(Remake) Pangeran Miskin: Versi KyuMin - YunJae
.
.
Disclaimer: Ide cerita hanya milik author I don't care about Taz. Semua tokoh disini hanya milik Tuhan, diri mereka sendiri, dan orangtua masing-masing, saya hanya meminjam nama.
.
YAOI, Boy x Boy, typo (s) bertebaran, OOC, GS untuk sesedikit mungkin tokoh.
.
Don't Like Don't Read
.
.
Chapter 1: Obsesi
Sungmin memijat-mijat tulang hidungnya. Ia tidak habis pikir kenapa adik-adiknya masih bisa untuk bergerak kesana kemari, meskipun waktu sudah menunjukan pukul 06. 00 (jika diperjelas waktu sudah menunjukan 60 menit lagi menjelang bel sekolah berbunyi). Sedangkan, dia yang sejak tadi sudah memakai sepatu hanya bisa pasrah menerima teguran atasannya nanti di sekolah.
"Hyung, kaos kakiku tidak ada…," kata adik terkecilnya, Yoochun. Nyaris mewek.
Sungmin menghela napas. Ia sudah biasa dengan keadaan seperti ini. Bangun kesiangan, adik-adiknya yang ribut kehilangan barang-barangnya, dan ditegur oleh atasan jika ketahuan terlambat mengajar. Yap! Sungmin adalah seorang guru di SMA TOHO. Sekolah yang katanya memiliki predikat terbaik di Korea, dan anak-anak yang mayoritas adalah anak-anakorkay, alias: orang kaya.
"Aduuuh, coba cari lagi! Kamu kan masih SD, nggak usah pakai kaos kaki nggak apa-apa. Bilang aja lagi dicuci," Sungmin sekarang membuka sepatunya. Berniat membantu adik-adiknya untuk mempersiapkan alat-alat sekolahnya.
"Tidak usah dilepas sepatunya! Kami sudah siap, hyung." Eunhyuk yang merupakan anak ketiga di keluarga Choi melarang kakak tertuanya untuk melepas sepatu.
Sungmin terdiam. Berpikir sejenak. Sebenarnya sih, dia sudah tidak tahan untuk menarik keempat adik-adik tercintanya untuk segera pergi ke sekolah, tapi mau bagaimana lagi? Keterlambatan ini tidak dapat dicegah. "Ya deh, tapi nggak pakai lama, Kids!" kata Sungmin yang kembali duduk di atas undakan, depan pintu. "Kalau hyung telat lagi, nanti hyung bisa dipecat."
"Iya, hyungku sayang. Pasti mereka akan siap sebentar lagi!" Eunhyuk tersenyum semanis mungkin, meminta pengertian dari kakak tertuanya.
Yoochun yang tidak menemukan kaos kakinya datang lagi menghampiri Sungmin. Kali ini dia sudah lengkap dengan sepatunya (tanpa kaos kaki) sambil berwajah cemberut. "Kaos kakinya dipake sama Jaejoong hyung," katanya dengan wajah sembab.
Sungmin menepuk jidatnya, frustasi. "Aduh, sudah lah. Ayo, cepat! Boa jangan dandan terus! Jaejoong ayo cepat pakai bajunya!" teriak Sungmin.
"Iya!" jawab Boa sambil memakai dasi sekolahnya. Boa adalah anak keempat dari keluarga Choi. Dia adalah satu-satunya perempuan di keluarga ini, loh, reader. Sifatnya yang peduli akan kebersihan, dan penyayang tumbuhan sangatlah bertolak belakang dengan saudara-saudaranya yang selalu mengotori rumah, dan menaruh barang dimana saja.
Jaejoong datang dari arah kamar. "Chk, kaos kakinya aku pakai," kata Jaejoong. Si biang kerok yang membuat adik terkecilnya menangis. Dia adalah anak kedua (setelah Sungmin) dari keluarga Choi. Sifatnya yang sangat pendiam dan edigma dimata teman-temannya membuat dia sering disebut 'Pangeran es'. Padahal kalau di rumah, Jaejoong itu anaknya suka pakai barang orang seenaknya, pemalas, dan sangat cerewet akan privasinya. Istilahnya dia sangat egois. Nggak ada sifat pangerannya sama sekali.
