(Baby, not a day goes by that) I'm (not) into you..
Nama : Kim Jonghyun
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa tingkat akhir, part timer ojek online
Status : Single, makan aja gak sempat apalagi pacaran
.
Nama : Park Jihoon
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : member dari grup rookie Wanna One dari Survival Show Produce 101, pelajar SMA
Status : Single, masih belum terbiasa dengan kehidupannya sebagai idol
-0-
"Bang Jonghyun.. bang, cepat, cepatlah kemari!"
Jonghyun baru saja memarkir sepeda motornya, pada saat Euiwoong—anak ibu kosnya yang masih SMA beserta sahabat karibnya yang merupakan anak tetangga kos Jonghyun, Hyungseob menarik tangannya tanpa mempertimbangkan betapa lelahnya mahasiswa ini baru saja pulang dari aktivitasnya yang sangat padat. Ia saja belum sempat melepas helmnya. Namun karena ia tidak tega mau menolak, dan Euiwoong adalah anak ibu kosnya—ia tidak mau diusir mamanya tentu saja, ia pasrah saja diseret menuju apapun yang akan mereka tunjukkan pada Jonghyun.
Jonghyun mengernyit saat ia tiba di tempat tujuan. Ia dibawa ke ruang keluarga rumah Euiwoong yg saat ini benar-benar penuh orang. Ada ibu kos, ibu Hyungseob, Justin anak orang kaya dari Cina yg merupakan teman sekolah Euiwoong dan Hyungseob, Yoo Seonho anak tetangga yang super petakilan dan ibunya yang juga cerewet. Dan tidak ketinggalan ada Om Taehyun, bujang lapuk salesman showroom mobil, yang terkenal sebagai biang gosip di kos Jonghyun.
"Oh, dek Jonghyun, duduklah. "
Ibu Euiwoong berkata tanpa menoleh, matanya masih fokus ke televisi. Jonghyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Ruang keluarga ibu kosnya ini terlalu kecil untuk orang sebanyak ini, tentu saja tidak ada lagi tempat tersisa untuk Jonghyun duduk. Mahasiswa itu akhirnya memilih untuk berdiri daripada ia harus duduk di atas meja.
"Lihat bang, hari ini adalah pemilihan final line up-nya. Kau sudah terlambat setengah jalan."
Jonghyun menyadari apa yang sedang terjadi di sini. Ternyata mereka sedang nonton bareng episode final dari acara Survival idol Produce 101, makanya heboh sekali sampai seperti warga satu RT dikumpulkan. Sebenarnya bocah-bocah itu sudah heboh sejak awal penayangan Survival Show ini padanya. Maklum saja, acara ini memang sedang menjadi perbincangan hangat di seluruh penjuru Korea. Namun karena Jonghyun terlalu sibuk—well, salahkan skripsinya yg stuck karena tidak kunjung di-acc proposalnya oleh dosen pembimbing, dan juga kesibukannya sebagai part-timer driver ojek online. Jonghyun bahkan tidak punya waktu untuk hanya sekedar membuka internet selepas kerja karena begitu sampai rumah ia langsung tidur. Boleh dibilang ia kurang update, namun mau bagaimana lagi.
Walaupun begitu, Jonghyun tahu sedikit tentang Produce 101, nama-nama pesertanya dan perkembangan tiap minggunya dari anak-anak yg super berisik ini. Itu pun kalau mereka mengoceh pada Jonghyun ia hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan. Dari ocehan mereka ia bisa tahu seseorang yang menurut mereka seksi yang bernama Kang Daniel, si tampan cintanya Hyungseob, Ong Seongwoo yang Jonghyun hapal karena nama keluarganya yang aneh, Lai Guanlin yang diaku pacar oleh si Seonho, Nayana-boy Lee Daehwi, lalu si winkboy Park Jihoon yang menurut mereka sangat menggemaskan. Jonghyun sendiri jika harus menunjuk orang yang memiliki nama-nama itu mungkin ia tidak tahu yang mana.
"Wah jantungku serasa akan copot. Cepatlah katakan siapa ranking 1-nya representative-nim, jangan banyak bertele-tele". Seonho si anak ayam yang kelewat gak sabarnya sampai berdiri dan menghentak-hentakan kakinya, dibelakangnya Euiwoong protes karena Seonho-yang notabene tidak sadar kalau ia itu raksasa, menutupi pandangannya.
"Kalau menurut aku, pasti Daniel akan jadi nomor 1, lihat saja minggu kemarin saja ia kan ranking 1, dan belakangan ini namanya menjadi trending di pann, dibanding Jihoon yang fansnya lebih banyak di cohort umur 10 aku rasa daniel akan menang karena vote-nya merata tinggi untuk semua cohort. Iya tidak? " Om Taehyun mulai berkomentar dengan nada bicara ala komentatornya, yang diiyakan dengan semangat oleh Hyungseob.
"Ya, walaupun Daniel bukan fixed pick-ku, jika aku disuruh memilih antara dua, aku akan memilihnya dibanding Jihoon."
"Sayang, Ong-oppa hanya di ranking 5, Woojinie-baby juga di ranking 6, tapi baguslah kalau keduanya ranking 1 atau 2 kan aku tidak bisa memilih."
Jonghyun jadi bingung Hyungseob itu suka dengan siapa.
"Iya Daniel aja, Aku gak suka Jihoon. Ia menggoda Guanlinku!" Kali ini Seonho bersuara lagi. Mamanya langsung mengetok kepalanya dan bergumam 'anak kecil gak usah sok suka-sukaan', dan menambahkan fakta yang menyakitkan kalau 'Lai Guanlin aja gak tau kamu hidup' yang bikin Seonho langsung terisak dalam diam.
"Ya, semoga Daniel saja," ibu Hyungseob menambahkan. Sepertinya jika vote dilakukan hanya di rumah ini, sudah pasti Kang Daniel juara 1.
