aku sangat benci yang namanya plagiatisme, mohon hindari dan jangan melakukannya ya^^
Happy Reading Guys!
.
.
.
Jeju island
Seorang perempuan berbadan proposional sedang mengoleskan wajah tirusnya dengan berbagai produk make-up di depan meja hias. Lipstik merah maroon dioleskan ke bibirnya yang tipis sambil tersenyum puas dengan hasilnya.
"Sudah jam 9. Harusnya Luhan-jie sudah datang." Gadis itu bergumam.
Dia berjalan cepat sambil mengambil coat dan sebuah tas imitasi Gucci dan tidak lupa untuk menghabiskan susu di gelasnya. Namun dari beberapa hal yang harusnya dia bawa, dia terlupa untuk mengambil sebuah nametag bernama Huang Zitao dalam tulisan hangeul.
Dengan berjalan kaki, dia menuju ke tempat dia bekerja. Sangat mudah untuk mencari tujuannya, tinggal mengikuti bibir pantai dan berjalan sedikit cepat dia akan sampai dalam waktu 10 menit.
"dingin.." dia mempererat lagi tali pinggang pada coat-nya tanpa mengalihkan pandangan dari pinggir pantai. Hampir setiap hari dia berjalan di bibir pantai ini, dia tidak pernah melewatkan satu cekrek sama sekali. Kadang dia memotret anak anak yang bermain, sekedar matahari atau selca yang kadang membuatnya lupa waktu.
Sampailah dia di klinik-tempat dai bekerja-. Klinik tersebut tidak memiliki nama, hanya panel yang bertuliskan nama dokter Kim Sooman dengan no. Izin prakteknya.
"kapan panel Luhan-jie akan dipasang? Sudah hampir 6 bulan dia bekerja di klinik ini."
Dia masuk ke klinik yang berpintu kaca buram dan disambut oleh seorang perempuan yang bertolak pinggang dan memegang sebuah kain pel.
"hehe, sorry jiejie aku agak terlambat" perempuan yang di panggil jiejie itu melihat jam tangannya sekilas dan kembali menatap orang di depannya. Tatapan kesal nya semakin jelas saat melihat orang di hadapannya itu cengengesan.
"Zitao-ssi, kau bukan agak terlambat, ini sudah terlambat, 30 menit! Kapan kau disiplin seperti perawat kalau selalu terlambat berangkat kerja?!" Ucap Luhan kemudian dia kembali ke kegiatan sebelumnya mengepel lantai.
"maaf ya dokter, aku minta maaf ya~" Zitao melakukan aegyo-nya sambil berusaha mengambil kain pel dari tangan Luhan-sang dokter.
"yak! Jangan ganggu aku dulu. Lebih baik kau ambil lap lain dan bersihkan pintu kaca itu!" Luhan melempar kain pel yang mereka rebutkan dan mulai terlihat sangat kesal.
"maaf ya dok, maaf ya~ aku akan melakukan apa yang dokter suruh kalau dokter mau memaafkan aku" tambah zitao sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
"yak Zitao-ssi, kau memang keras kepala ya?!"
"Tidak kalau jiejie mau maafkan aku~" zitao masih tetap dalam posisi bergelayutan di lengan Luhan.
"iya yaa, Jie jie maaf kan." Zitao pun tersenyum manis-manis sambil lompat-lompat menggetarkan lengan luhan.
"yey~~!" mereka pun melanjutkan kegiatan mereka.
"sebenarnya apa yang membuat mu terlambat?" setelah 10 menit, Luhan angkat bicara.
"Jiejie tahukan tempat aku tinggal sekarang tidak nyaman. Kadang aku mendengar gugukan anjing atau melihat kecoa di malam hari. Kadang aku terbangun sendiri dan susah untuk tidur kembali" jawab Zitao
"yakin? Bukan karena duduk lama di depan cermin untuk berdandan?" zitao yang medengar itu terbatuk.
"itu salah satunya sih. Aku mencoba lipstick yang baru kita beli itu jiejie." Zitao cengengesan sambil membersihkan meja resepsionis.
"apa kata orang kalo ada perawat yang dandanannya seperti itu. Nih cepat bersihkan!" luhan memberikan kasa yang baru dia lipat dan dibasahi oleh NaCl.
"iya jiejie" meskipun zitao enggan, tapi apa yang dibilang Luhan ada benarnya. Lipstick maroon itu membuatnya cantik bak model majalah terkenal namun dengan profesi dia sebenarnya tidaklah cocok.
