Gertrude by Darjeeling Tae

.

.

Declaimer : saya hanya meminjam nama mereka, semua cast milik Tuhan dan orang tua mereka masing-masing.

KookV/Vkook, HopeV, Jikook. And the other pairings.

.

Rated T-M

.

Enjoy


Angin musim semi mengalir dengan lembut, menerjang pipi mulus seorang laki-laki yang duduk di sebuah bangku dengan ditemani odeng kesukaannya.

Pada musim semi seperti ini, bunga-bunga bermekaran dengan indah, hari-hari di musim dingin terasa begitu berat, ketika menyambut musim semi seperti inilah hal yang paling menggembirakan bagi laki-laki itu, Kim Taehyung.

Dengan semilir angin yang terus menampar pipi mulusnya, dia tersenyum.

Memperhatikan lalu-lalang orang yang tengah sibuk bermain di depannya.

Busan Haeundae Beach memang tak pernah sepi, pantai yang disebut-sebut pantai terbaik di Korea Selatan ini memang luar biasa. Dengan gedung-gedung kota Busan yang mengelilingi Busan Haeundae menjadikannya bagai surga dunia.

Taehyung melambaikan tangannya ke atas dengan penuh semangat , di sana seseorang tengah membalas lambaian tangannya. Pria manis bergigi kelinci dengan tubuh bak seorang binaragawan.

"Maaf hyung, aku membuatmu menunggu"

"eum, tak masalah aku berlama-lama di sini, pemandangannya luar biasa Jungkook-ah." jawab Taehyung, tersenyum manis menampilkan senyum kotak menawan miliknya.

Jungkook membalas senyuman itu, lalu mengambil tempat di samping Taehyung.

Ia baru saja menemui teman lamanya dan meninggalkan Taehyung sendirian di tepi pantai yang tak bisa dibilang sepi, sejujurnya pantai Busan memang tidak pernah sepi.

Jungkook tersenyum manis pada pemuda di hadapannya kini. Jungkook berusia 2 tahun lebih muda dari Taehyung, hanya saja dia mengambil kelas akselerasi dari sekolah menengah pertama, hingga dirinya pindah ke Seoul dan bersekolah di tempat dan kelas yang sama dengan Taehyung.

Pada saat musim semi, Jungkook dengan rutin meluangkan waktunya untuk pulang ke kampung halamannya walau dengan segudang tugas sekolah yang membuatnya jenuh.

Jungkook menatap Taehyung di sampingnya, mengamati segala pergeraakan yang ia rasa sangat menawan, seperti candu yang membuatnya tak bisa memalingkan kepala, eksistensinya bak magnet yang terus menarik Jungkook untuk tidak pergi dari sana.

Saat Taehyung kembali menggigit potongan besar odeng yang tinggal separuh bagian, Pria itu terkikih kecil, melihat mulut penuh Taehyung yang terlihat seperti tupai.

"Taetae hyung? kau tak keberatan menemaniku di sini?" Jungkook masih menatap Taehyung dalam, raut muka Taehyung sedikit berubah, sedetik kemudian ia menoleh ke arah Jungkook lalu kembali tersenyum lebar.

"kau bicara apa Kookie? aku yang menawarkan diri padamu, sudah lama aku ingin mengujungi Busan" Taehyung merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, seolah beban hidup yang ia rasakan menguap bersamaan dengan lenguhan keras dari mulutnya.

Mereka berdua berangkat ke Busan 2 hari yang lalu, menggunakan Korail yang bisa memotong 3 jam perjalanan jika menggunakan kendaraan biasa.

Sebenarnya ini bukanlah hari libur sekolah atau libur nasional, Jungkook hanya harus memenuhi kewajibannya di sini, sesuatu yang ia lakukan sejak dirinya pindah ke Seoul 2 tahun yang lalu, setiap awal musim semi, dengan pasti.

"memangnya kenapa sih kau harus pulang setiap musim semi?" tanya Taehyung dengan wajah penasarannya, menurutnya tak ada hal spesial yang Jungkook lakukan di sini kecuali keluar untuk bersenang-senang, maksudnya persis apa yang sedang ia lakukan saat ini. Mengajak Taehyung pergi ke luar untuk menikmati pemandangan menakjubkan di kota terbesar nomor dua di Korea ini. Tak ada ritual atau festival penting yang Jungkook lakukan, padahal Taehyung berharap Jungkook akan mengajaknya melihat festival bunga, walaupun akan mustahil karena festival cherry blossoms akan dimulai di bulan april.