Jonghyun memperhatikan layar televisi yg sekarang sedang menyorot kedua kontestan kandidat ranking 1 itu. Kamera fokus ke seseorang dengan tag nama Kang Daniel yang Jonghyun akui memang seksi—walaupun Jonghyun lebih seksi sih, pantas saja ibu-ibu banyak yang mendukungnya. Lalu kamera berpindah ke seseorang yang memiliki aura berbeda jauh dari Kang Daniel tadi, wajahnya imut-imut dengan pipi yang tembam. Jonghyun tersenyum, anak itu benar-benar adorable. Rasanya jika kenal, ia ingin mencubit pipinya karena gemas. Entah kenapa Jonghyun tertarik dengan kontestan Park Jihoon ini, ia sangat suka matanya. Matanya berbinar-binar terlihat begitu polos. benar-benar sangat indah. dan Jonghyun pun membayangkan bagaimana aslinya jika ia memang bertatapan langsung dengan mata itu. Apakah ia akan terhipnotis, yang pasti ia akan suka berlama-lama memandangi manik indah itu.
"Bang, kau pilih siapa?" Tanya Euiwoong yg sejak tadi tidak banyak komentar, sepertinya ia kecewa karena jagoannya tidak masuk kandidat ranking 1.
"Oh, Park Jihoon aku rasa. "
Dan seisi ruangan mengeluarkan suara protes. Apalagi bocah-bocah yang sejak tadi memilih Kang Daniel.
"Ah bang Jonghyun, kok pilihan kita tidak sama, padahal aku kira kita jodoh.." Hyungseob mencebikkan bibirnya. Jonghyun hanya tertawa sewaktu ibu Hyungseob mencubit pipi anaknya yang menurutnya memalukan. "Jangan didengarkan ya dek Jonghyun.."
Jonghyun tersenyum melihat Hyungseob yang tambah heboh karena mamanya sendiri tidak mendukungnya, sedangkan Euiwoong dan Seonho kompak mengejekinya.
'Dan, centernya adalah.. Selamat, trainee kang daniel..'
'Yes!'
Semua orang diruangan itu bersorak senang. Jagoan mereka akhirnya mendapat ranking 1. Selanjutnya disebutkan ranking 11, orang terakhir yang akan debut. Setelah seluruh final line-up diumumkan keadaan ruang keluarga ibu kosnya ini menjadi senyap karena semuanya menangis. Oh, ada jagoan mereka yg tidak debut. Makanya semua sedih. Jonghyun merasa tercengang melihat betapa acara ini bisa mempengaruhi perasaan orang yang menontonnya. Jonghyun jadi bersyukur ia tidak mengikuti acara ini sejak awal. Kalau tidak ia bakal baper seperti orang-orang yang ada di ruangan ini sekarang.
-0-
Hari ini Jonghyun bangun agak siang karena ia sedang tidak ada jadwal untuk bertemu dengan dosen pembimbingnya. Dan ia pun berencana untuk mulai kerja part timenya sore nanti, itulah enaknya menjadi driver ojek online, waktu mulai kerja tidak ditentukan dari perusahaan. Jonghyun sudah sangat lelah kemarin, ia butuh istirahat sejenak.
Jonghyun memutuskan untuk tetap di kasurnya dan bersantai-santai. Ia akan merapel sarapannya nanti dengan makan siangnya. Ia membuka-buka ponselnya yang rasanya sudah lama sekali tidak ia mainkan kecuali hanya untuk membuka aplikasi pesan dan aplikasi ojek online-nya. Ia lalu membuka-buka pann. Ia tidak terkejut ketika melihat semua post membicarakan acara Produce 101 dan grup finalnya, Wanna One itu. Jonghyun jadi teringat Kontestan yang menarik perhatiannya tadi malam.
Park Jihoon
Jonghyun mengetik namanya di kolom pencarian dan semua hal mengenai Park Jihoon muncul. Ia memutuskan untuk menonton video fancam eyecontact miliknya. Jonghyun tertegun melihat betapa aura anak ini bisa berubah dari imut-imut menjadi seseorang yang berkarisma dan yang mengejutkannya juga, ia bisa bertingkah seksi pada saat perform di atas panggung, pantas saja ia begitu populer.
Jonghyun menonton beberapa video eyecontact lainnya dan menonton video Jihoon focus buatan fans. Ia tersenyum melihat sisi menggemaskan yang ditunjukkan park Jihoon di luar stage. Jonghyun bahkan menyimpan beberapa gif set Park Jihoon aegyo. Dan favoritnya adalah jargon 'Nae Maeum Soge Jojjang' yang menjadi trademark-nya.
Jonghyun menggelengkan kepalanya sambil tertawa saat ia sadar ia sudah menyimpan banyak gambar dan video Park Jihoon.
Apakah sekarang ia bisa disebut sebagai fanboy dari Park Jihoon?
-0-
Jonghyun sedang beristirahat di pinggir jalan saat notifikasi driver online-nya berbunyi. Calon penumpang ini berada taman dekat dengan posisi Jonghyun saat ini dan menuju daerah Gangnam. Jonghyun pun menerima order ojeknya dan menelpon pelanggannya tersebut yang bernama Park Jihoon, yang kebetulan sekali namanya sama dengan Wanna One member yang Jonghyun cari tahu beberapa hari sebelumnya.
"Mas saya Jonghyun, driver Do-jek, mas dimana ya? Saya kesana sekarang"
"Mas ke taman yang di seberang apartemen paling tinggi itu ya, saya tunggu disitu." Suaranya agak serak.
"Oke mas, ditunggu ya"
Jonghyun mengenakan helmnya dan langsung mengedarai motornya menuju tempat pelanggannya berada, ia tak mau membuatnya menunggu lama.
Di taman itu hanya ada satu orang yang sedang duduk di ayunan. Ia menggunakan topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Jonghyun langsung menghampiri orang tersebut.
