I AM BACK HOME

Just for fun! Enjoy!

Uchiha Sasuke, sang pahlawan bayangan Konoha Gakure telah menyelesaikan tugas-tugasnya, dan ia benar-benar telah berhasil menyelamatkan Konoha Gakure dari ancaman musuh yang bahkan lebih kuat dari Kaguya, meski tak ada satu pun warga Konoha yang mengetahui perjuangan Sasuke sehingga mereka bahkan tidak menyambut kepulangan sang Uchiha. Ya, Uchiha Sasuke yang kini sudah tidak muda lagi sedang berdiri dengan gagahnya di depan gerbang desa.

Sudah berapa lama aku meninggalkan desa.

Pikir Sasuke.

Tepat beberapa langkah di depan Sasuke, ada hokage ke tujuh yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Uzumaki Naruto, dan juga sang penasehat hokage, Nara Shikamaru, yang telah menunggu Sasuke dari setengah jam yang lalu. Hanya mereka berdua yang menjemputnya.

"Yo! Okaeri, Sasuke." Ucap Naruto dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Hn, tadaima.."

Naruto © Masashi Kishimoto

This fic is mine

T-Rated

Family/Romance/a little bit Humor

Uchiha Family

Meski sang istri, Uchiha Sakura mengetahui tentang misi rahasia suaminya, Uchiha Sasuke, bukan berarti ia tau benar kapan suami tercintanya akan pulang ke rumah. Buktinya pagi ini dia dengan santainya membersihkan rumah mereka dari debu dan kotoran. Yah, meskipun rumah tersebut pernah roboh akibat ulah Sakura sendiri dua tahun yang lalu, namun berkat bantuan warga dan teman-temannya kini rumah tersebut bisa berdiri kokoh kembali. Berkali-kali Sakura memandangi isi rumahnya.

Aku tidak akan merobohkanmu lagi. Aku berjanji!

Sakura memang selalu membatin seperti itu jika sedang membersihkan rumah.

Merasa pengap, lalu ia membuka jendela rumahnya. Pemandangan pertama yang ia lihat dari jendela adalah sepasang pengantin baru yang sedang bergandengan tangan dan terlihat si suami membisikkan sesuatu ke telinga istrinya, membuat sang istri tersipu malu dengan wajah yang memerah.

Entah apa yang ia bisikan.

Pemandangan itu sukses membuat Sakura buru-buru menutup jendelanya dan merasa gondok setengah mati.

Udah tau kalau aku lama ditinggal suami, mereka pasti sengaja manas-manasin. Uh, teganya. Sasuke-kun, aku kangen banget sama kamu. Kapan kau pulang? Kapan kita bisa menjadi keluarga normal seperti yang lainnya, Sasuke-kun?

Lagi-lagi Sakura membatin, sambil menggigit bibir bawahnya dan mencengkeram kedua ujung roknya.

Pedih.

Itulah yang sering Sakura rasakan selama ini. Apalagi dengan fakta bahwa Sarada pernah tidak meyakininya sebagai ibu kandung. Untung saja masalah tersebut telah diluruskan setelah mereka bertemu kembali dengan Sasuke dua tahun lalu di dekat menara desa yang ada di tengah-tengah hutan.

Jika ingat pertemuan mereka pada saat itu membuat hati Sakura makin pedih. Pasalnya Sasuke tidak bisa tinggal lama bersama mereka karena misinya yang belum terselesaikan. Meski Sadara, putri mereka, tidak benar-benar tau jelas apa misi sang ayah, tapi setelah pertemuan tersebut, Sarada yakin apapun yang dilakukan ayahnya adalah semata-mata untuk melindungi keluarganya serta semua warga konoha, dan Sarada bangga akan itu.

Merasa benar-benar pengap, Sakura kembali membuka jendela rumahnya.

Sekarang ganti pasangan muda mudi yang lewat.

Lalu ia tutup lagi jendelanya.

Beberapa saat Sakura membuka jendelanya lagi.

Pasangan paling mesra seantero Konoha, Chouji dan Karui yang lewat.

Ia tutup lagi jendelanya.

