Tittle : Who Are You ?
Genre : Romance, Mystery, Yaoi
Cast : Oh Sehun
Luhan
Other Cast : Kim Jinhwan (iKON) bayangin rambutnya yang keriting pas di MV My Type unyu banget ^_^ dan menurut gw dia kayak Luhan (?) entahlah..
Mark Tuan Yien (Got7) bayangin rambutnya pas di MV Just Right
Summary : Luhan di culik saat pulang sekolah oleh beberapa namja ber jas yang tak ia kenal. Penuh tanda tanya, ia di sekap dalam bangunan megah yang didalamnya terdapat 3 namja, dan salah satu diantara telah merenggut apa yang dinamakan "Kesucian".
Seperti pada umumnya namja cantik bernama Luhan mempercepat langkahnya, saat dirasa gerbang utama tempatnya menimba ilmu sedikit lagi akan di tutup atau malah dikunci. Nafasnya tak beraturan nyaris terputus – putus karena kelelahan berlari dari rumah menuju sekolah. Luhan membelakak kaget saat lima langkah lagi akan sampai, satpan itu telah berusaha menutup gerbang terakhirnya.
"Ya ajushi, chakkamannnn"
Terlihat pria tambun itu memutar badan malas. Luhan menyunggingkan senyumnya, satpan yang satu ini masih mentolelir keterlambatannya.
"Jebal, ijinkan aku masuk ne"
Mau tak mau gerbang yang tadinya ingin ditutup kembali dibukanya. Namja cantik itu bersorak bahagia kemudian langsung berlari menuju kelasnya, ia tak mau jika pelajaran pertama terlewatkan begitu saja.
Berlari menelusuri koridor yang terasa sangat panjang pada pandangan. Luhan tak memperdulikan penampilannya lagi, yang ia butuhkan hanyalah sampai di kelasnya dengan cepat. Tangannya membuka pintu kelas secara brutal, Luhan menyesali perbuatannya yang satu ini, namun keberuntungan sedang berada di pihaknya karena ia tak mendapati guru yang mengajar.
Seluruh murid yang berada di sana menatap Luhan. Peluh membanjiri pelipisnya, ia segera menetralkan kembali suasana, ia tak ingin terlihat aneh oleh teman – temannya.
Dengan gontai ia duduk di kursi dekat jendela tepat di belakang. Perlu diketahui jika Luhan adalah siswa yang sangat memperdulikan penampilannya. Ia tak mau terlihat berantakan barang sedikitpun karena prinsip hidupnya adalah "Rapih adalah keindahan"
Seorang menepuk bahunya cukup keras. Luhan yang sedang membersihkan keringatnya dengan tissue meringis karena bahunya menjadi sakit.
"Apa – apaan kau ini heh" ucap Luhan sebal.
"Kau terlambat seperti biasanya"
Luhan tak menghiraukan ucapannya. Namja tan itu mengeluarkan sapu tangan yang sedari tadi tersimpan pada saku almamater. Mata rusanya menatap kain yang disodorkan oleh namja bernama Kim Jong In tersebut.
"Mwo?"
"Pakailah, tissue tak bagus untuk kulitmu" Luhan mendecih, memangnya kain yang ia sodorkan terhindar dari bakteri. Hatinya menggerutu, ia tak berani mengatakan itu meskipun ia ingin.
"Ini tidak kotor pakailah" terpaksa Luhan mengambil barang tersebut, alih – alih membeli tissue lagi ia akan menggunakan yang ada namun harus bersih, ya mungkin benda ini lumayan juga.
Namja tan yang suka dipangging Kai itu berlalu dari hadapan Luhan. Namja cantik itu acuh saat menyadari ia sendirian lagi, padahal dalam hati ia ingin sekali mengobrol dengan seseorang. Salahkan dirinya yang terlalu apik berteman sehingga teman – teman yang lain menjadi sungkan terhadapnya.
Tak terasa waktu berlalu sangat cepat kini siswa telah berhamburan keluar dari kelas untuk pulang. Luhan berjalan sendiri menuju halte, eommanya bilang ia tak bisa menjemputnya sekarang. Luhan mendengus sebal, akhir – akhir ini eommanya selalu sibuk hingga terlambat pulang. Luhan menghela nafas berat, andai saja appanya masih ada ia tak akan seperti ini.