"ini perayaan kenaikan kelas"

"hah?" Taehyung memiringkan kepalanya menatap Jungkook, ia baru tahu jika ada orang yang merayakan kenaikan kelas dengan pulang kampung selama tiga hari, lagipula kenapa Jungkook tidak melakaukannya pada saat libur semester kemarin? pikir Taehyung.

"kau ini aneh, semua orang tahu jika mustahil seorang Jeon Jenius Jungkook tidak naik kelas" Taehyung tertawa renyah, lalu melahap habis odeng yang sudah dingin miliknya.

"aku tak seperti yang kau kira hyung, ah.. ngomong-ngomong hyung terlihat sangat cantik saat ini" Jungkook mengulas senyum lalu mengelus pucuk kepala Taehyung dengan lembut, merupakan sebuah keajaiban ketika dirinya bertemu dengan Taehyung di ruang konseling saat awal dirinya memasuki bangku kelas satu, walau nasib Taehyung dan Jungkook berbeda pada saat itu— Taehyung terkena kasus dan Jungkook sedang membantu guru konseling membawa setumpuk berkas. Taehyung adalah sesosok yang easy going, sangat mudah bergaul dan tidak terlalu sulit untuk bisa berbicara lepas dengan seorang introvert seperti Jungkook pada saat itu.

Walau tak terlalu akrab, mereka berteman. Sesekali bertukar sapa ketika bertemu, atau sesekali Taehyung akan berkunjung ke kelas Jungkook— Taehyung punya banyak teman di kelas Jungkook pada saat itu dan secara tak sengaja mereka akan bertemu atau berbincang kecil.

Jungkook tak pernah mempertanyakan kenapa Taehyung sering keluar masuk ruang konseling seperti seorang residivis, tapi menurut rumor yang beredar, Taehyung sering telat masuk kelas atau membolos sekolah. Dan sekali lagi Jungkook tak peduli akan semua itu, menurutnya Taehyung adalah sosok orang yang baik.

Hampir dua tahun mereka saling mengenal— walau hanya sekedar teman biasa. Dan pada saat kenaikan kelas 3 mereka akhirnya menempati kelas yang sama. Taehyung tahu kebiasaan Jungkook ketika menginjak semester awal, dia akan pergi ke Busan untuk alasan yang tak ia pahami. Dan baru saja dia mendapati jawaban klise yang menggeltik abdomennya, untuk perayaan kenaikan kelas bersama keluarga, tipikal anak kecil batin Taehyung.

"aku pria, aku tampan bukan cantik Kok" Taehyung mengerucutkan bubirnya, pura-pura marah.

"Tapi aku serius hyung, jika aku seorang wanita aku pasti akan tergila-gila dengan hyung" Jungkook membentuk jari-jarinya dengan tanda peace, menunjukan bahwa ia benar-benar serius. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Taehyung mendapat pengakuan jika dirinya cantik, dan sejujurnya ia tak nyaman dengan panggilan itu.

"jika kau adalah wanita aku tak akan pernah menjadikanmu pacarku, kau ini seperti bocah TK.. eum" Jungkook memegangi pipinya yang terasa panas terkena cubitan Taehyung, sedangkan sang tersangka pencubitan telah kabur menuju tepian laut yang begitu menawan, bermain dengan air hingga Jungkook menahan pinggang ramping itu untuk mendapatkan pembalasan dengan menggelitiknya, ia baru sadar jika Taehyung benar-benar orang yang sangat menarik. dan Jungkook juga menyadari jika ia tak pernah seserius ini berteman dengan seseorang.

.

.

.

.

.

.

Jungkook dan Taehyung duduk berdampingan di meja makan, sang ibu memaksa mereka berdua untuk mencoba menu masakan barunya, walaupun perut mereka sudah benar-benar penuh ketika pergi ke Haeundae.

Sinar matahari di siang hari tak mampu menghalangi hawa dingin yang mereka rasakan, membuat Taehyung harus menggunakan sweater putih miliknya yang kebesaran, terlihat seperti bayi dengan topi beanie pink.

"huah, padahal sudah musim semi tapi tetap saja dingin" Taehyung menyendok puding dengan posi besar lalu memasukan seluruh bagian ke dalam mulutnya.

Jungkook hanya tersenyum melihat Taehyung yang sekali lagi terlihat sangat imut, sekali lagi ia tampak seperti tupai .

"hyung, kau tak lupa kan jika nanti malam kita sudah harus pulang" Taehyung mengangguk, lalu menunjuk sendoknya ke arah Jungkook.

"ya, aku sudah bersiap-siap, dan aku pasti akan sangat merindukan masakan ibumu yang begitu lezat" ibu Jungkook yang mendengar penuturan Taehyung hanya tersenyum, lalu mengahampiri meja mereka berdua.