Yoochun menatap bagian kaki atau lebih tepat kaos kaki yang sedang dikenakan oleh hyungnya. "Tuh kan! Kembaliin kaos kaki aku!" Yoochun ngesot di bawah kaki Jaejoong. Mau mengambil kaos kaki miliknya yang sudah dipakai oleh Jaejoong.
"Nggak!" Dengan seenaknya Jaejoong menendang adik terkecilnya hingga terjatuh, dan membuat ketiga orang yang lagi menyaksikan drama 'Cinderella' dadakan tersebut ber-SWT atau ber-sweetdrop ria.
Yoochun yang pantatnya sakit karena terkena ubin kayu menatap Jaejoong dengan mata yang mulai berair. "Hyung jahat, Chunnie 'kan cuman ma—"
"Udah jangan bercanda lagi! Ayo berangkat!" teriak Sungmin yang sudah mulai fokus kembali pada aktivitas hidupnya. Menyadari jika kedua adik laki-lakinya (minus Eunhyuk) hanya sedang mengadakan drama kehidupan layaknya di tv-tv yang mereka tonton kemarin. What the Heck?
"Siap!" teriak Boa, Eunhyuk, dan Yoochun—yang nangisnya nggak jadi—secara bersamaan. Mereka tersenyum sumringah. Bermaksud memberikan senyuman terbaik/semangat mereka untuk kakak tercinta.
"Pih," Jaejoong mencibir sambil ngeloyor duluan ke arah pintu. "Aku pergi duluan!" katanya dengan nada bossy. "Jaa…(sampai jumpa)"
"Yo, hati-hati!" kata Sungmin dengan santai. Dia sudah biasa dengan sikap Jaejoong yang seperti itu. Dingin, namun perhatian adalah bentuk dari keegoisan dan kasih sayangnya. Sebenarnya, jika tidak ada Jaejoong yang membantu Sungmin untuk menjaga adik-adiknya, pastinya Sungmin sedikit kewalahan. Meskipun pemalas dan seenaknya, Jaejoong yang merupakan anak kelas 2 SMA sangatlah bertanggung jawab pada statusnya sebagai salah satu keluarga Choi. Hal ini dibuktikan dengan kerelaannya untuk melanggar aturan sekolah dengan cara bekerja part time.
"Hn, kalian juga!" Jaejoong pun menutup pintu tanpa mempedulikan keluarganya yang masih tertinggal di belakangnya. Jaejoong memang baik namun egois!
"Ha-ah, dia itu..," gumam Sungmin. Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah tiga adik-adiknya yang masih menanti dirinya. "Ayo, kita juga harus pergi!" ajak Sungmin sambil meraih tangan Yoochun, hendak megandengnya.
"Ayooo!" seru adik-adiknya, kompak. Mereka pun berjalan ke arah pintu dengan semangat.
Sungmin pun tersenyum lembut, memandang adik-adiknya yang begitu manis dan sangat menggemaskan. 'Terima kasih telah memberikan aku lagi pagi yang indah, Tuhan,' batin Sungmin. Merasa bersyukur karena memiliki adik-adik yang begitu ikhlas menjalani kehidupan bersama dirinya.
~####~
Jaejoong memasuki bis. Tidak seperti saudara-saudaranya, ia diberikan uang lebih untuk menaiki kendaraan umum karena kebutuhannya untuk menjalani hidup sebagai Ketua Murid—di kelasnya.
"Jika, Ketua Murid terlambat? Tentu saja hal tersebut tidak baik," kata Sungmin.
Jaejoong tersenyum mengingat ucapan kakaknya. Tetapi, raut wajah gembiranya berubah menjadi kesal. Tempat duduk di dalam bis tersebut sudah penuh, sehingga ia terpaksa harus berdiri dan berdesakan dengan orang lain. 'Chk,' dia berdecak kesal. Setelah itu, ia pun memandang ke depan. Memandang seorang mahasiswa di depannya yang sedang memakaiearphone, dengan tabung gambar yang digendong, di belakangnya. Mahasiswa tersebut tampak seseorang yang kaya jika dilihat dari penampilannya. Tetapi… 'Kenapa dia memakai bis?' batin Jaejoong.
