Dia ingat.

Ingat sekali bagaimana ibunya menangis tanpa henti bertanya kepada diri sendiri di mana letak kesalahannya saat membesarkan BoboiBoy.

Bagaimana ayahnya yang selalu bangga kepadanya memandangnya dengan jijik sambil menenangkan ibunya menjauh dari BoboiBoy.

Lalu kakeknya, kakek yang menyayanginya sejak kecil ketika ia di tinggal orang tua yang sibuk bekerja. Manatapnya kecewa sambil berpaling darinya.

Jika memang ini apa yang menjadi hasil dari apa yang di perbuatnya maka BoboiBoy bertekad akan melupakannya.

Tapi bagaimana bisa ia melupakannya ketika orang yang di sayanginya menangis tersedu-sedu saat Fang mengira tak ada yang melihat?

Sampai sekarang pun perasaan mengganjal di relung hatinya masih belum pergi.


Ia menjadi orang yang berbeda.

Dengan uang orang tuanya ia berjudi, bermain-main dengan wanita, dan pulang tengah malam.

Buruknya lagi, tak ada yang menghentikannya.

Lalu ia melihatnya, melihat orang yang di sayanginya sedang duduk termenung di remang-remang cahaya lampu taman menatap kosong ke arah langit.

Ia menghampirinya.

.

.

.

.

.

'Lama tak berjumpa ya?' 'Bagaimana kabarmu?' Harusnya BoboiBoy berkata seperti itu, tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Fang tersenyum kecil kepada orang yang menghampirinya, seorang gadis yang tengah hamil tua.

Mereka melewati BoboiBoy yang membeku di tempatnya berdiri, menatap hampa saat Fang bahkan tidak mengedipkan mata untuk melihatnya.


Hallo! hehehehhe... berasa perlu aja menyebarkan angst di fandom ini X3

Entahlah, cerita ini pendek banget, cuman bakal jadi dua bagian aja kok.

Eh, iya. Lupa. 7 jenis ciuman bakal punya bonus lho~~~~ /iyakalaupunyawaktuataumotivasi/