Despair
By : Konoha XVI
Disclaimer : Naruto by Masashi Sensei
Rate : T
Warning : Alur kurang terarah, OOC, typo, kependekan, dll
Enjoy :)
.
.
.
My carcass stand still but my soul clatters….
Pathetically howling of sadness…
What left is just… despair
Part 1 : Burrow
"Paman, bangun dong!" teriak Sasuke kepada sosok pria paruh baya yang sedang tertidur tersebut. Tak ditanggapi, Sasuke kembali berteriak dengan keras.
"Paman bangun!" Seru Sasuke sambil menarik mundur lengan sang Paman. Ia terkejut dan terbangun, ia segera duduk sambil menyibakkan selimutnya.
"Hantu? Jam berapa sekarang? Kok kamu ada disini?" tanya Paman kaget.
"Di samping rumah ada suara-suara aneh…. Saat kuintip dari balik jendela… Aku nggak melihat apa-apa. Cuma pohon kamboja yang bergoyang-goyang. Hiii…." Jelas Sasuke sambil berbisik.
"Apa? Kamu mimpi, ya?" tanya Paman.
"Ayo, Paman. Kita lihat bersama…."
Dengan wajah yang masih tak percaya, Paman perlahan membuka pintu belakang rumah dan membuat suara decitan mengerikan, yang membuat jantung Sasuke berdegup kencang. Aliran napasnya terengah-engah, udara ia tahan diantara laringnya. Pembuluh aorta nya terus memacu darah dan cakra, endodermis kulitnya juga senantiasa memproduksi cairan asin bernama keringat. Pupilnya melebar hingga 200 persen. Adalah sesuatu yang hipokrit bila ia mengatakan 'tak takut' dalam situasi seperti ini.
"Boo!" Seru Paman dengan kencang sambil menyinari mukanya dengan sebuah senter.
"AAA!" Teriak Sasuke yang membuat semua aves di daerah itu berterbangan. Mendengar hal itu, Itachi sang kakak terbangun dengan kasar.
"Berisik, gua lagi tidur, bocah!" seru Itachi dengan nada yang nyaris menyentuh titik tertinggi fortissimo. Sasuke tak acuh, ia cuek tanpa memedulikan Itachi, walau ia tau betul resiko nya adalah di-Tsukuyomi oleh sang kakak.
"Hanya seekor tupai kecil…" kata paman sambil menunjuk ke arah mamalia tersebut. Sasuke melepaskan seluruh carbon dioxide yang ia tahan tadi. Itachi merotasikan kedua bola matanya dan mendecih pelan.
"Ayo balik!" Paman merangkul Sasuke dan beranjak masuk kedalam rumah. Itachi yang nyaris memakai Mangekyou Sharingan kembali menutup gorden jendela, namun sesuatu yang tak lazim menarik rasa curiosity-nya.
"Hah?" Sebuah baying-bayang seperti kain nampak di dekat pohon tersebut, sangat jelas tertangkap oleh mata Itachi. Ia mengusap kedua mata nya dan menyalakan mata Uchiha.
"Mangekyou Sharingan!" Memang mata ini tak seefektif mata clan Hyuuga dalam mencari eksistensi sebuah makhluk, namun tetap saja cukup dalam kondisi seperti ini.
"Ah gak ada apa-apa..!" Itachi kembali merubah matanya menjadi normal, merapatkan gordennya dan kembali merebahkan diri di kasur. Ia memejamkan matanya dan kembali ke alam bawah sadar. Sebuah malam yang aneh bagi mereka, suara aneh dan baying-bayang dari sebuah kain. Tak jarang orang mengalami hal yang sama, namun apakah semua ambigu ini merupakan kebetulan atau sebaliknya?
.
.
.
Dinginnya pagi menusuk tulang orang. Mentari pun belum menunjukkan senyum abadinya. Tetangga disekitar belum menampakkan tanda-tanda kehidupan, namun Itachi sudah terbangun dan bersiap untuk sekolah. Ia sedang menyantap sepotong roti isi Nutella ketika sang adik melangkah menuruni tangga.
"Kak, roti ngambil dimana?" Tanya sasuke yang matanya masih berair.
"Dapur…" Sahut Itachi asal. Sasuke beranjak kearah dapur nya yang tak lebih berada hanya 4 meter dari tempatnya tadi berdiri. Nampak Paman Ara yang sedang menuang air mendidih kedalam cangkir kopi sambil memegang sebuah buku.
"Paman itu buku apa?"
"Sejarah desa Konohagakure… Kau mau membacanya? Ini akan sangat berguna kelak bagimu…" Tanya Paman sambil tersenyum.
"Mau mau!"
"Baiklah…" Paman memberikan buku tersebut dan menyuruput kopi dengan cangkir yang berlambangkan Konoha, tepat saat sebuah mobil berhenti didepan rumahnya.
Tin Tin!
"Paman aku pergi dulu…" Seru Itachi sambil menuju lahapan terakhirnya.
"Iya, hati-hati dijalan…" Sahut paman Ara. Memang Itachi sudah bukan anak kecil lagi yang butuh perlindungan, yang tidak diijinkan untuk berangkat sekolah sendiri. Namun ini semua adalah keinginan dari sang Paman sendiri, ia peduli akan nasib Itachi yang buruk.
Grek… Pintu rumah ditutup oleh Itachi, ia berpaling dan berjalan menuju mobil monocoque yang bertuliskan 'Konoha High School' itu. Setibanya di mobil ia menyapa sang supir, Iwashi Tatami. Tak lebih dari itu, ia langsung memasang earphone di kedua telinganya, memutar lagu 'Despair'. Lagu ini memiliki alulan music yang akan membuat seseorang menjadi luluh dan merinding. Tiap nada yang dikeluarkan seakan ingin bercerita tentang kehidupan orang yang sudah tak ada.
*Bersambung*