Tring!
Terdengar suara logam terjatuh dari arah depan pemuda (mahasiswa) tersebut, dan logam tersebut megelinding ke arah kakinya. Jaejoong menatap logam tersebut. Matanya yang selalu terlihat bosan, atau arrogant kini terlihat berbinar-binar, seperti melihat surga. 'Uang…,' batinnya dengan senyuman yang lebar. 'Tuhan pagi ini begitu baik padaku.' Jaejoong pun menatap uang tersebut seolah-olah sangatlah bernilai besar. Padahal uang tersebut hanyalah bernilai satu won.
Hehehe…
Jaejoong melihat ke kiri dan kanan lalu akan menginjak logam di samping sang mahasiswa. Di saat akan menginjak logam tersebut, bis pun mengerem secara mendadak dan Jaejoong nyaris menginjak kaki sang mahasiswa. 'Aiissshh… nyaris saja!' Perasaan Jaejoong dag-dig-dug tidak karuan. Jaejoong pasti akan loncat dari bis karena harga dirinya hilang jika dia telah menginjak kaki mahasiswa tersebut. Tetapi, lagi-lagi suara uang tersebut terdengar dan membuat pikirannya kembali terfokus pada sang logam. Yup, memang bagi pendengaran Jaejoong, uang yang jatuh dalam radius satu kilometer saja akan didengarnya dengan setajam-tajamnya. Dasar mata duitan!
Krusuk.. krusuk..
"Uang… uang… uang…," bisik Jaejoong.
Di dalam keramaian, Jaejoong berusaha untuk mendapatkan uang logam tersebut. Dia memang tidak tahan dengan yang namanya uang. Mau bagaimana pun, dia harus mendapatkan uang logam tersebut. Bahkan menyenggol pemuda/mahasiswa di depannya pun tidak masalah untuk kali ini, yang terpenting baginya obsesinya untuk mendapatkan uang tersebut tercapai.
Woi!
"Apa yang kau lakukan?" tanya mahasiswa tersebut sambil memandang Jaejoong, heran. Bibirnya yang lembut nampak menyunggingkan sebuah senyuman mengejek. Tangannya yang sedikit kepalan (nampak seseorang yang sering bermain biola dan bela diri) memegang kepala Jaejoong. Berharap anak SMA tersebut tidak mengenai bagian privasinya pada saat mendongakkan kepala. 'Anak aneh,' batin mahasiswa tersebut.
Jaejoong menyingkirkan tangan yang berada di kepalanya lalu memandang pemuda tersebut. Seolah-olah terlihat menantang. "Bukan urusanmu!" jawab Jaejoong sambil terus berkutat dengan uang yang sulit didapatkan karena suasana bis begitu padat. Pada saat sedang akan menyondongkan tubuhnya, tiba-tiba bis pun mengerem kembali (sopirnya nggak tahu diri) dan secara terpaksa Jaejoong harus menjaga keseimbangannya dengan berpegang pada benda-benda di sekelilingnya. "Aduh!"
Pluk!
WTF?
"Kau mesum juga bocah SMA?"
Jaejoong terkejut. Matanya terbelalak. "Ke-kepalaku? Ta-tanganku?" dia bergumam sambil memandang bagian privasi mahasiswa di depannya yang barusan telah mengenai kepalanya, sekaligus telah disentuh olehnya.
"Suka dengan apa yang kau lakukan?" kata mahasiswa tengil tersebut yang sukses membuat orang di sekitar mereka cekikikan, dan membuat wajah Jaejoong bertambah shock.
Da-damn it!
Bagaimana bisa seorang sempurna seperti dia mengenai/melakukan hal menjijikan seperti itu? Oke, memang terdapat kain yang membatasi barang privasi tersebut… tetapi tetap saja! Jika ada satu orang yang dikenalnya saja tahu, mau dikemanakan mukanya? Ya ampun. Dia harus cepat-cepat turun. Sekarang juga!
"Berhentiii!" teriak Jaejoong yang langsung menerobos kerumunan orang. Tidak mempedulikan teriakan 'korban' yang terus memanggil-manggil dirinya. 'Ke-kepalaku dan tanganku sudah tidak virgin lagi?' Tidaaaak! Apa yang harus aku lakukan? teriak dalam batin anak kedua Choi, Choi Jaejoong.