"Jungkook tak pernah membawa teman dari Seoul ke Busan bersamanya, saat ia membawa Taehyung ibu sangat senang" Sang Ibu mengelus surai kecoklatan Taehyung, menyentuhnya dengan penuh kasih sayang bak anaknya sendiri, dan Taehyung paham kenapa Jungkook bisa tumbuh menjadi seorang yang baik dan cerdas, dia dibesarkan di keluarga yang luar biasa, tak seperti dirinya.

"Jungkook adalah orang paling beruntung di dunia karena memiliki ibu yang sangat cantik dan baik hati"

Suara tawa pecah seketika, kehadiran Taehyung membuat semuanya lebih berwarna, dan hanya di sinilah ia merasa dicintai.

drrt...

ddrrt..

Ponsel Taehyung bergetar, ia merogoh I-phone mate black miliknya di saku celananya yang tebal.

Seketika itu raut muka Taehyung berubah, ia sedikit gelisah dan terlihat bimbang.

"ah maaf, aku permisi dulu"

Taehyung sedikit berlari, menyembunyikan dirinya dibalik tembok kemudian menggeser tombol hijau ke kanan, lalu menempatkan ponsel di samping kanan telinganya dengan sangat hati-hati.

"Kemana saja kau?" suara di seberang menyahut dengan kencang, membuat Taehyung menjauhkan ponselnya karena suara di sana terdengar sangat keras.

"bukannya sudah kubilang, aku sedang istirahat, aku sedang liburan" Taehyung menghela napas panjang, ia sudah bersiap-siap menerima semprotan dari seseorang di seberang.

"Aku tak mau tahu, kita harus bertemu. Aku merindukan Tae, cepat pulang ya?"

jawab seseorang dengan suara yang mendominasi.

"Bukannya ada banyak yang bisa kau pilih hyung? kenapa selalu aku sih? aku ingin iatirahat seminggu saja."

"Tidak bisa!" Taehyung tersentak, jantungnya berdegup kencang, ia tak bisa melawan orang ini.

"baik, aku akan pulang nanti, besok akan kupastikan aku sudah berada di Seoul, kutunggu di tempat biasa jam 10 malam, karena ada banyak ketertinggalanku di kelas, aku harus belajar. Kuharap kau mengerti hyung." Taehyung menutup dengan sepihak teleponnya dan sesegera mungkin mematikan daya ponselnya berharap ia tak akan mendengar deringan telopon itu lagi.

Ia sedikit berlari menuju meja makan, karena merasa tak enak telah meninggalkan nyonya Jeon dan Jungkook.

Ketika ia kembali ke tempatnya semula, ia tak menemukan sosok Jungkook, hanya ada ibunya di sana.

"Jika kau mencari Jungkook, dia pergi membeli bunga." Ibu Jungkook bisa membaca ekspresi kebingungan dari Taehyung.

"bunga?"

"ya, alasan utama Jungkook pulang ke Busan setiap musim semi adalah karena ia ingin membelikan bunga dan untuk menemui kekasihnya, semacam anniversary."

Taehyung membelalakkan matanya, ia tak tahu jika Jungkook sudah punya kekasih.

Itu karena Jungkook tak pernah menemuinya di sini, waktu yang Jungkook habiskan di Busan hanyalah bermain dan pergi bersama Taehyung atau seharian bermain Playstation 4 di kamarnya.

Taehyung merasa bersalah karena menyita waktu Jungkook bersama sang kekasih, di sisi lain ada suatu perasaan aneh di hatinya menyadari jika Jungkook sudah memiliki seseorang yang spesial di hatinya, dia pastilah gadis yang sangat beruntung.

"pada saat ibu mengetahui Jungkook memiliki pacar diumurnya yang masih kecil, ibu sangat terkejut. Kupikir Jungkook sudah berubah menjadi bocah kecil yang nakal, ha..ha.."

"tetapi, saat melihat gadis itu ibu tahu kenapa Jungkook bisa menyukainya, dia seperti malaikat." lanjut sang Ibu, Taehyung tidak menjawab, ia hanya bisa tersenyum miris menyadari jika selama ini Taehyung bukanlah satu-satunya orang yang dekat dengan Jungkook. Ia hanyalah orang asing yang baru mengenal baik Jungkook beberapa bulan yang lalu, tak seperti gadis itu yang sudah menempati hati Jungkook bertahun-tahun lamanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pukul 6 sore, Taehyung dan Jungkook sudah sampai di stasiun Korail ditemani dengan ayah dan ibu Jungkook. Sebelum berpisah, senyuman dan pelukan hangat dari ibu dan ayah Jungkook menemani mereka berdua.