Namja cantik itu terlalu pemilih dalam soal pertemanan, hingga seperti sekarang ia hanya sendirian setiap harinya. Teman mana yang mau berteman dengan dirinya, karena Luhan pada dasarnya agak angkuh. Namun kenyataanya sikap tersebut adalah pengalihan dimana ia tak terlalu diperhatikan di dalam keluarganya. Menyandang anak tunggal ia harus sabar jika kesepian selalu menemaninya kapanpun dan juga appanya yang telah lama meninggal.
Luhan menatap sepatu berwarna metalik yang ia pakai. Kepalanya menunduk sambil memainkan jari – jari lentiknya. Sontak Luhan menatap aneh beberapa pasang sepatu formal yang menghiasi pandangannya. Saat ia mengangkat kepala, tiga orang namja berjas membawa paksa dirinya lalu masuk kedalam mobil hitam mengkilat yang terlihat sangat mahal. Ia meronta sekuat tenaga, namun sesuatu yang aneh terhirup membuat kesadarannya perlahan diambang batas. Luhan terkulai tak sadarkan diri bersama mobil yang melaju meninggalkan halte.
_WAY_
Namja cantik yang terbaring di ranjang itu merasa terusik di tengah tidurnya. Sesuatu yang kenyal dengan tekstur yang lembut menyapu setiap sudut pipinya. Luhan menggeliat dengan mata yang masih terpejam damai. Fantasi dalam mimpinya terasa nyata, sentuhan di permukaan pipi hingga leher sangat terasa, seperti ada sengatan listrik tiba – tiba. Sedetik kemudian ia mengeryit saat dirasa sentuhan itu tak ia rasakan lagi.
Ia membuka mata perlahan, bias cahaya yang agak samar menyinari ruangan. Luhan merasa ini bukanlah rumahnya apalagi kamar pribadinya. Nuansa kamar yang ia dapatkan adalah mewah dengan arsitektur berkelas beserta barang – barang yang terlihat sangat mahal.
Namun setelah terkagum dengan semuanya, ia segera bangkit dan kini posisinya menjadi terduduk di ranjang. Kepalanya ia pegang karena pening melandanya saat dirinya tak terbaring lagi. Matanya menatap sekitar, ia tak mendapati siapapun di dekatnya, ia bergidik ngeri saat dirasa sentuhan tadi sangat nyata namun tak ada yang melakukannya.
Sedetik kemudian ia baru menyadari jika ia kini berada di tempat yang sangat asing. Ia turun dari ranjang, pakaian sekolahnya telah diganti dengan baju piyama yang terlihat sangat kebesaran di badannya. Pemikiran negatif menggerayangi pikirannya, Luhan sangat kaget dengan keadaan saat ini. dimana dirinya terbangun di ruangan asing dengan keadaan yang sangat diluar dugaan.
Pintu yang mengarah ke balkon menjadi tujuannya. Luhan berjalan perlahan ke arah balkon, angin menerpa kulit saat pintu besar itu terpampang dihadapan. Sejuk dan nyaman, Luhan belum pernah merasakan suasana seperti ini. Ia memegang pinggiran balkon seraya menatap hamparan pemandangan dari balkon ini. dihadapannya terpampang jelas hamparan pantai dengan ombak yang tenang. Luhan mengernyit saat dirasa sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang. Luhan terlonjak kaget dan sontak berbalik.
"Si..apa kau?" Luhan berucap terbata karena sangat kaget melihat siapa namja yang berani memeluknya tadi. Namja tampan itu menyunggingkan senyuman misterius ke arah Luhan. Namja rusa itu sempak tertegun saat melihat ciptaan tuhan dihadapannya ini, apa mungkin ia sedang berada di surga karena melihat pangeran tampan dihadapannya.
"Aku Sehun" Luhan berhenti berkhayal saat ucapan terlontar dari bibir tipis namja tampan itu. Tidak mungkin ada pangeran bernama Sehun disurga. "Aku ada dimana?" Luhan berucap dengan nada yang terdengar sangat penasaran. Tangan Sehun yang tadi dimasukkan kedalam saku sekarang telah dikeluarkan membuat tangan jenjang itu bebas untuk menyentuh apa yang berada di depannya, termasuk Luhan.