"Park Jihoon ya, saya dari Do-jek."
Orang itu mendongak dan memandang langsung Jonghyun. Rasa-rasanya Jonghyun pernah familiar dengan mata ini, jangan bilang—
"Ini helmnya mas, Gangnam-nya sebelah mana ya? "
"Di apartemen xx mas."
"Oke, naik aja mas."
Jonghyun menunggu sampai orang yang bernama Park Jihoon itu naik ke sepeda motornya. Setelah ia yakin penumpangnya sudah siap ia mulai mengegas sepeda motornya menuju arah Gangnam.
"Masnya habis dari mana kok sendirian aja di taman?" Bukannya Jonghyun kepo, ia memang sering mengajak ngobrol pelanggannya. Tidak ada maksud lain sih, supaya lebih nyaman saja suasananya.
"Saya pulang kerja mas, mau refreshing. Disitu tempatnya enak."
Anak itu sepertinya masih begitu muda tapi sudah kerja, Jonghyun jadi iri. "Oh begitu..enak ya mas udah ada kerjaan tetap. Saya sih masih begini aja, kuliah ga selesai-selesai, mau ga mau kerja ginian buat tambah-tambah biaya kuliah."
"Iya mas. "
Jonghyun terjejut saat tiba-tiba saja penumpangnya itu mengeratkan pegangannya pada pinggang Jonghyun. Malah ia menyenderkan kepalanya dipunggungnya.
"Mas, mas ngantuk ya mas?"
"Maaf mas, boleh saya sandaran? Saya capek."
Jonghyun sebenarnya tidak enak, ia tidak biasa melakukan skinship apalagi dengan orang yang tidak dikenalnya. Sekarang ini penumpangnya sedang bersender sambil memeluknya dari belakang. Kalau pacar sih gak masalah, tapi ini orang asing yang Jonghyun tidak kenal.
Tapi dari suaranya penumpangnya ini sepertinya benar-benar sangat lelah. Karena tidak tega akhirnya Jonghyun membiarkannya tetap memeluknya dari belakang.
"Yaudah mas kalau ngantuk bilang ya, saya takut kalau mas ketiduran nanti jatuh."
"Iya mas, makasih ya."
Jonghyun meneruskan perjalanannya. Ia sengaja mengendarai motornya pelan-pelan karena ia takut penumpangnya yang kelelahan itu akan kehilangan keseimbangan jika ia mengebut.
"Nah, sampai mas."
Penumpang itu turun dan mengembalikan helmnya pada Jonghyun. "Jadi berapa mas? "
"5000 won mas."
"Ini mas makasih ya" Jonghyun meraih uang yang diberikan pelanggannya itu, dan ia menemukan 2 lembar uang 5000 won.
"Mas, mas, uangnya lebih." Jonghyun mengejar pelanggannya yang sudah berjalan menuju pintu apartemen. Merasa dipanggil, ia pun berhenti menoleh.
"Kenapa mas?"
"Uangnya lebih."
"Oh tidak apa-apa, ambil saja—
Brukkk.
Jonghyun terkejut saat orang didepannya terjatuh tidak sadarkan diri. Ia langsung menghampiri pelanggannya itu dan mengangkatnya dari tanah. Nafas pemuda itu tersengal-sengal. Jonghyun segera membuka masker yang dipakainya agar ia itu bisa bernafas lebih leluasa.
Jonghyun tidak percaya apa yang dilihatnya. Penumpangnya ini adalah Park Jihoon. Park Jihoon member Wanna One yang sedang naik daun. Orang yang Jonghyun cari tahu beberapa hari yang lalu karena tertarik dengan mata indahnya.
Dan sekarang Park Jihoon sedang dalam keadaan tidak sadar di dalam gendongannya. Wajah park Jihoon memerah, Jonghyun memeriksa keningnya dan menemukannya benar-benar panas. Ia sepertinya demam.
Jonghyun tidak tahu ia harus meminta tolong pada siapa. Akhirnya ia berlari sambil menggendong penumpangnya itu menuju pos satpam. Syukurlah Satpam itu mengenali Jihoon sebagai salah satu dari penghuni apartemen ini. Ia menyuruh Jonghyun untuk menunggu satpam itu menghubungi pihak manajemen untuk membawanya ke kamarnya yang Jonghyun tidak tahu nomor berapa. Jonghyun memposisikan Jihoon dengan kepalanya ditidurkan diatas pahanya sambil mengipasinya perlahan. Suhu badannya masih tinggi dan ia belum sadar juga. Jonghyun merasa kasihan dengannya. Jonghyun memang bekerja keras setiap harinya, tapi ia mempunyai cukup waktu istirahat. Berbeda dengan idol seperti Jihoon, ia pasti tidak punya banyak waktu untuk istirahat. Apalagi jika mereka adalah rookie yang sangat terkenal. Jadwal mereka pasti sangat padat sampai-sampai mungkin mereka tidak bisa beristirahat tenang, belum lagi stres yang ditimbulkan oleh pekerjaannya. Pasti sulit sekali menjadi idol, apalagi jika umurmu masih sangat muda.
Tidak lama satpam datang dengan kunci cadangan kamar Jihoon. Satpam mengatakan bahwa orangtua Jihoon sedang pergi ke luar negeri, dan sekarang sedang tidak ada orang di rumahnya. Biasanya Jihoon memang tinggal di dorm grup nya. Satpam menawari Jonghyun untuk membawa Jihoon ke kamarnya yang ditolak oleh Jonghyun, karena sepertinya ia bisa melakukannya sendiri. Lagipula satpam itu sedang bertugas.