"Ini hari apa sih, nyebelin banget!" kali ini Sakura tidak membatin tapi mengakatannya langsung dengan emosi.

Malas membuka jendela, Sakura lalu membuka pintu depan. Jendela yang Sakura buka tutup tadi memang posisinya di samping rumah.

Kaget.

Itulah yang Sakura rasakan. Pasalnya tepat ketika pintu terbuka, berdiri sosok pria berkulit putih dengan rambut hitam agak gondrong.

Sebenarnya bukan sosok itu yang membuat Sakura benar-benar kaget, melainkan sesuatu yang dibawa pria itu. Siapa lagi laki-laki itu kalau bukan tetangga Sakura dari RT sebelah yang menyerahkan undangan pernikahan Ibunya. Ya, ibunya janda anak lima. Selama dua belas tahun Sakura hidup berdua dengan Sarada, Sakura sudah enam kali menerima undangan pernikahan dari orang itu.

"Aku permisi dulu. Jangan bosan-bosan datang ke pernikahan ibuku" ucap pria itu tanpa dosa.

"Gue udah bosen. Enem kali nikah, enem kali resepsi gede-gedean. Itu niatnya beneran nikah atau biar dapet amlopan terus, sih? Aku sekali aja belum pernah ngadain kondangan!"

Inginnya sih bilang begitu. Namun urung, karena Sakura sekarang adalah seorang Uchiha. Uchiha harus keren, bermartabat, dan jaim.

"Ya. Aku akan datang, kok" ucap Sakura dengan senyuman lembut.

"Kalau begitu aku permisi dulu"

Pria itu membungkuk sopan, dan melenggang menuju rumah berikutnya untuk menyebar undangan.

Padahal anak laki-lakinya itu udah 23 tahun belum laku-laku, tapi ibunya...ah sudahlah.

Karena takut didengar oleh pria tadi, jadi Sakura berkata dalam hati saja. Takutnya nanti tersinggung.

Sakura kembali menutup pintunya. Ia berjalan menuju sofa ruang tengah dan tiduran di lantainya.

"Kalau gini kan adem" ucap Sakura sambil membaca isi undangan pernikahan tersebut dalam hati.

Mendapatkan posisi yang nyaman di lantai mebuat Sakura sedikit mengantuk. Ketika mata Sakura hampir tertutup, tiba-tiba terdengar pintu depan yang dibuka.

Dengan segera Sakura bangun dan menuju pintu depan.

"Sarada, tumben sekali kau sudah pulang pagi-pagi begi.."

Kata-kata Sakura terputus. Tubuhnya membeku. Ia tak tau sekarang harus tertawa atau menangis karena perasaan bahagia yang datang tiba-tiba.

"Tadaima, Sakura.."

Siapa lagi orang yang membuat Sakura terkejut? Bukan si pria pengantar undangan, melainkan sosok suami tampannya yang benar-benar ia rindukan selama ini.

Sasuke menghampiri istrinya yang diam kaku di tempat dan bahkan tidak mengucapkan okaeri untuknya.

"Sakura?" Panggil Sasuke untuk memastikan, sambil menyentuhkan tangannya ke pipi Sakura.

Hah? Ini bukan mimpi kan? Beneran suami aku, Sasuke-kun kan?

Terdiam beberapa saat, Sakura sadar dari keterkejutannya.

"Ah, okaeri, Sasuke-kun.."

Kemudian mereka pun berpelukan.

"Aku.. sangat rindu Sasuke-kun.."

"Aku juga merindukan kalian berdua."

Sangat lama mereka berpelukan. Pumpung Sarada belum pulang. Begitu pikir mereka.

"Kau pasti sangat lelah. Apa kau sudah makan?" sambil melepaskan pelukannya.

"Aku sudah makan tadi di pejalanan."

"Oh ya, Sarada sedang ada misi bersama teamnya."

"Aku sudah tau. Tadi Naruto yang memberitauku saat kami di kantornya."

"Kau menemui Naruto dulu sebelum aku? Istrimu itu aku atau Naruto?" ucap Sakura kecewa.