~####~
Sreeet!
Sungmin membuka pintu ruang guru, dan seluruh mata yang terdapat di ruangan tersebut langsung tertuju pada dirinya. 'Mudah-mudahan dia belum datang,' mata Sungmin menatap liar, tidak peduli dengan tatapan heran yang diberikan oleh orang-orang sekelilingnya. Sebab, yang terpenting bagi diri Sungmin adalah dia tidak ketahuan terlambat—untuk kesekian kalinya—oleh Kepala Sekolah SMA TOHO.
Beberapa saat kemudian…
"Hahh, tidak ada..," katanya sambil mengelus dada. Hatinya yang sempat berdebar-debar kini begitu lega karena Kepala Sekolah (orang yang selalu memarahinya) belum datang.
"Belum ada apa, Sungmin seonsaengnim?" tanya Kyuhyun, salah satu murid di sekolahnya. Kyuhyun adalah anak yang terkenal perfectionist, arrogant, dan dingin layaknya Jaejoong. Bisa dikatakan, jika Jaejoong seangkatan dengan dirinya (Note: Jaejoong kelas dua dan Kyuhyun kelas tiga), maka dipastikan akan terjadi perang dingin antara mereka berdua. Tidak seangkatan saja sudah perang dingin, apalagi seangkatan? Yah… dapat dipastikan akan terjadi pertumpahan darah (dengan kata lain, Author sedang mendramatisir cerita).
Sungmin membalikan badannya. Menatap Kyuhyun yang sedang berdiri tepat di belakangnya. "Eh, Kyuhyun. Tidak… tidak ada apa-apa kok," katanya. Tidak mau repot-repot menjawab pertanyaan salah satu anak pembisnis terkaya di Korea.
"Mhm begitu… Jika begitu, kenapa anda tidak segera ke kelas dan mengajar kami?" tanya Jung bungsu dengan nada bosan, seperti biasanya.
Sungmin berpikir sejenak. 'Oh iya, sekarang kan aku harus mengajar di kelas anak ini,' batin Sungmin yang sedikit ogah-ogahan untuk mengajar di kelas Kyuhyun. Kenapa? Gimana nggak ogah-ogahan! kelas Kyuhyun adalah kelas yang terdiri dari anak-anak kaya, berbakat, dan pintar. Sehingga, anak-anak tersebut cenderung meremehkan guru, dan tidak segan-segan untuk mengganggu guru-guru yang memasuki kelas tersebut. Anehnya, berbeda dengan guru yang lain, Sungmin yang merupakan guru honorer tidak pernah diganggu oleh anak-anak tersebut. Dia malahan aman-aman saja untuk keluar-masuk kelas tersebut. Bahkan, ia selalu diminta oleh anak-anak kelas tersebut untuk mengajar. Tetapi, meskipun seperti itu, dia tetap tidak suka pada kelas yang berisi anak-anak tidak disiplin dan tidak tahu tata krama!
"Ah, aku sebentar lagi akan datang ke kelasmu. Kau masuklah ke kelas, dan suruh anak-anak untuk membaca halaman 234-236 terlebih dahulu," Sungmin memberi komando. "Oh iya, jangan lupa untuk mengumpulkan tugas-tugas yang aku berikan kemarin!"
Kyuhyun sang ketua OSIS mengangguk hormat. "Jika begitu, saya pamit. Selamat pagi!" katanya dengan nada seformal mungkin. Ia pun beranjak pergi dari ruang guru. Meninggalkan Sungmin yang masih saja memandang ke arah pintu walaupun Kyuhyun sudah hilang dari balik pintu tersebut.
~####~
"Bagaimana? Bagaimana?"
Anak-anak yang sedari tadi menunggu Kyuhyun keluar dari ruang guru langsung berhamburan—menghampiri namja tampan tersebut. Mata mereka tampak dipenuhi rasa penasaran. Entah penasaran akan apa, Author pun tidak tahu.
Kyuhyun tersenyum tipis, seperti seorang Pangeran Charming yang baru saja menemukan sang putri. "Sebentar lagi dia akan ke kelas kita!" seru Kyuhyun sambil memandang seluruh teman-teman sekelasnya yang menanti informasi darinya—nyaris mirip seperti mengantri sembako.