"aku juga mau bilang,belajar lah terbiasa memakai bahasa korea. Dengan begitu kau terbiasa dalam pengucapan. Pasien-pasien yang datang kadang tidak mengerti pola kalimat yang kau ucap. Sekali-kali mengobrolah denganku dalam bahasa korea." ucap luhan panjang tidak lepas dalam kegiatannya membuka berkas-berkas di mejanya.
"nde, unnie~" ucap zitao dibuat-buat. "Tenang, pengalaman kursus bahasa dari 6 bulan yang lalu masih lengket disini" sambil menunjuk kepalanya.
"Sampai sekarang aku masih heran kenapa kau memutuskan untuk merantau dan malah memilih bekerja disini. Kenapa tidak memilih kerja di rumah sakit di kota saja?" tanya Luhan dalam bahasa korea sekaligus melatih lawan bicaranya.
"Unnie, kan tahu, aku memutuskan untuk tidak kerja di rumah sakit. Kadang ada kasus nepotisme terang-terangan, namun orang-orang disana pada cuek. Mereka yang bekerja disana suka cari muka sama atasannya. Aku tidak suka akan hal itu. Terlalu banyak tekanan dan tuntutan dalam berbagai hal. Lagi pula kalau aku mencari pekerjaan di rumah sakit kota, sama saja dengan pekerjaanku sebelumnya di beijing" kali ini Zitao berucap dengan sungguh-sungguh diikuti gerakan tangannya seperti politikus yang berdebat.
"Ne, ne, ne... Kau memilih menjadi perawat tapi tidak suka dengan tekanan. Apa yang terjadi nanti kalau klinik ini buka praktek gawat darurat? Bisa-bisa kau dulu yang colaps sebelum bisa menangani pasien"
"entahlah, aku juga binggung. Sebenarnya aku memilih untuk menjadi dokter tapi ya, tidak kesampaian."
"Jadi dokter itu tidak mudah, lihat lah aku! Aku mesti ikut ujian ini-itu. Les kesana-kemari. Dan apa yang aku dapat, aku kuliah di negeri ini dan mulai menjalani hidup sendiri. Cicilan uang kuliah aku saja belum lunas sampai sekarang. Butuh waktu setidaknya 7 tahun untuk menjadi dokter sedangkan mu, seenaknya membuang kesempatan untuk bekerja ditempat yang bagus." Luhan mulai bercerita panjang lebar lagi dengan tampang tak kalah serius sambil memaju-majukan dagunya.
"Nde, ne, ne, unnie ku cantik~" mereka pun tertawa bersama.
Walaupun mereka mempunyai berbedaan umur cukup jauh, Zitao-23 tahun- dan Luhan-26 tahun- namun keakraban mereka lebih dari sekedar teman. Bisa dibilang karena sama-sama merantau di negeri orang, mereka seperti bersaudara. Luhan yang manis, dewasa, rapi dan disiplin sedangkan Zitao yang manja, cantik dan keanak anakan, saling melengkapi.
Sambil bekerja-membersihkan klinik- mulut mereka yang pada awalnya memang tipikal wanita cerewet, tidak pernah berhenti berbicara sebelum sang bos-pemilik klinik- datang.
"anneyonghaseyo dokter" koor Zitao dan Luhan saat melihat bosnya- Dokter Kim Sooman- datang ke klinik. Mereka menurunkan punggung 90° dengan hormat kepada sang pemilik klinik.
"Ah, kalian sudah datang. Kalau begitu selamat bekerja. Seperti biasa saya ada di ruangan. Apabila ada masalah langsung datang ke saya." Ucap Dokter setengah baya itu.
"nde dokter" jawab mereka dengan serempak. Berbeda dengan mereka berdua, bos mereka yang berlain gender dengan mereka itu hanya akan berbicara seperlunya. Mereka berdua hanya mengetahui umur, tempat tinggal dan riwayat pendidikan serta pekerjaannya saja. Sang Dokter jarang sekali membeberkan cerita pribadinya tentang istri atau pun anaknya. Dalam pikiran mereka, cukup bekerja dengan baik walaupun kadang mereka selalu penasaran apa bila sang dokter mendapat telepon misterius dari anaknya. Bagaimana mereka tahu bahwa itu adalah anaknya sang dokter apabila sang anak selalu menelpon ayahnya melalui nomor telepon klinik yang awalnya pasti diterima oleh Zitao yang merangkap menjadi resepsionis.
Pekerjaan hari itu pun dimulai seperti hari biasanya, orang sakit masuk dan keluar.