Jonghyun membopong Jihoon dan membawanya ke kamar nomor 79. Memang sedang tidak ada orang di rumahnya. Ia langsung membawanya ke kamar terdekat yang sepertinya memang benar kamar milik Jihoon. Ia menidurkan Jihoon dengan hati-hati di kasurnya. Badan Jihoon masih sangat panas, keringat bercucuran disekujur tubuhnya. Jonghyun ragu apakah ia harus mengganti pakaiannya atau tidak. Karena bajunya sangat basah, jika dibiarkan demamnya bisa lebih parah lagi. Tetapi ia segan karena untuk mengganti bajunya ia harus membuka pakaiannya Jihoon terlebih dahulu.
Setelah Jonghyun mempertimbangkan baik buruknya, ia akhirnya memutuskan untuk menggatikan bajunya. Ia membuka lemari pakaian Jihoon dan mencari piyama yang nyaman untuknya. Jonghyun membuka pakaian idol itu perlahan dan mengelap keringatnya dengan handuk sebelum memakaikannya baju yang bersih.
Setelah bersih, Jonghyun membetulkan posisi tidur Jihoon dan memakaikannya selimut. Jihoon mengerang dalam tidurnya, sepertinya tubuhnya memang sedang berasa tidak enak. Jonghyun ingin pergi tapi ia tidak tega, Jonghyun memutuskan untuk tinggal sebentar merawatnya. Jonghyun mencari handuk di lemari Jihoon untuk mengompresnya. Setelah diberi kompres sepertinya Idol itu agak tenang ia sudah tidak bersuara lagi.
Jonghyun mengganti kompresnya sekali lagi dan panas Jihoon sudah lumayan turun. Sepertinya ia sudah bisa ditinggal. Jonghyun mengecek jamnya dan ternyata sudah hampir 3 jam ia menjaga Jihoon. Besok Jonghyun harus pergi ke kampusnya untuk menemui dosen pembimbingnya, belum lagi ia pun harus menyempurnakan proposalnya. Jonghyun pun beranjak untuk pergi dari apartemen Jihoon. Sebelum benar-benar meninggalkan Jihoon ia mencari obat di apotek terdekat, dan mencarikan buah segar untuknya. Ia meminumkan obat itu pada Jihoon yg setengah sadar dan memotongkan apel dan jeruk untuk ditaruh disamping tempat tidurnya. Ia pun menulis note berisi kata-kata semangat agar bisa dibaca oleh Jihoon ketika ia bangun.
Jonghyun pun akhirnya pergi dari apartemen Jihoon. Ia tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan idol itu dalam keadaan seperti ini. Sebelum ini ia hanya bisa melihat seorang park Jihoon dari televisi, internet atau banner yang bertebaran di jalanan. Walaupun Jihoon tidak dalam keadaan sadar setidaknya Jonghyun sudah pernah melihatnya langsung dan berinteraksi dengannya.
-0-
"Bang Jonghyuuuun, abaaaang, baaang! Buka pintunya!"
Jonghyun mengucek matanya. Ini masih jam berapa, siapa pula yang menggedor kamarnya sepagi ini.
"Ya, ya sebentar.."
Jonghyun membuka pintunya dan menemukan 3 orang geng anak ayam, Euiwoong, Hyungseob dan Seonho berdiri di depannya dengan wajah yang sumringah. Jonghyun seketika langsung badmood. Ini bocah-bocah pasti cuma mau gangguin dia.
"Mau apa kalian?
"Ih galak banget sih bang," Euiwoong cemberut mendengar respon dari Jonghyun.
Jonghyun memutar matanya "lah lagian masih pagi udah ganggu orang."
"Ih, orang udah siang juga bang. Ini kami kesini tuh maksudnya baik tau." Seonho protes, matanya membulat lucu.
"Lagian abang jangan marah-marah nanti gantengnya luntur loh." Hyungseob menambahkan. Jonghyun gak ngerti kenapa anak ini suka sekali flirting dengannya. Padahal masih bocah.
"Duh, iya, iya.. ada apa emangnya."
Jonghyun menunggu ketiga anak itu yang sambil tertawa-tawa mengambil sesuatu dari belakang mereka. "Taraaa..Lihat, abang dapat banyak paket!"
"Whoah, dari mana saja tuh?"
Euiwoong menyebutkan satu-satu asal paket itu dengan bersemangat, sebagian besar dari orangtuanya di kampung halaman. Dan sebagian lainnya adalah jurnal ilmiah dan literatur yang ia pesan online untuk tambah referensi skripsinya.
"Oke, makasih ya sampai dianterin ke kamar haha." Jonghyun mengambil paket-paketnya itu dan beranjak ke kamarnya untuk melanjutkan tidur tapi anak-anak itu masih berdiri di pintunya.
"Yasudah kami pergi lagi ya bang."
"Iya jangan tidur lagi lho udah siang, mending cari uang aja buat modal nikah sama aku ." Hyungseob pergi sambil mengedipkan sebelah matanya centil, yang Jonghyun tanggapi dengan tawa canggung
Jonghyun ingat biasanya orangtuanya mengirimkan banyak sayuran, buah dan macam-macam lauk atau cemilan homemade. "Eh bentar-bentar"
Jonghyun mengambil tiga kantong kresek bekas belanja di supermarketnya yang ia sesakkan dalam laci penyimpanannya yang berantakan. Ia lalu membuka kardus yang baru saja diantar anak-anak berisik itu dan mengambil beberapa jeruk, apel, kentang dan cemilan tradisional yang jumlahnya cukup banyak untuk dimakan Jonghyun sendiri.
"Ini buat kalian, bagi-bagi sama keluarganya ya jangan diabisin sendiri, khususnya kamu ya anak ayam raksasa.." Jonghyun mencubit pipi Seonho yang menggembung karena kecewa ia harus membagi makanan dari Jonghyun dengan yang lain.
"Oke oke, makasih loh bang. Walaupun aku sih lebih milih mentahannya aja daripada ini." Kali ini Euiwoong yang ngomong, dan Jonghyun gemas sekali ingin mencubitnya juga.
"Duh jangan memeras petani miskin dong, kan tau sendiri abang kalian ini kerja keras banting tulang tapi gak kaya-kaya."