Yeeessss!
Mereka berseru di dalam hati. "Jika begitu ayo kita bereskan kelas kita!" seru Onew, sang penyuka ayam dengan suara yang dipelankan—sepelan mungkin.
"Ayooo!" seru para siswa yang langsung berhamburan ke kelas. Mereka cepat-cepat ke kelas bukan untuk membereskan buku, sampah atau apapun. Mereka cepat-cepat ke kelas hanya untuk membereskan poster-poster bergambar Sungmin yang terdapat di dinding, tulisan-tulisan 'love Sungmin' yang terdapat di papan tulis, bahkan barang-barang berbentuk Sungmin yang mereka desain secara khusus agar menyerupai Sungmin. Ada-ada saja! Rupanya kelas tersebut beranggotakan SSFC atauSungmin Seonsaengnim Fans Club.
~####~
"Jadi, pada dasarnya… Presiden pertama di Korea itu ad—
"Ya, Shindong?" Sungmin menghentikan perkataannya. Ia memandang pria tambun yang sedang sibuk memakan kripik kentang di bagian bangku paling belakang. (Bagi para anak-anak baik mohon jangan ditiru).
"Jika anda memilih di antara kami, manakah yang anda akan pilih sebagai murid kesayangan anda?" Shindong bertanya dengan nada polos. Nampak tidak ada kata-kata yang berniat menjebak sama sekali di dalamnya.
Seluruh mata anak di dalam kelas langsung tertuju pada Sungmin. Bahkan Zhoumi (anak termalas) yang sedang asik tertidur pun langsung terbangun. Ingin mengetahui apa yang akan dijawab oleh guru tampan, handsome di depannya.
Sungmin memberikan senyuman charming-nya. Membuat seluruh anak silau karena senyumnya yang mirip sekali seperti malaikat. "Tentu saja aku mencintai kalian semua. Kalian adalah murid-murid ku yang terbaik," kata Sungmin dengan jawaban standar. "Memangnya ada masalah dengan cara mengajarku? Apakah aku terlalu pilih kasih?" Sungmin meletakan buku yang dipegangnya sedari tadi di atas meja guru.
"Tidak!" jawab seluruh murid, serentak. "Karena kau tidak pilih kasihlah yang membuat kami bingung," mereka memandang Sungmin dengan tatapan aneh. Tatapan yang… err… penuh harapan.
Sungmin mengangkat sebelah alisnya. "Maksud kalian?" tanyanya. Ada apa dengan anak-anak ini?
"Let's show, Kids!" Onew menjentikkan jarinya, dan seluruh murid pun langsung merubah posisi mereka menjadi ekstrim atau lebih tepatnya posisi menggoda.
Sandara tersenyum lembut. Ia mengibaskan rambut panjangnya dengan kibasan yang begitu menggoda. Hingga anak-anak yang berada di dekatnya bisa mencium shampoo mahal yang telah dikenakannya. "Apa kau suka tipe seperti aku Sungmin seonsaengnim?" tanya Sandara dengan senyuman penuh ala Jelo (Jennifer Lopez). Membuat Sungmin melongo, terkejut, sekaligus shock.
"Atau kau menyukai tipe ku?" Hyorin yang terkenal paling sexy di mata para anak-anak SMA tiba-tiba sudah duduk di bangku guru sambil mengelus pahanya, dan jika mereka tidak dalam rencana untuk menggoda Sungmin, pastinya mereka sudah bersiul-siul ria.
"Atau aku?"
"Atau aku!"
"Aku mungkin!"
"Demi masa, pasti aku!"
"Aku! Demi masa depan yang cerah, pasti aku!" teriak seorang pemuda dengan jidat yang begitu lebar penuh semangat. Tidak mengerti kenapa dia bisa begitu terobsesi dengan guru setampan Sungmin. Hanya Tuhan dan dirinyalah yang tahu.
"Kyaaaaaa, Sungmin seonsaengnim siapa yang kau pilih?" teriak seluruh murid sambil mendekati Sungmin. Mereka menatap Sungmin dengan penuh rasa keingintahuan. Penuh rasa ingin terpilih, seolah-olah mereka adalah calon kandidat Miss Universe di hati Sungmin.