Luhan hanya bisa mengerjapkan matanya bingung saat tangan namja tampan itu menyentuh pipinya. Namja cantik itu tak menolak malah semakin ingin mendapatkannya lebih, biarkan ia dianggap murahan sekarang karena ia juga tak tahu kenapa.
Lama sentuhan itu dipipi kini beralih menuju permukaan leher Luhan yang nampak sangat lembut saat disentuh. Sehun berfantasi liar akan apa yang ia lakukan sekarang. Tanpa aba – aba bibir keduanya telah menempel sempurna, melumatnya perlahan hingga suara desahan terdengar di gendang telinga namja bernama Sehun. Ciuman yang menuntut menyalurkan perasaan tak menentu yang dialami Luhan, antara bingung dan resah.
Tangan bebasnya menyentuh dada bidang sang dominan, menekannya berusaha untuk lepas dari ciuman itu karena dirasa pasokan oksigen telah menipis dari paru – parunya.
"Emmmhpp" leguhan panjang keluar dari mulut mungil Luhan tak kala penyatuan bibir itu terlepas. Kesadaran Luhan masih diambang, memory nya belum bisa menerima apa yang telah terjadi, sungguh menakjubkan pikirnya berciuman dengan seseorang yang tak ia kenal di tempat asing yang membuatnya terpana.
"Bibirmu manis" Sehun berucap sambil menyentuh bibir namja yang lebih pendek di darinya, sisa salifa yang terlihat membuat Sehun ingin kembali melakukan apa yang telah dilakukan tadi. Ia mencharjer diri dengan aktifitas ini, setiap hari bersama orang yang sangat ia sukai.
Bibir itu kembali ingin menyatu namun dihalang oleh tangan Luhan. "Wae?" mata mereka menatap intens satu sama lain, berbagai pertanyaan membanjiri isi kepala Luhan. Ini sungguh diluar dugaan, tak pernah ia bermimpi seperti ini, Luhan bagai boneka yang patuh untuk melakukan apapun atas perintah majikannya atau dirinya yang terlalu dungu mengiyakan ciuman itu, padahal yang ia tahu ini adalah kali pertamanya dalam hal berciuman.
Sehun tak suka dengan jeda ini, bibir itu kembali memaksa lawannya untuk bergelut lebih liar. Tangan kekar Sehun memeluk pinggang ramping itu, menekannya dan membuat kedua tubuh mereka saling menempel sempurna. Luhan kualahan mengimbangi ciuman itu. Namja yang bernama Sehun sangat ahli, ia sudah terbuai dengan sentuhan yang diberikan, membuat aktifitas mereka berlanjut sampai nanti.
Ciuman itu beralih keleher, Luhan mendongkak menatap langit sore yang terasa silau dimatanya. Mata rusa itu terpejam, deretan gambar abstrak tercetak jelas dalam keterpejamannya. Luhan tak kuasa untuk menolak, tubuhnya terasa ingin lebih dari sekedar ciuman belaka.
Tanpa Luhan ketahui Sehun menyeringai , mengecupi leher jenjang namja cantik tersebut. Kembali mencium bibir ranum itu, Sehun menuntun Luhan untuk masuk kedalam. Mereka berjalan masih saling berpangut, posisi tadi tak terlalu nyaman dan Sehun merasa ranjang adalah tempat yang tepat.
Luhan terjatuh ke ranjang empuk yang baru saja ia tiduri. Kerah piama yang dikenakan tersingkap, membuat bahu putihnya terlihat sangat menggiurkan, tanpa cacat dan sangat halus. Sehun menyadari jika namja cantik dibawahnya telah membuat libodonya naik, nafsu birahi yang tertanam terasa sangat mengusik ingin sekali menyalurkannya secepat mungkin, apalagi dengan seseorang yang telah membuat air liurnya mengalir tak terkendali.
Deru nafas terdengar berat, Luhan menghirup habis – habisan okesigen yang berada disekitar. Dadanya naik turun dan Sehun dengan segera merunduk menggapai kembali bibir ranum itu. Tangan nakal Sehun mengelus bahu Luhan yang terekspos, tekstur yang lembut dengan wangi tubuh yang sangat khas yang dimiliki pemuda dengan bulu mata lentik ini.