" Kerjanya dibanyakin lagi makanya, supaya cepet kaya, nanti kalau udah kaya kan bisa nikahin aku." Hyungseob menimpali sambil kedip kedip mata.
"Skripsi abang bakal gak kelar-kelar kalau gitu mah dek Hyungseob, kapan nikahin kamunya keburu tua dulu nanti." Jonghyun goda balik Hyungseob yang sekarang senyum-senyum sendiri dengan pipi yang kemerahan. Hyungseob ini tipe anaknya suka mancing-mancing, sekalinya diladeni langsung salting.
"Yaudah sana pergi, kan udah dapet makanannya, abang lelah mau tidur lagi."
"Ih bang kan dibilangin jangan tidur lagi—"
Jonghyun menutup pintu kos nya walaupun anak-anak diluar masih protes. Jonghyun lalu membereskan makanan jadi yang harus masuk kulkas agar tidak basi, sisanya ia biarkan masih di kardus dan akan dibereskan nanti setelah ia bangun. Jonghyun mengambil ponselnya dan memfoto paketnya untuk mengabarkan orangtuanya bahwa kiriman mereka tiba dengan selamat.
Dipikir-pikir sudah lama juga Jonghyun tidak pulang ke kampungnya. Sudah hampir setengah tahun ia tidak bertemu keluarganya. Selain sibuk, sebenarnya ia malu karena kuliahnya yang tidak kunjung selesai. Jonghyun sebenarnya bukan mahasiswa yang bodoh, malah ia termasuk yang terbaik di fakultasnya. Selain kuliahnya yang sulit lulus—ia kuliah di jurusan Business Statistic yang memang terkenal susah masuk dan susah keluar, ia juga sempat cuti dua tahun karena ia pernah ikut bekerja menjadi konsultan di suatu lembaga survei statistik dan mengharuskan kegiatan di luar negeri. Tawaran honor yang lumayan besar itu yang membuat Jonghyun menerima pekerjaan itu. Namun karena sadar kuliahnya tidak akan selesai jika ia sibuk bekerja akhirnya ia kembali fokus ke sekolahnya dan memutuskan untuk menjadi driver ojek online untuk tambahan biaya kuliahnya. Sejak awal ia memang meminta orangtuanya untuk tidak membayarkan uang kuliahnya. Ia sudah dewasa, sungguh memalukan jika ia masih merepotkan orangtuanya.
Jonghyun sangat berterima kasih pada kedua orangtua dan kakak perempuannya di kampung halaman. Mereka selalau mendukung Jonghyun apapun yang ia lakukan. Kadang ketika ia sedang down karena skripsinya, orangtuanya akan menelponnya untuk menyemangati atau sekedar mengirimkan makanan-makanan bergizi untuk menjaga kesehatannya. Jonghyun berjanji ia akan berusaha sekuat tenaga agar bisa menjadi lulusan yang terbaik dan mendapatkan perkerjaan yang bagus agar bisa membanggakan keluarganya.
Jika kau melihat Jonghyun, kau akan langsung berpikir bahwa ia adalah mahasiswa yang paling pekerja keras yang pernah kau lihat. Makanya orang-orang disekitarnya banyak yang kagum dan sayang padanya. Bukan hanya karena kerja kerasnya, Jonghyun pun sangat baik, sopan, pintar dan pandai bergaul. Tipe menantu idaman kalau kata orang. Sayang Jonghyun belum mapan, makanya ia belum berpikir ke arah pernikahan, jangankan pernikahan, pacaran aja tidak sempat. Jadi Jonghyun bukannya tidak laku, ia 'jomblo karena pilihan' atau bisa dibilang 'high quality jomblo' ini istilah dari Om Taehyun, yang selalu membuat Jonghyun meringis setiap ia menyebutnya. Karena ya—itu istilah jaman dulu banget. Udah gak kekinian lagi. Tapi emang Om Taehyun anak gaul generasi 90an sih, makanya istilahnya aja masih 90an banget.
-0-
Jonghyun sudah mandi, sudah makan rapelan makan pagi dan siangnya, sudah mengelap motornya, sekarang ia siap berangkat nyari uang lagi.
"Semoga hari ini banyak orderan." ia bergumam sambil memakai jaketnya. Saat mengeluarkan motor di depan kos, Euiwoong-and-the-gank sedang duduk-duduk dan berkerumun meributkan sesuatu yang ada di tangan Justin. Oh mereka sedang bermain game, sepertinya Justin membawa gadget baru lagi.
Anak orang kaya mah beda, gadgetnya aja setiap minggu ganti.
"Anak-anak, abang pergi narik dulu ya, doain hari ini laris manis."
"Ya bang hati-hati"
"Yang banyak cari uangnya ya bang, biar cepet kaya terus lamar aku"
"Beliin makanan pulangnya bang"
Jonghyun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat anak-anak itu yang menyahut tanpa mengalihkan matanya sedikit pun dari ponsel Justin.
'dasar bocah' Jonghyun menggumam.
Baru saja ia motornya keluar dari pagar kosnya, ponselnya berbunyi. Alih-alih aplikasi ojeknya yang berbunyi, ada telpon masuk dari nomor yang tidak dikenal.
"Ya, halo?"
'Mas Jonghyun ya?'
"Iya benar, ini siapa ya? "
'Saya penumpang mas waktu itu, mas bisa jemput saya gak?'
"Maaf mas, tapi saya tidak boleh menerima orderan diluar aplikasi." Memang peraturan keras dari perusahaan untuk tidak menerima orderan diluar aplikasinya. Jika ketahuan Jonghyun bisa dinonaktifkan sebagai driver.
'Aku Park Jihoon yang mas antar beberapa hari yang lalu, aku ingin bertemu denganmu, ada yang harus kita bicarakan. Kau bisa menjemputku di taman kemarin?'