Ma-masalah itu…
Sungmin menelan ludah. "I-itu…," Sungmin berjalan mundur, hingga punggungnya menabrak papan tulis. Terperangkap di antara benda mati, dan murid-muridnya. "Aku tidak bisa menjalani hubungan antara murid dan guru…," jawabnya dengan nada polos.
"Eh? Ah… Sungmin seonsaengnim tidak seru," jawab seluruh murid dengan kecewa.
Minggir!
Sunny pun maju ke depan. Mengambil ujung dasi yang dikenakan oleh Sungmin dan memutar-mutar ujung dasi tersebut dengan jari manisnya. "Bagaimana jika aku?" tanyanya, sambil mengedipkan mata.
Sungmin tersenyum kecut. Meskipun ia mengakui sering mendapati godaan seperti ini, bukan berarti dia bisa diganggu oleh murid-muridnya. Tetapi bagaimana cara dia melawan? Murid-muridnya tampak lebih kuat dari dia, dan jumlahnya cukup banyak. 'Seandainya ada seseorang yang memban—
"Hentikan!" suara bariton pun menghentikan seluruh murid yang sedang sibuk kasak-kusuk di depan Sungmin. Mereka menyingkir, memberi jalan untuk sang Ketua OSIS.
Tap.. Tap.. Tap..
Langkah sepatu yang penuh kepercayadirian pun secara perlahan mendekati Sungmin. Perlahan semakin mendekat sampai akhirnya pemilik mata tajamitu pun bertatapan dengan mata hitam Sungmin. Kyuhyun tersenyum sinis memandang guru di depannya. "Untuk apa kita cape-cape mengurusi seorang gay?" tanyanya. "Dia tidak akan pernah menyukai kalian sedikit pun."
G-gay?
Eh?
Mata Sungmin membulat dengan sempurna. Ini adalah suatu penghinaan. Meskipun dia terlewat cakep hingga alih-alihnya jadi cowok cantik, bukan berarti dia seorang gay! Jung Kyuhyun adalah murid yang paling tidak tahu cara menjaga lisan dibandingkan para murid yang lainnya.
"Kau aku hukum! Detensi nanti sore. Datanglah ke ruanganku!" seru Sungmin sambil memandang Kyuhyun, sengit. Tidak mau profesinya sebagai seorang guru diinjak-injak oleh seorang murid.
Kyuhyun tersenyum simpul. Ia pun mengangkat kedua bahunya. "Terserah," jawabnya dengan nada tenang. Meskipun dia sangat gembira dan bersorak di dalam hatinya. 'Yess, Yess, Yess… aku bisa berduaan di sore ini bersama Choi Sungmin seonsaengnim! Take That! Tidak ada yang boleh memiliki Sungmin seonsaengnim kecuali aku seorang!' serunya sambil berjalan ke luar kelas. Menikmati kemenangannya.
Seluruh murid pun melongo. Kalah untuk kesekian kalinya oleh Jung bastard. 'Dia curang!' batin mereka.
~####~
Di waktu jam istirahat, SD TOHO
Yoochun sedang asyik duduk di bangku terdepan sambil membaca buku ketika beberapa gadis cilik datang menghampirinya. "Chunnie… mau makan bareng aku?" tanya gadis-gadis cilik tersebut seraya membawa perlengkapan bekal mereka yang tampaknya harganya mahal-mahal.
"Makan bareng?" Yoochun membeo. Memastikan apa yang didengarnya adalah benar.
"Iyaaa," jawab para gadis tersebut.
Mendengar 'makan bareng' mata Yoochun langsung blink-blink. Menyangka gadis-gadis yang di depannya adalah para bidadari. Ia pun tersenyum semanis mungkin. Seolah-olah mendengar sebuah lonceng keadilan yang berbunyi dan terdengar di seluruh penjuru dunia. "Hm-hm," jawabnya dengan diiringi anggukan. "Dengan senang hati."