Satu per satu kancing piyama itu terlepas, dirabanya bermukaan dada hingga perut rata namja dibawahnya. Luhan meronta merasa perih dibibirnya, lumatan itu terhenti membuat mata mereka beradu pandang. Rona merah tercipta pada pipinya, membuat Sehun mau tak mau sangat tergiur untuk mencium pipi namja cantik itu.
Tak lama masing – masing pakaian yang di gunakan tadi telah terlepas sempurna. Keduanya sama – sama tak memakai sehelai benangpun. Lampu kamar yang sangat terang membuat mata mereka memandang tubuh satu sama lain dengan jelas. Luhan merona sedangkan Sehun hanya bisa mengulum senyum.
Hingga pada akhirnya, kedua namja itu saling menyatu. Bergelung dengan desahan yang saling menyahut diruangan tersebut. Sehun merasakan kenikmatan dunianya di dalam Luhan, bersamaan dengan namja cantik itu juga. Deru napas terdengar berat, membuat sensasi liar bercampur peluh membangkitkan kembali libodo mereka, hingga aktifitas mereka terus berlanjut dengan desahan kenikmatan duniawinya.
_WAY_
Luhan merasa terusik kala sinar matahari mengganggu tidurnya. Terdengar suara tirai yang terbuka entah oleh siapa. Mata itu terbuka, memicing menatap siapa yang berani mengusik tidur nyenyaknya kali ini. Ia menatap seksama ke arah seorang namja yang tengah berusaha membuka tirai yang lumayan tinggi. Luhan masih menetralkan kembali kondisinya, rasa nyeri di arah belakang sangat terasa saat dirinya memposisikan tubuh untuk duduk. Ringisan keluar dari bibir bersamaan dengan namja mungil yang menoleh kemudian menghampiri Luhan.
"Kau siapa?" pertanyaan yang keluar dari bibirnya membuat namja mungil itu tersenyum. Namja asing itu menatap jam digital di meja nakas sebelum memerintah Luhan untuk segera membersihkan diri.
"Palli hyung, segeralah mandi!" Luhan menatap penuh tanda tanya, ia merasa mengalami mimpi yang panjang belakangan ini. Mata itu sejetika melebar saat dirasa tak ada sehelai benangpun yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali selimut ini.
Namja mungil itu bangkit, mengambil satu pasang baju yang ditaruh di sisi Luhan. "Ini bajunya sudah disiapkan, Sehun menunggumu di ruang makan" setelahnya namja itu melenggang pergi dari hadapan Luhan, membuatnya semakin bingung dengan keadaan sekarang.
Luhan mengerjap mengingat seorang namja bernama Sehun yang telah menggagahinya tadi malan. Tunggu, menggagahi?, namja cantik itu memasang raut tegangnya. Berlari menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari tempannya.
Cermin besar dihadapannya membuat bola mata itu semakin melebar. Bayangkan bagaimana reaksimu jika terbangun dengan keadaan yang sangat berantakan. Bibir yang bengkak, kissmark yang bertebaran dari leher hingga dada dan juga bokongnya yang terasa nyeri.
Seakan tak percaya ia mencoba mengusap matanya, memastikan jika ini hanya kesalahan dari penglihatannya. Namun nyatanya apa yang dilihat adalah kenyataan yang menjelaskan jika keperawanannya telah direnggut oleh seorang namja yang tak dikenal.
_WAY_
Dengan penuh arogansi namja bernama Oh Sehun menyesap winenya perlahan. Nampak di sisi kanan kirinya sudah duduk dua namja yang mengisi hari – harinya. Ya, Mark dan Jinhwan. Kedua namja cantik itu sudah lama menjadi pedamping Sehun, bukan simpanan ataupun selingkuhan namun panggilan "selir" lebih cocok untuk kedua namja tersebut.
Jinhwan menuangkan kembali wine di gelas Sehun, tersenyum manis saat tatapan keduanya bertemu. Ahh, Sehun memang arogan namun di dalam hatinya sifat penyayanglah yang mendominasi. Mark hanya bisa memasang raut datarnya, melirik Sehun sebelum berucap.
"Jadi, kau menampungnya dan berencana menjadikan dia sebagai namja ke tiga di rumah ini?" Sehun nampak tak bergeming, menyesap kembali winenya dengan mata yang memicing. Sontak Sehun mengangguk sebagai jawaban, Mark menghela nafas berat sebelum langkahnya ia bawa pergi.