Tak lama mereka menunggu, akhirnya Korail mereka sampai, dengan diiringi lambaian tangan Jungkook dan Taehyung mengucapkan salam perpisahan.

"hati-hati kalian berdua, silakan berkunjung lagi di lain waktu" Taehyung mendengar teriakan ibu Jungkook tersenyum lebar, ia menjawab dengan berteriak "ya, bibi" tak kalah kencang.

Mereka berdua duduk bersebelahan di Korail, kereta cepat yang sering disebut KTX atau Korean Train Express seperti Shikansen Jepang dengan fasilitas yang tak kalah nyaman dan mewah.

Setelah mereka berdua duduk, Taehyung memejamkan matanya.

"hyung, kau akan tidur sesore ini?" Jungkook menoleh ke arah Taehyung, memperhatikan garis rahang tegas miliknya yang begitu sempurna di mata Jungkook, dan tak lupa bulu mata lentik yang terlihat menawan ketika kedua mata itu tertutup rapat.

"aku lelah Kookie, perjalanan kita kurang lebih tiga jam, sangat singkat dan aku ingin memanfaatkannya untuk tidur" Taehyung menguap dengan keras.

"baiklah hyung, tidurlah. Selamat malam dan oh-" Jungkook memotong ucapannya.

"terima kasih sudah mau menemaniku di sini, di tahun sebelumnya aku selalu kesepian berada di rumah sendirian tetapi saat ada hyung itu jauh lebih menyenangkan, terimaksih" Jungkook tersenyum menapilkan deretan giginya yang terlihat seperti kelinci.

Pembohong!.

Bukannya kau akan pergi keluar dengan kekasihmu jika aku tak ada.

Taehyung tak menjawab, ia bermonolog dengan dirinya sendiri dengan matanya yang masih terpejam. Ia kecewa dengan Jungkook, ia tak memberitahu atau memperkenalkan kekasihnya pada Taehyung, bukannya ia peduli.

Taehyung hanya ingin dekat dengan Jungkook, jika Jungkook bahkan tak ingin membagi kebahagiannya, Taehyung rasa pertemanannya dengan Jungkook hanyalah sebatas teman biasa, ia tak bisa melangkah lebih dekat ke kehidupan Jungkook atau..

Ia akan semakin terluka nantinya.

.

.

.

.

.

.

Pukul 11 malam, ketika Taehyung dengan lemas melemparkan tubuh kurusnya ke kasur di rumah sewaan miliknya.

Sebenarnya ia dan Jungkook sudah tiba di Seoul beberapa jam yang lalu, hanya saja Jungkook memaksa Taehyung untuk menemaninya makan Samgeopsal di restoran langganannya, Jungkook beralasan jika ia tak makan Samgeopsal malam itu juga ia akan mati kelaparan, sungguh konyol batin Taehyung

Taehyung menggeledah tas ranselnya, ia baru sadar jika ponsel miliknya mati sejak ia menelepon seseorang siang tadi. Ia kembali menghidupkan ponselnya dan mendapati 23 panggilan tak terjawab serta berpuluh-puluh pesan masuk ke kakaotalk nya.

"Aku akan ke rumahmu jam 12 atau jam 1 malam nanti, aku tak bisa menunggu hingga esok hari"

"kupastikan jika kau sudah pulang ke rumah, Tae sayang"

"aku merindukanmu"

"aku kecewa saat kau mematikan telepon secara sepihak, aku sedikit marah sayang"

Taehyung menelan air ludahnya dengan susah payah, ia sesegera mungkin mematikan seluruh penerangan di rumah kecilnya ketika selesai membaca pesan masuk di kakaotalk-Nya, ia tak masalah dengan menerima tamu di malam hari, seperti hari-hari yang biasa ia lakukan. Namun, malam ini ia hanya ingin istirahat dengan nyenyak, ia terlalu lelah untuk berbicara atau bahkan mandi saat ini juga, lagipula besok ia harus masuk ke sekolah.

Tok

Tok

Tok

Degup Jantung Taehyung bertambah kencang karena ia terus berlari-lari untuk mematikan seluruh penerangan di rumahnya, tetapi ia sedikit terlambat. Lampu kamarnya saja belum ia matikan.

"Taehyung, aku tahu kau ada di dalam cepat buka pintunya" suara seseorang menyahut dengan keras, sungguh Taehyung ingin menyumpal mulut orang itu dengan kaos kaki karena berteriak terlalu kencang dan tentu saja mengganggu para Tetangga, Taehyung tidak ingin punya masalah dengan siapapun. Namun ia selalu berpikir bahwa tak ada hari di kehidupannya tanpa adanya masalah.