"Kyaaaaaaaaa!" gadis-gadis cilik di kelas Yoochun pun bersorak riang. Mereka langsung berhamburan ke arah Yoochun. "Kyaaa, makan ini.. makan ini...," seru para gadis tersebut sambil menyuapi Yoochun tanpa mempedulikan para anak laki-laki yang sedang menatap Yoochun dengan tatapan sebal, alias cemburu. Cmiww.. Hidup memang indah bagi Yoochun.
~####~
Di waktu jam istirahat, kelas 3, SMP TOHO
"Pricesa~ Mau kah kau menikah denganku?" untuk kesekian kalinya Eunhyuk ditembak oleh pria di depannya, Donghae. Mahasiswa jurusan management yang benar-benar demen ngejar anak-anak SMP… mhm… atau lebih tepatnya mengejar Eunhyuk.
Eunhyuk tersenyum sangat manis. Lebih manis dari madu (?) "Maaf Donghae, tapi aku tidak bisa…," katanya dengan ekspresi sedih, walaupun hatinya sih biasa aja. Cuman sebagai pelajar baik-baik dia harus menolak seorang pria dengan baik-baik juga, bukan? Itulah yang selalu Sungmin ajarkan pada dirinya.
Donghae membelalakan mata. Terkejut dengan jawaban yang diberikan Eunhyuk. Meskipun dialog ini terus diulang selama berkali-kali, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan dan ekspresi itu jugalah yang selalu diulang pemilik marga Lee tersebut. "Ke-kenapa?" tanyanya dengan nada kecewa.
Eunhyuk memeluk Donghae. Layaknya drama-drama picisan di tv-tv. " karena… aku mencintai seseorang…" lirihnya dengan nada sedih.
Hah?
"Si-siapa Hyuk-kie?" Donghae berlagak terkejut. Walaupun dia tahu siapa orang yang jelas-jelas disukai tambatan hatinya. Yah, ibaratnya… lumayan dapat pelukan gratis dari sang pujaan… Hehehe…
"Sungmin," jawab Eunhyuk dengan tatapan sedih setelah melepaskan pelukannya. Ia sangatlah menyukai hyungnya, tetapi apa boleh daya? Hyungnya ya hyungnya… tidak mungkin berubah status menjadi suaminya… Dasar Eunhyuk…
"Sungmin? Siapa dia? Kenapa mesti dia?" tanya Donghae dengan tatapan cemas, bersiap-siap untuk bunuh diri. Dengan bodohnya si Donghae malah melupakan nama 'kakak iparnya' lagi. Dasar orang aneh.
"Karena dia adalah orang yang benar-benar aku kagumi..," Eunhyuk pun tersenyum manis. Lalu dengan ekspresi sedih ia berlari meninggalkan Donghae layaknya sinetron-sinetron India. "Mianhae…" katanya sambil nangis bombay. Berlari tidak tentu arah.
Hyukkie!
Hyuk!
"Kau jahat Hyukkie!" teriak Donghae sambil bersujud lebay di atas ubin koridor sekolah. Meratapi nasibnya yang untuk kesekian kalinya ditolak karena alasan yang sama: orang yang disukainya menyukai kakaknya sendiri!
Dasar Ironis!
~####~
Di waktu jam istirahat, Kelas 1, SMP TOHO
"Boa~ Aku sudah mirip oppamu belum?" tanya seorang anak SMP yang memiliki rambut kecoklatan, dan merupakan salah satu pengagum Sungmin. Melihat wajah Jonghyun yang nggak jelas preman atau orang baik-baik membuat Boa kesal. Ditindik kok mau mencoba mirip seperti oppanya?
"Belum!" seru Boa sambil mengembungkan pipinya. Sebenarnya sih dia sudah biasa dengan tingkah laku sobat satunya ini. Tetapi jengkel juga kalau orang yang disukainya selalu berpikir mengenai oppanya secara terus-menerus. Malah terkadang, dia selalu merasa cemburu. Kenapa sih, nih orang nggak pernah bisa lihat orang cantik yang selalu menemaninya?batin Boa, narsis.
"Tetapi kenapa? Bukannya rambutku sudah warna coklat?" tanya Jonghyun sambil membetulkan posisi rambutnya agar terus miring ke samping kiri dan memamerkan senyuman manis, layaknya rambut dan senyuman Sungmin. Tetapi, senyuman tersebut nampak lucu namun aneh dimata Boa. 'Seandainya saja yang ditirunya bukanlah oppa, pasti aku akan memujinya.' Boa pun memandang Jonghyun, takjub.