.
Hotel x di pulau jeju
Di lain tempat, seorang pria yang mempunyai tinggi di atas rata-rata menandang diri di cermin besar sambil memasang dasi dan jas dongker dengan aksen silver di tepi kerah. Terlihat seperti model profesional atau CEO muda. Dibenarkan nya letak dasi yang dia pakai dan tersenyum puas dengan ketampanannya.
Diatas meja perkakasnya tersebut terdapat segelas teh krisan favoritnya. Geser sedikit dari gelas itu terdapat berbagai produk skin treatment minitube yang berserakan. Sudah jadi rahasia umum bahwa laki-laki pun perlu merawat diri, tidak salah mengapa wajah sang pemilik kamar hotel itu bak model, mulus dan mudah di poles.
'haruskah aku menjadi model sampul saja' batinnya sambil terkekeh kecil
Tok tok tok
"hyung, sudah siap?" terdengar dari luar kamar hotel tempat dia menginap. "Kris hyung, cepatlah." Karena tidak dapat jawaban dari penghuni kamar, pria itu pun membuka pintu hotel dan langsung masuk tanpa aba-aba sang penghuni kamar.
"Tunggu sebentar Sehun-ah." Jawabnya kalem saat pria yang dipanggil Sehun itu menemukannya sedang bercermin ria.
"Hyung, tahu kan sebenarnya jam berapa acaranya dimulai. Ayo perlihatkan dirimu dengan sikap tepat waktu ala CEO!" ucap Sehun sedikit kesal. Partner sekaligus abang sepupunya tersebut memang adalah calon CEO sebuah rumah sakit. Di umurnya yang sekarang 26 tahun dia masih dibilang belum berpengalaman untuk meneruskan warisan ayahnya itu.
"Sehun, kau terlalu berlebihan. Jangan buang-buang waktu dengan menceramahiku. Sana, baca saja buku anatomi fisiologi dan hafal setiap kalimatnya. Jadilah mahasiswa kedokteran yang teladan." Kris menanggapi perkataan Sehun sambil membereskan barang-barangnya yang berserakan di kamar. Kris yang melihat sehun semakin kesal hanya dapat tertawa kecil.
"Yak, hyuung, jangan ingatkan aku kembali sama ritunitas aku yang itu. Aku hanya ingin liburan dan bersantai sekarang. Jangan menasehatiku, cukup mendoakan aku saja agar kuliahku lancar dan lulus tepat waktu." Sehun lelah beragrumentasi dengan hyung-nya. Dia duduk di sofa dan meneguk secangkir teh hangat di atas meja.
"Kenapa kau meminumnya?!" sekarang gantian, Kris yang kesal terhadap Sehun.
Setelah beberapa waktu berlalu, mereka berdua pun meninggalkan kamar hotel dan menuju ke ballroom tempat acara akan dimulai. Benar saja, mereka memang telah telat 1 jam dari jadwal seharusnya. Saat memasuki ruangan semua mata menuju ke mereka berdua. Kris yang notabennya adalah sang calon CEO dan Sehun sang mahasiswa kedokteran yang berbakat, mereka terlihat bak model catwalk. Tinggi, ketampanan dan aura mereka menarik semua orang, perempuan atau pun itu laki-laki.
Sebenarnya dengan setengah hati Kris melakukan ini, berdiri di tengah-tengah dan memperkenalkan diri sebagai anak seorang CEO rumah sakit besar bahkan dia saja tidak mengambil kuliah kedokteran untuk mencoba menghindari kemauan ayahnya. Tapi yah tetap saja, niat ayah tetap keukeuh dengan keputusannya.
"tak apa kamu sering terlambat, asalkan kamu harus bisa jalani amanat ayah pada waktunya nanti"
Ayah Kris berkata dengan suara rendah bersamaan dengan suara gemuruh tepuk tangan. Pria paruh baya itu terlihat tegas dan berwibawa namun perkataannya lebih banyak diselimuti aura dingin. Mungkin itu yang membuat Kris harus ekstra sabar dalam menghadapi ayahnya. Dia harus mengikuti perintah ayahnya termasuk menikah dengan perempuan yang tidak mencintainya.
Acara pun kembali berjalan sesuai susunan acara.
.
.
Matahari berganti bulan, siang berganti malam. Sekarang Kris, Sehun dan beberapa pengisi acara peresmian rumah sakit cabang itu dilanjutkan dengan acara malam di atas kapal pesiar. Kapal itu termasuk besar, semua fasilitas lengkap di dalamnya.