Dengan gontai dan tanpa semangat Taehyung segera menuju pintu depan rumahnya yang berada tak jauh dari kamarnya, karena rumah ini memang tidak terlalu besar.

Malam hari yang begitu sunyi walau berada di kota megapolitan seperti Seoul, langkah kaki Taehyung terdengar dengan sangat jelas dari luar, seseorang di balik pintu itu tersenyum.

Ceklek

Satu pelukan langsung menghujani tubuh Taehyung, hampir membuat tubuh itu terlempar ke belakang jika tangan itu tak menahannya dengan kuat.

"Ho-Hoseok h..hyung, ah-" Taehyung terjingkat dan memekik ketika lidah hembusan napas panas terasa di ceruk leher jenjangnya, Taehyung sedikit meronta dan berontak.

Tak sia-sia, pelukan itu terlepas dari tubuhnya.

"hyung, kita ada di luar. Bagaimana jika ada seseorang yang melihat kita" protes Taehyung.

"Kalau begitu kita lanjutkan di dalam"

"Tidak!" ia sedikit berteriak, membuat pemuda bernama Hoseok itu sedikit terkejut.

"Kenapa Tae? Kau tak merindukanku? Aku akan membayar dua kali lipat. Ah, aku akan membayar berapapun nominal yang kau mau asalkan kau mau menemaniku malam ini"

"Hyung, aku lelah. Aku baru pulang 30 menit yang lalu, aku tak bisa pergi ke sekolah dengan kaki pincang besok" Pintu itu tertutup dengan perlahan, Taehyung pergi ke kamarnya diikuti dengan Hoseok di belakang tubuhnya.

Hoseok kembali memeluk tubuh ramping itu dari belakang, Taehyung menggeliat kecil.

Taehyung tersentak sedetik kemudian ketika menyadari jika kedua kakinya tak lagi menapak lantai, tubuh kurus itu diangkat secara paksa oleh Hoseok menuju ranjang berukuran sedang di kamar Taehyung.

Tubuh mungil itu berontak, memukul punggung Hoseok dengan tak bertenaga karena ia benar-benar lelah. Hoseok melemparkan Taehyung ke ranjang, dan saat itu juga Taehyung hendak melarikan diri namun terlambat. Kaki Taehyung diseret oleh Hoseok kembali menuju ranjang empuk itu, acara tidur cantik Taehyung batal.

Ia sadar jika dirinya tak akan mampu melawan Hoseok, dan ia sadar jika esok ia tak akan masuk ke sekolah untuk menemui Jungkook, ia sangat menyesal harus melakukan hal semacam ini, namun tak ada pilihan.

Karena sejak awal ia memang tak bisa memilih.

Tubuh Taehyung menggeliat sekali lagi ketika Hoseok melucuti dengan paksa seluruh pakaiaannya, menyisakan bokser hitam yang melekat menutupi sesuatu yang berharga di sana.

Begitu pula Hoseok, tubuhnya hampir telananjang dan ia menatap Taehyung yang berada di bawahnya dengan tatapan buas, siap menerkam mangsangya saat itu juga.

Tanpa sadar air mata Taehyung sedikit keluar, hatinya terasa begitu sesak ketika Hoseok menjelajahi setiap inci dari tubuhnya, dari atas bibir, leher, dada, serta selangkangannya.

Ketika Hoseok menyatukan tubuh mereka berdua, Taehyung menangis dalam diam, ia merasa lemah dan hina karena tak bisa menolak, ia menangis ketika dirinya kembali teringat kenangan menyakitkan yang menghancurkan dirinya, yang membuat Taehyung harus berurusan dengan dunia gelap bawah tanah.

.

.

.

Jungkook, maaf. Hyung- bukanlah orang yang baik.

.

.

.

Saat itu juga, Taehyung kehilangan kesadarannya.

.

.

.

~TBC~

Halo, Darjeeling Tae here. Ini Fanfiction pertama saya di ffn, mohon bantuannya

Sebenarnya cerita ini mau saya bikin fluffy tapi entah kenapa malah jadi kaya gini wkwk..

Dan mohon maaf, jika adegan 'anu' nya kurang esplisit, karena jujur saya masih underage.. waah, merasa berdosa (~#shy#~)..

Kritik, dan saran akan sangat membantu untuk improvisasi saya ke depannya.. *bow~

Annyeong... terimakasih sudah mau mampir..