"Bukan begitu. Naruto dan Shikamaru menjemputku di gerbang desa, menyambutku pulang. Kemudian kami ke kantor Naruto tentu saja untuk laporan misiku, Sakura." Sasuke mencoba menjelaskan.

"Kenapa Naruto tak mengajakku untuk menjemputmu?" lagi-lagi ucap Sakura penuh kekecewaan.

"Aku yang menyuruhnya untuk tidak memberitaumu. Aku ingin membuat kejutan.." ucap Sasuke sambil tersenyum tipis.

"Ya, kau berhasil membuatku terkejut! Sudah puas selama ini kau hanya mengabari Naruto tentang misi-misimu? Kau pikir berapa lama kau pergi? Aku memang membiarkanmu pergi waktu itu. Tapi aku tidak menyangka akan selama ini sampai putri kita beranjak remaja.." Sedikit meninggikan nada bicaranya, Sakura benar-benar meluapkan semua yang ia pendam selama ini.

"Sudah berapa lama? Sudah berapa kali kau meninggalkanku, SASUKE-kun?!"

Lega. Itulah yang Sakura rasakan sekarang. Apa yang ingin ia katakan dari dulu telah ia ungkapkan semua kepada suaminya. Kali ini, Sakura tidak menahannya, ia sadar, ia hampir membentak sang suami. Tersirat adanya amarah dan kepedihan dalam nada bicaranya.

Perlahan Sasuke mendekatkan wajahnya, dengan lembut menyentuhkan bibirnya ke bibir tipis Sakura.

Ciuman panjang yang syarat akan kerinduan dan rasa bersalah.

Maaf...

Maaf..

Maaf..

Sasuke ucapkan berkali-kali di sela-sela ciuman panjang mereka.

Barang sedetik pun, Sakura sama sekali tak berkedip dan melepaskan pandangannya pada wajah sang suami yang penuh sesal.

"Maafkan aku, Sakura.."

Melepaskan ciuman mereka.

Sakura memegang ke dua pipinya yang memerah. Matanya melirik ke arah lain, merasa malu pada sang suami.

Kemudian ia tertawa kecil.

"Ahahahaa.." Sakura tertawa dengan menutup mulutnya sendiri dengan tangan.

Sasuke benar-benar heran. "Apa yang lucu?" tanya Sasuke, alisnya terangkat sebelah, keheranan.

"Ahaha.. tidak apa-apa.. Hanya saja, ku kira.. aku tidak bisa benar-benar marah padamu. Aku terlalu mencintaimu Sasuke-kun. Tak peduli berapa kali pun kau meninggalkanku. Meski terkadang aku merasa begitu kesepian. Tapi rasa cintaku tak pernah terusik. Kau pulang dengan selamat, itu sudah sangat cukup." Sakura mengalungkan tangannya ke leher Sasuke.

Sasuke membelai rambut Sakura. "Aku tau itu. Aku tak bisa berjanji untuk tidak meninggalkanmu lagi. Aku minta maaf. Tapi aku berjanji aku akan selalu pulang dengan selamat untukmu dan Sarada." Sakura yang masih mengalungkan tangannya, perlahan tubuhnya terangkat, Sasuke menggendongnya dengan sebelah tangannya.

"Aku mencintaimu, anata.."

"Terima kasih, Sakura..."

Sasuke menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri. Dia juga tidak merasakan chakra Sadara di sekitar. Berarti Sarada masih di luar desa!

Yosh! Kesempatan! Tidak ada 'gangguan'.

Memasuki ruangan pribadi mereka, dengan senyuman yang menyiratkan kebahagian.

Akhirnya.

Setelah sekian lama.

Mereka bisa bermain UNO bersama dengan tenang.

.

.

.

TBC :D

Author nyengir :3

Catatan hati seorang author : Aku bikin ini bahkan sebelum gaiden tamat, kalau nggak salah abis baca chapter 5 nya. Dan sebelum trailer BTM jg .. jadi harap maklum jika melenceng :") /

Aku tau ini jauh dari kata bagus :') / jauh dari kata lucu, romantis, dsb ^^ /

Gitu aja sih.. jangan lupa setelah baca tinggalin testimoninya ya? :D /plak