Kris dan Sehun sedang bercengkrama dengan tamu seumuran mereka, berbincang dengan segelas wine ungu di tangannya. Namun saat mereka tertawa kecil, mata Kris mendapatkan sosok wanita blode dengan dress aksen biru dongker sedang bersama seorang pria asing. Mereka terlihat akrab dan sekarang tangan pria itu melingkar di pinggang wanita blode itu "Jessica..." Kris bergumam, wajahnya berubah sendu. Sehun yang menangkap itu membawa Kris keluar dari kerumunan dan menjauh di dekat balkon yang sepi.
"Hyung, gwencanayo?" Sehun heran dengan perubahan air muka Kris.
Memang tempat yang dipilih Sehun adalah tempat yang sepi, namun bukan cuma Sehun yang berpikiran begitu. Jessica membawa pria itu di balkon yang tidak jauh dari tempat Sehun dan Kris. Apa yang terjadi pun sesuai dugaan Kris sebelumnya, Jessica bercumbu dengan pria itu. Kris terpaku dengan mata terbelalak dan berusaha mengontrol air mukanya dan hal itu dapat di lihat oleh Sehun. Dia berbalik dan menemukan hal yang sama. Mereka terdiam.
"dari perjodohan itu dimulai, mungkin hanya aku yang menaruh perasaan padanya. Sekarang sudah jelas. Setiap keputusan ayah selalu berhasil membuatku kewalahan." Kata Kris. Sehun yang mendengar nada bicara Kris yang sendu itu hanya terdiam sampai saat Kris menjauh berjalan meninggalkan Sehun dan pemandangan menyakitkannya itu dengan langkah malas. Sehun berpikir tidak perlu menyusul Kris, karena seseorang yang patah hati pasti perlu waktu sendiri.
.
.
Zitao terkantuk-kantuk saat jam tangannya menunjukkan jam 10 malam. Sebenarnya klinik sudah ditutup, namun luhan memintanya untuk menemani sebentar dalam mempelajari sesuatu di ruang prakteknya.
"Luhan-unnie selalu lupa waktu kalau belajar." Karena bosan, Zitao memutar lagu dan memasang earphone dari hpnya. Bukannya mengobati rasa bosannya, lagu-lagu tersebut malah terdengar seperti lagu nina bobo untuk Zitao. Dan tidak menunggu waktu lama, kedua mata Zitao terpejam dan dia tertidur dengan kepala di atas meja resepsionisnya.
"Zitao-ah, aku sudah..." perkataan Luhan berhenti saat melihat Zitao. Tidak berniat mengganggu karena Luhan yakin, tidur adalah hal yang sangat baik bagi kesehatan, dia hanya membiarkan Zitao tertidur. Dia kirim sebuah pesan singkat dan mengatakan bahwa dia pulang duluan karena dia harus memberi makan meow nya di rumah. "lihatlah Zitao berapa liarnya mu tidur, haha.." diam-diam Luhan mengambil wajah longor Zitao dengan mulut sedikit terbuka saat tertidur dan foto itu pasti akan berguna untuk dia suatu saat nanti. Luhan pun pulang dengan mantel di tubuh kecilnya meninggalkan klinik.
.
Kris memilih menghindari keramaian, dia mengirim pesan ke Sehun bahwa dia lelah dan memilih untuk tidur terlebih dulu di kamar. Langkah yang awalnya terdengar tegas tiba-tiba berhenti saat melihat pria asing lagi, namun tidak sama dengan pria yang bercumbu dengan Jessica. Dia memakai jas hitam yang terlihat misterius. Kris yang awalnya biasa saja, tiba-tiba merinding melihat sesuatu di tangan pria itu. Dia memindahkan sebuah pistol dari saku celana ke saku jasnya.
Kris yang awalnya ragu dengan apa yang dia lakukan-mengikuti pria tersebut-. Kris memiliki perasaan yang tidak enak saat pria itu menuju ke depan kapal dimana itu adalah tempat terbuka dengan banyak orang. Dia mengirim pesan singkat kepada Sehun untuk menyuruh petugas keamanan mencegah hal yang tidak mengenakkan terjadi.
Namun terlambat, pria itu tiba-tiba mengancungkan pistolnya kehadapan para pengunjung. Secepat kilat, Kris yang melihat itu berlari dan menabrakkan diri ke pria misterius dan menjatuhkan mereka berdua. Kris dan pria itu terlibat baku hantam.
Dor
Seketika suasana semakin riuh dan dipenuhi teriakan kaget saat terdengar suara tembakan.