Jonghyun hampir tidak percaya, Park Jihoon sang idol, orang yang ia tolong waktu itu menelpon untuk bertemu dengannya. Jonghyun jadi berdebar, apa yang mau ia bicarakan? Apa ia mau berterima kasih? Kalau hanya terima kasih kan bisa lewat telpon saja. Atau ia malah mau memarahinya karena kemarin Jonghyun dengan lancang menggantikan bajunya? Duh, kenapa ya?
" .. saya akan segera kesana. "
'Aku tunggu ya mas.'
Jonghyun yang tadinya mau mulai narik akhirnya memutar arahnya langsung menuju taman tempat ia menjemput Park Jihoon beberapa hari yang lalu. Ia tidak mengacuhkan aplikasinya yang berbunyi pertanda banyak calon penumpang yang mencari driver. Ia penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan sang idol terkenal itu padanya.
-0-
Saat Jonghyun sampai di tempat tujuan, Park Jihoon masih menunggunya di tempat yang sama dengan waktu ia jemput terakhir. Ia duduk di ayunan dengan kakinya berayun pelan. Ia masih memakai topi dan masker seperti waktu itu. Yang berbeda, ia langsung melepas maskernya saat melihat Jonghyun datang. Dan Jonghyun bersumpah ia melihat malaikat ketika Jihoon tersenyum padanya. Berbeda dengan terakhir ia melihatnya, sekarang wajahnya terlihat segar dan pipinya kemerahan. Matanya masih memancarkan bintang-bintang, yang Jonghyun yakini lebih indah daripada yang ia lihat di televisi. Dan senyumnya sangat cocok dengan matanya, membuatnya semakin bersinar.
"Maaf mas, lama menunggu ya?"
Jantung Jonghyun hampir melompat dari rongga dadanya saat Idol di depannya itu tanpa basa-basi langsung memeluknya begitu erat. Ia mengistirahatkan kepalanya di dada Jonghyun dan terlihat begitu nyaman untuk ukuran orang yang baru saja bertemu dua kali dengannya. Jonghyun tidak tahu harus bagaimana, jadi ia menahan tangannya untuk tidak memeluk balik idol itu. Ia takut ia akan disangka melakukan hal yang tidak senonoh jika ia membalas pelukanremaja ini.
Jonghyun menengok ke kiri dan ke kanan. Siapa tahu ini adalah hidden camera, dan kamera akan tiba-tiba muncul ketika ia bereaksi. Mungkin ini adalah suatu reality show yang menceritakan hubungan idol dengan orang biasa? Bisa jadi seperti itu. Jaga sikap, ia bisa mati dibunuh fans Jihoon jika ia macam-macam.
"Akhirnya aku bertemu denganmu lagi mas Jonghyun."
"Eh? "
"Mas kan yang nolong aku waktu aku pingsan kan? Dan mas yang ngerawat aku sampai potongin buah segala. Aku seneng banget pas baca note dari mas juga.. "
"Tadinya aku kira manajer aku yang lakuin. Tapi ternyata kata pak satpam mas Jonghyun yang waktu itu rawat aku.."
"Dan aku baru tau beberapa hari yang lalu, makanya pas ada waktu luang aku langsung hubungin mas. Untung nomor mas masih ada di hp ku. Aku mau ngomong makasih sama masnya.."
Oh begitu, kalau cuma mau bilang makasih kenapa minta ketemu segala ya? Oh mungkin karena ngomong langsung lebih sopan. Dan kalau mau ngomong makasih doang gak usah pake peluk-peluk kaya begini kan ya? Kok Jonghyun jadi bingung.
"Makasih banyak ya mas, karena mas aku jadi sembuh. Terus kata-kata motivasi yang mas tulis di note yang mas tinggalkan buat aku itu jadi lebih bersemangat lagi buat ngehadepin hari-hari aku. Padahal waktu itu aku udah bener-bener down dan lelah menjadi idol. "
"Mas udah kaya kesatria penyelamatku deh."
Jonghyun cuma melongo aja dengerin omongan idol yang masih nempelin badannya ke Jonghyun. Jonghyun harus bener-bener ngingetin dirinya supaya gak khilaf. Orang gemesin banget ini anak. udah begitu, wangi lagi. Wanginya udah kaya wangi lavender—atau entah bunga apa yang Jonghyun gak hapal, dicampur sama bedak bayi, pokoknya nenangin banget. Jadi Jonghyun Cuma bisa diem aja nanggepinnya dan mahasiswa itu benar-benar bersyukur saat akhirnya Jihoon melepas pelukannya sambil senyam-senyum innocent. Gak tau apa Jonghyun udah hampir mati berdiri dibuatnya karena begitu nervous dipeluk seorang idol.
"Aku mau traktir masnya makan sebagai ucapan terima kasih dari aku."
Jonghyun jadi tidak enak padahal waktu itu dia tulus banget nolonginnya, dan juga dia kasihan sama anak ini. "Gak usah mas, saya waktu itu emang ikhlas mau nolong aja kok. gak usah repot-repot."
"Aku emang udah berniat dari kemarin mas. Dan sekarang baru ada waktu, masa mas tega mau nolak aku sih."
Jonghyun merasa bersalah melihat raut wajah remaja itu berubah menjadi kecewa. "Lagipula yang mas lakuin ke aku tuh lebih dari traktiran ini.."
"Aku bersyukur mas yang nolong waktu itu. Aku cuma mau berterima kasih. Aku malah sedih kalau masnya bilang kalau ini malah ngerepotin aku, padahal gak sama sekali loh mas. "
—Jadi bagaimana mas, mau tidak aku traktir makan? "
Jonghyun beneran gak ada pilihan lain. Sebenernya bodoh sih kalau dia nolak ditraktir idol. Kapan lagi makan sama idol yang terkenal. Berdua aja, tanpa kamera lagi.