Heh? Apa yang kamu pikirkan Boa? Jangan lemah, jangan lemah!
Boa membuang muka, sebal. "Kalau belum ya belum!" ia menatap meja di depannya dengan sinis, seolah-olah meja itulah yang bersalah pada dirinya. "Dan kau tidak akan pernah bisa mirip sama oppa!"
Jeger!
Suara petir serasa berada di dalam hati Jonghyun. Dia tidak percaya jika dia seburuk itu. "Aku tidak mirip?" nadanya sedih dengan wajah tertunduk, dan tubuh gemetar. "Benarkah itu?"
"I—
Suara Boa tertahankan. Ia sedikitnya merasa bersalah pada orang di depannya. Boa pun menepuk pundak Jonghyun dengan ekspresi merasa bersalah. "Ah… maaf bukan itu mak—
Brak!
"Hahahahahahahahaha" Jonghyun tertawa kesetanan sambil memukul meja di depannya. Tiba-tiba percaya dirinya kembali pulih dengan hanya waktu sekejap. "Kau jangan bercanda! Dibandingkan kalian, akulah yang paling mirip dengan dia!" seru Jonghyun yang entahlah darimana datangnya kepercayadirian tersebut. "Jaejoong, Eunhyuk, kau, dan Yoochun… nggak ada mirip-miripnya!"
Nggak ada mirip-miripnya?
Jonghyun naik ke atas meja sambil bergaya ala Sungmin. Ia pun menyanyikan lagu 'Lucifer.' Sedangkan anak-anak yang lain langsung bertepuk tangan sambil mengikuti nyanyian Jonghyun.
Boa pun hanya bisa megelengkan kepalanya. Menerima kegilaan yang terdapat di dalam diri sahabatnya. 'Oppa memang sudah menyebarkan virus Sungminholics,' batin Boa. 'Kasihan sekali sahabatku ini sudah terkena penyakit ini.' Boa pun lebih milih untuk ke luar kelas. Meninggalkan teman-temannya yang sedang stress tahap akut.
Di tengah-tengah perjalanan menuju kamar mandi, Boa terkikik ngeri. 'Mudah-mudahan saja penyakitnya menghilang, dan hatinya beralih pada diriku, hohohoho..' batin Boa dengan aura champion yang begitu superior, dan membuat seluruh orang yang berada di sekitarnya bergidik ngeri. 'Lalu aku bisa terus berduaan sama Jonghyun, hihihi.. Kakek Jonghyun 'kan orang kaya, nggak salah 'kan kalau aku ngeembat dia?'
Asik...
Begitulah awal cerita ini. Di mulai dengan kehidupan kemiskinan di keluarga Choi, dan diakhiri dengan author gaje yang ending-nya pun tidak tahu…
~TBC~
Uwiiiiiwwww berhasil juga untuk chapter perdana XD
Ada yang merasa familiar dengan ff ini? Yap, sebenarnya ff yang aku post ini hasil remake dari ff author I don't care about Taz, dengan judul yang sama, Pangeran Miskin. Berhubung ff itu adalah ff paling aku favoritkan di fandom Naruto, jadi aku coba remake dengan tokoh dari Korea dan masuk di fandom Screenplay, siapa tahu aja banyak yang suka dan mau saling berbagi pendapat tentang hasil dari buah pikir dari author Taz yang asli. Fanfic ini udah legal, tenang aja, authornya udah ngizinin remake ff-nya yang ini kok, jadi ga ada usur plagiat atau nyolong ff orang lain disini yaa~ ;)
Yang penasaran sama cerita aslinya, silahkan kunjungi ff dari author I don't care about Taz – Pangeran Miskin: Versi SasuNaru, ini ff yang asli.
Teramakasih untuk author Taz yang udah ngizinin remake ff ini. Terimakasih juga untuk Lia Cassiopeia yang mau bantu aku nyari pengganti tokoh ff ini #bow
Yosh, cukup sampai disini bacotan saya, semoga banyak yang suka untuk ff remake kali ini. Sampai jumpa di chapter berikutnya 'o')/