Dor
Suara itu terdengar lagi.
Agrh, Kris meringis, lengannya terluka.
Tidak tahu apa yang terjadi Kris menarik pria misterius itu berdiri dan meninjunya dengan satu lengan. Pistol terlepas dari tangan pria itu. Namun dengan telak, pria misterius selalu membalas pukulan yang dilayangkan Kris kepadanya. Saat satu pulukan keras menghantam Kris, dia terhunyung, badannya kehilangan acuan. Tangannya berusaha menarik jas pria itu untuk mengembalikan keseimbangannya namun gagal, mereka malah merosot dari balkon dan terjatuh ke laut.
"Kris hyung!" sehun terlambat, dia dengan petugas keamanan baru datang. Sehun melihat udara-udara mengepul keluar dari air dilihatnya sosok pria muncul. Namun muka Sehun yang pucat bertambah pucat saat dilihatnya yang keluar dari air itu bukan Kris melainkan tersangka kejadian penembakan itu.
"Kris hyung! KRIS HYUNG!?" Sehun berteriak sekeras-kerasnya namun nihil sang pemilik nama tidak memperlihatkan dirinya.
Kris berusaha sekuat tenaga untuk muncul kepermukaan. Dengan satu lengan yang tertembak, tidak memungkinkan untuk menjaga keseimbangan. Parahnya lagi, kepala Kris terkena sepakan brutal dari tersangka penembakan itu berusaha untuk keluar dari air juga. Kris linglung, setelah terlalu lama di bawah air kesadarannya mulai berubah. Kapal pesiar itu seperti bergerak cepat meninggalkannya yang menyerah akan keadaan sekarang ini.
.
.
Zitao tiba-tiba terbangun. Di periksanya display hpnya dan menemukan pesan dari luhan. Saat itu dia menyadari bahwa luhan telah pulang terlebih dulu. Sudah jam 12 malam, lebih baik aku menginap disini saja-batinnya. Tak lama saat memejamkan mata kembali dia bergumam " Lapar~"
Dengan cekatan, Ziato membuka sebuah loker kecil di meja resepsionis dan menemukan sebuah cup ramen " aku tidak menyesal menyembunyikanmu disini." Dia monolog seolah-oleh cup ramen itu bisa bicara. "pahlawan itu selalu bersembunyi dengan baik dan muncul di saat yang tepat"
Sambil bersenandung dia menyeduh, menunggu dan tak lama kemudian dia memakan cup ramen tersebut. Tidak ada acara monolog lagi, sekarang dia sedang fokus menghabiskan ramennya.
"Huaa, kenyangnya" kata zitao setelah selesai memakan ramen dan meminum kuah nya tanpa sisa." Beruntungnya aku, sebanyak apa pun aku makan badan ku tidak berubah" dia mulai monolog lagi. Mungkin pikirnya bermonolog akan menghilangkan kesan seram yang dia dapat saat sendiri di klinik.
Zitao keluar dari klinik berniat untuk membuang cup ramen kosongnya. Entah mengapa, saat di luar klinik dia tertarik untuk melihat pantai malam lebih dekat lagi. Dilihatnya kelap-kelip lampu kapal-kapal yang ada di laut. Ada yang terlihat seperti bintang atau pun hanya sekedar titik bercahaya saja. Kaki yang semakin mendekat ke pantai dan mata yang menyisir pasir pantai yang gelap. Senyum manis pun terpatri di wajahnya. Dia belum pernah melihat pantai saat malam hari seperti ini.
Saat menatap pantai lekat-lekat lagi, tiba-tiba matanya terpaku pada sesuatu hal. Terlihat seperti ikan besar yang terdampar pikirnya. Namun semakin dia lihat lagi dengan matanya yang jeli...
"Itu bukan ikan. Itu manusia!"
_TBC_
Anneyong semua~. Salam kenal, jonen Sasa Adelind imnida-bukan nama asli-. Panggil saja Sa. Alhamdulillah akhirnya aku dapat membuat sebuah ff setelah selama ini hanya menjadi reader. Ini ada lah ff debut aku setelah mengenal K-Pop begitu lama-sepertinya dari 2010-.
Semoga kalian yang sudah baca bersedia untuk Review ya. Cobalah untuk mengoreksi apa aja kekurangan ff ini, dan aku sadar pasti ada bertumpuk-tumpuk kesalahan pada ff ini. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk kelanjutan ff ini^^
Thanks You for read, Review and support, see ya next chap!