Eh beneran tanpa kamera kan ini? Ini bukan reality show kan? Soalnya Jonghyun berasa mimpi deh.
"Oke mas. Saya mau deh."
Jihoon langsung senyum dengar jawaban Jonghyun, senyumnya maniiis banget sampai-sampai Jonghyun takut kena diabetes ngeliatnya.
"Yeay, ayo pergi!"
Jonghyun pasrah aja ditarik tangannya menuju motornya sama remaja yang ceria banget karena baru saja ia terima tawaran traktirannya ini.
Jonghyun baru tahu kalau seorang Park Jihoon ini sangat talkative. Sepanjang jalan sang idol ini gak berhenti bicara, ia selalu mengomentari apa aja yang dilihatnya. Karena age-gap mereka yang lumayan jauh kadang ada beberapa istilah yang dipakai Jihoon yang kurang Jonghyun mengerti. Kalau sudah begitu ia paling senyum aja menangapinya.
"Nah sudah sampai, mas suka sashimi gak? "
Mereka berhenti di restoran sashimi yang terkenal. Setahu Jonghyun restauran ini adalah salah satu restoran sashimi legendaris. Hanya orang-orang kaya yang makan disini, karena harganya yang sangat mahal.
"Suka mas, tapi makan disini kan mahal banget mas. Gak apa-apa?"
"Gak apa-apa kok, ini gak seberapa dari pertolongan mas. Lagipula aku sudah reservasi disini. Dan disini tempatnya private jadi kita gak perlu takut diganggu sasaeng fans-ku."
Oh iya, Park Jihoon harus hati-hati dengan sasaengnya. Makanya ia memilih tempat seperti ini untuk mentraktir Jonghyun.
Jonghyun melihat orang-orang yang keluar masuk restoran itu, mereka semua terlihat high class, sangat berbeda dengan Jonghyun yang sekarang masih memakai jaket ojeknya. Penampilanya pun biasa saja, tahu begitu ia pake baju dan sepatu termahal yang ia punya.
Kalau Jihoon sih walaupun pakaiannya terlihat casual, cuma kaos oversize dipadu jeans dan sneakers tapi Jonghyun yakin pasti itu adalah keluaran brand ternama. Namanya juga Idol.
"Ayo masuk mas."
Jonghyun melepas jaketnya dan menaruhnya di bagasi sepeda motor. Ia tidak mau disangka driver ojek online yang sedang membeli makanan untuk layanan delivery—walaupun ia memang driver ojek online sih.
Jihoon disambut oleh pelayan yang langsung menunjukan ruangan private untuk dua orang. Ruangannya sangat nyaman dan dipenuhi ornamen-ornamen Jepang yang indah. Diluar ruangan itu ada kolam ikan kecil dengan sistem pengairan ala Jepang yang sangat memanjakan mata. Jonghyun masih terkagum-kagum melihatnya. Memang restoran mahal tidak pernah mengecewakan.
Mereka duduk berhadapan. Jihoon langsung memilih-milih menu, ia membuka menunya dan mendekatkannya pada Jonghyun agar ia bisa melihatnya juga.
"Kita pesan set yang ini ya mas, bagaimana mas suka? "
Jihoon menunjuk set yang berisi aneka jenis ikan laut, kepiting, udang dan kerang mentah yang terlihat sangat menggiurkan.
"Boleh mas, saya gak ngerti sih terserah mas aja hehehe."
"Oke deh, mas udah pernah makan ikan fugu? "
"Belum mas, gak berani makannya. Kalau murahan takutnya gak terlalu bagus. Saya kan gak mampu makan di restoran kaya gini mas. Nanti kalau yang abal-abal takutnya malah keracunan lagi saya haha."
Jihoon tertawa mendengar jawaban Jonghyun, suara ketawanya lucu seperti bayi. Jonghyun ikutan senyum lihatnya.
"Kita pesen ini juga ya.. tenang aja disini kokinya udah bersertifikat khusus ikan fugu mas. Jadi gak bakal beracun. "
"Aku udah pernah makan ini sebelumnya sama member lain dan sampai sekarang aku gak apa-apa kan? "
Ia berbicara dengan gestur tangan, selain talkative Jihoon juga sangat ekspresif. Rasanya tidak bosan untuk hanya memandanginya pada saat ia berbicara.
"Oke mas."
"Ngomong-ngomong Mas Jonghyun umur berapa sih?"
"Saya sekarang 25 tahun, mas."
"Kalau begitu masnya jangan panggil aku mas juga. Aku kan jauh lebih muda.. "
"Oh iya jadi saya panggil apa bagusnya ya? dek Jihoon? "
Jonghyun terkejut saat Jihoon memekik girang. Remaja manis itu sekarang senyum-senyum dengan wajah yang memerah.
"Kenapa dek, aneh ya? Atau gak usah saya panggil adek?"
Jihoon tertawa. "Enggak kok. cuma rasanya Aku kok seneng banget dipanggil adek sama mas ya, mungkin karena mas Jonghyun ganteng sih, jadi beda rasanya."
Jonghyun tersenyum canggung. Apa cuma perasaannya saja, atau ini anak flirting dengannya ya?
"Panggil adek aja mas, aku suka."
Jonghyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Idol itu sekarang masih senyum-senyum memandangi dia. Manis sih, enaknya dipandangin balik. Tapi Jonghyun jadi gak enak, ngerasa gak pantas aja. Jadi Jonghyun malah nunduk ngehindarin mata indah itu.
Apa perasaan Jonghyun aja, atau ruangannya kok berasa jadi panas banget ya?
Akhirnya makanan datang, mereka pun mulai menikmati hidangannya. Jonghyun baru kali ini memakan high quality sashimi seperti ini. Rasanya memang benar-benar beda, apalagi ikan fugunya, lembuut banget. kalau istilah food blogger mah daging ikannya berasa 'melt in your mouth' gitu deh. Sepanjang makan Jihoon banyak bertanya tentang Jonghyun, dari kuliahnya, tempat tinggal sampai keluarganya. Kalau Jonghyun sih gak berani nanya balik tentang Jihoon. Sekali lagi ia merasa kurang pantas, lagipula setelah ini mungkin mereka tidak akan bertemu lagi.