"Mau kemana?" ucapan dingin itu membuat Mark tak berani berkutik. Namja keturunan Thailand itu berbalik dengan raut wajah kesal, karena dengan seenaknya menambah seseorang lagi sesudah dirinya juga Jinhwan.
"Ku tunggu di kamar, kita bicara" ucapan terakhir tak terlalu membuat Mark menengang, lebih dari itu Sehun sangat paham dengan perasaan orang lain termasuk dirinya. Namun disisi pengertian itu Mark menatap miris dirinya karena telah berhasil terkukung sangat dalam di pelukan Sehun yang merupakan alihan kebangkrutan keluarganya. Orangtua yang menjual anaknya demi kelangsungan perusahan yang hampir bangkrut. Mark adalah korban, termasuk juga Jinhwan dan namja baru itu.
Belum sempat Mark beranjak seseorang datang ke ruangan itu. Dengan penampilan casualnya namja yang baru saja datang menatap heran dengan apa yang ia lihat sekarang. Sehun menaruh kagum kepada sosok yang masih berdiri di ambang, sedangkan Luhan hanya menatapnya bingung.
"Kemarilah, kita bergabung" intrupsi itu mau – tak mau disetujuinya. Dengan langkah yang agak tertatih itu berusaha mendekat. Jinhwan menatap Luhan bangga, karena plihan bajunya sangat pas di tubuh ramping namja cantik itu.
Mark menatap sinis kearah Luhan, dengan angkuh ia berbalik melenggang pergi ke kamarnya. Sehun menatap kepergian itu maklum, dan kini kursi yang diduduki Mark di ambil alih oleh Luhan.
Keheningan melanda ketiganya. Jinhwan yang pada dasarnya tak suka dengan keadaan ini bersua dengan girangnya "Chaa, kita makan. Luhan hyung kau mau apa biar aku yang ambilkan" Luhan terkejut namun ia balas dengan senyuman, nampaknya namja berambut pirang ikal ini merupakan sosok yang nyaman.
"Kau terlihat sangat senang Jinhwan baby" anggukan antusias diterima Sehun saat tangannya mengusap puncuk kepala namja keduanya. sedangkan Luhan harus mencerna kembali tentang keadaannya sekarang. Pikirannya ingin sekali bertanya banyak hal. Tentang kenapa ia berada di sini bersama ketiga namja yang tak ia kenal dan salah satunya sukses merenggut keperawanannya.
"Jadi siapa kau?" Luhan memulainya membuat Sehun menatap dalam kearahnya. Jinhwan asik dengan makanannya tak memperdulikan kedua namja yang akan saling berbicara.
"Aku Sehun" ucapan itu tak membuatnya puas, Luhan ingin penjelasan tentang semua yang terjadi dengan dirinya di rumah megah ini, ia sangat penasaran apalagi dengan sosok yang mengaku bernamai Sehun.
"Jelaskan kenapa aku bisa berada di sini?" Luhan bertanya penuh keyakinan, melirik sesaat namja berambut pirang ikal yang asik dengan makanannya. Ia memungkiri jika namja pirang ikal dihadapannya adalah adik dari namja tampan ini, ya mudah – mudahan pemikirannya tak meleset.
"Suatu saat nanti kau pasti tahu" pertanyaannya seakan dipermainkan. Sehun bangkit dari posisi, menghampiri namja cantik yang masih dalam kebingungan. Seringaian tercetak jelas kala tubuh tegap itu pemrunduk memposisikan untuk sejajar dengan Luhan.
"Desahanmu sangat sexsi tadi malam, aku ketagihan"
Luhan merona membuat Sehun sedikit tertawa. Namja rusa itu kesal karena pertanyaan yang menumpuk di dalam otaknya belum tercurahkan satupun. Jawaban tadi sukses membuatnya seakan mengalami kebingungan yang sangat berat. Ia tak bisa memungkiri akan keluar dari tempat ini secepat mungkin.
"Dan kenalkan ini Jinhwan istriku"
TBC
DELETE/END
Maunya apa ?
Ini ff dibuat berdasarkan topologi (?) otak saya. Saran dan masukan saya tampung GUmawooo