Akhirnya hidangannya habis, walaupun sepertinya sebagian besar Jonghyun yang makan sih. Jihoon memang sedang tidak diet, namun porsi makannya sedikit sekali, baru makan beberapa suap saja sudah kekenyangan. Terpaksa deh Jonghyun yang lanjutin. Jihoon sepertinya lebih fokus berbicara dengan Jonghyun.
Setelah selesai Jonghyun mengantar Jihoon kembali ke apartemennya, yang sudah ia hapal tempatnya karena pernah kesana sebelumnya.
"Makasih banyak traktirannya ya dek Jihoon, enak banget semuanya."
"Sama-sama mas. Aku juga senang kalau mas suka makanannya. Ngomong-ngomong mas abis ini mau keliling lagi? "
Jonghyun melihat jam tangannya, dan sudah pukul 23.00, sepertinya sudah kemalaman untuk lanjut menarik ojek. Menghabiskan waktu dengan park Jihoon tenyata begitu menyenangkan sampai-sampai ia lupa waktu.
"Gak dek, kayanya habis antar adek pulang ini saya langsung pulang juga. Besok rencana mau ke kampus juga pagi-pagi."
"Oh begitu. Oiya mas, kapan-kapan bisa kita jalan lagi kan? "
Jonghyun gak percaya apa yang ia dengar, masa sih ini idol terkenal kaya gini mau jalan lagi sama dia yang cuma orang biasa. "Iya dek, saya sih bisa-bisa aja. Tapi adek kan sibuk, masa bisa sih? "
"Bisa kok, kalau sama mas pasti aku usahain!" Jihoon memprotes ucapan Jonghyun dan sekarang dia sedang mencebikkan bibirnya karena tidak terima. Pipi tembamnya semakin terlihat bulat.
Ughh, kok gemesin banget ya.
Saking gemasnya Jonghyun gak sengaja nyubit pipi tembamnya. "Iya deh, jangan ngambek dek.."
Reaksi Jihoon selanjutnya benar-benar diluar prediksi Jonghyun. Wajah anak itu benar-benar memerah, dan ia sekarang menutupi wajahnya karena malu, ia lalu memandang Jonghyun dari balik sela-sela jarinya. Jonghyun tidak menyangka kalau perlakuannya tadi bisa membuat seorang Park Jihoon, idol terkenal itu tersipu malu seperti ini. Jonghyun jadi merasa tidak enak, bagaimana pun umur mereka berbeda jauh, Jonghyun gak mau disangka om-om yang suka godain anak remaja.
Jonghyun berdeham untuk mengurangi rasa canggungnya.
"Ya sudah, Saya pulang dulu ya dek. Sekali lagi terima kasih atas traktirannya. Sekarang masuklah duluan ke dalam.."
"Sama-sama mas, aku yang harusnya lebih berterima kasih, ini masih belum seberapa sama pertolongan mas. Dan aku harap ini bukan terakhir kali kita ketemu, semoga masih banyak pertemuan kita yang selanjutnya ya.."
Jonghyun mengusak rambut Jihoon dan tertawa. "Baiklah, jaga kesehatan ya dek, jangan sakit lagi. Kalau saya ga bisa nolong lagi kaya waktu itu gimana? "
"Iya, aku bakal jaga kesehatan mas.. err, sepertinya aku harus masuk. Makasih banyak ya mas."
CUP
Jonghyun membelalakkan matanya karena kaget sewaktu Jihoon mencium pipinya sebelum berlari masuk ke pintu apartemennya. Bisa bertemu, bicara dan makan bersama seorang park Jihoon saja sudah seperti mimpi, sekarang ditambah ciuman di pipi. Jonghyun benar-benar tidak percaya apa yang sudah terjadi. Ia mencubit lengannya kencang, dan menyadari bahwa ini adalah kenyataan. Pipinya yang tadi dicium oleh idol remaja itu pun masih berasa hangat dipegang olehnya. Dan Jonghyun sangat menyukai rasanya.
Tidak, tidak, Jonghyun tidak boleh senang dulu. Bagaimanapun hubungan antara idol dan orang biasa itu sangat tidak mungkin. Dan Jonghyun harus tahu dimana posisinya sekarang, dia bukan apa-apa. Lebih baik mengubur apapun imajinasinya sekarang dibanding ia harus merasa kecewa dikemudian harinya.
Jonghyun memandangi pintu apartemen Jihoon. Dan remaja itu sudah hilang dari pandangannya. Setelah ini Jonghyun harus kembali ke kenyataan dan melupakan apa sudah yang terjadi ini.
-end of ch 1-
.
.
Author note : Pertama kali bikin ff bahasa indo, pertama kali post di ffn dan pertama kali juga bikin winkbugi! sebenarnya jonghyun/jihoon ini couple pertama yang aku ship di Produce 101. Yah, walaupun sekarang jalan mereka terpisah tapi jiwa shipperku tidak akan mati. Soalnya Jonghyun yang imamable itu cocok banget sama Jihoon yang manja-manja gemesin itu hahahaha. walaupun couplean Jihoon lainnya bertebaran, aku tetap setia kok. gak anti juga sih sama couplean dia sama yang lain, masih suka baca juga kok. Soalnya jihoon cocok aja dicouplein sama siapa aja :')
ff ini bakal dibikin beberapa chapter, alur ceritanya bakal ringan kok..
Btw, Selamat membaca ya, ditunggu reviewnya ;)
oiya karena ini pertama kalinya aku post ff di ffn jadi masih coba-coba, kalau formatnya gak bagus atau ada yang aneh maklumin aja yaa
