Mondiale Famiglia

By Dragphilie collab with Demon D. Dino

Katekyo Hitman Reborn! © Akira Amano


Sicillia, South Italy

Guntur terus menggelegar keras malam itu, menjadi soundtrack adegan menegangkan yang tengah terjadi di puri gelap itu. Seorang pria paruh baya duduk di sebuah singasana berselimut cahaya bayang kilat. Karismanya membuat dua orang sosok dihadapannya terdiam membisu. Suasana benar-benar mencekam.

"Kalian tahu…" Ucap pria itu memecah kesunyian di ruangan.

"Apa, Boss?!" Jawab balik salah satu sosok dihadapannya dengan nada keras memebuat pria itu dan sosok lainnya mendelik kesal dan terkejut, yang ditatap hanya memasang ekspresi datar tanpa dosa. Sosok yang ditatap tersadar dan melanjutkan perkataannya dengan santai, "Tadi nggak terdengar jelas."

Si Boss yang dimaksud menghela nafas keras sekali, sementara sosok lainnya hanya tersenyum kaku.

"Jangan melamun terus Ruvina! Tirulah Flavia sedikit!" Tegur si Boss sambil menunjuk sosok satunya yang dia sebut sebagai Flavia, yang ditunjuk hanya tertawa kecil mengabaikan tatapan dingin Ruvina.

"Jadi, seperti yang sudah kita ketahui, Famiglia kita ini sudah mencapai ambang batas kemampuan. Saat ini kita sudah tidak memiliki daya sedikitpun. Satu-satunya harta kita yang tersisa hanya puri tua ini, bahkan saking tuanya kita belum memiliki aliran listrik di dalam sini." Ucap si Boss sambil membuang muka karena malu.

"Paling tidak semua hutang kita sudah lunas, Boss." Ucap Flavia mencoba menghibur.

"Tapi untuk itu kita harus menjual semua harta, daya, dan senjata yang kita miliki! Kita sudah seperti mafia yang kehabisan peluru kalian tahu?!" Bentak Dante alias si Boss dengan penuh emosi seraya bangkit dari tempat duduknya. Flavia dan Ruvina serempak mundur selangkah, dan si Boss melanjutkan perkatannya, "Dan apa kalian tahu ini semua salah siapa?!"

"Boss Secondo yang boros?" Tebak Flavia dengan polosnya.

"Huss! Bukan! Ini pasti karena ulah Famiglia lain yang ingin menjatuhkan Mondiale!" Ucap Runina sambil tersenyum simpul. Dante tersenyum senang melihat pembelaan yang dulakukan bawahannya, karena bagaimanapun sebagai Terzo Mondiale dia hrus enjaga nama baik dan harga diri pendahulunya.

"Bagaimana kau bisa tahu, Ru?" Tanya Flavia dengan ekspresi 'wow'nya.

"Aku hanya mengatakan apa yang lewat di otakku. Karena ini akan membuat Boss kita senang mendengarnya." Jawabnya santai membuat Dante jatuh terjembab saking kagetnya.

'Rupanya dia hanya mencoba menyenangkanku! Dasar sial!' Pikir Danta dalam hati seraya mencoba bangkit berdiri sendiri, mengabaikan tangan Ruvina yang terulur mencoba membantu. Melihat Dante yang bersungut-sungut kesal, Flavia merasa sedikit bersalah.

"Lalu, siapa yang salah?" Tanya Flavia yang mencoba mengembalikan topic pembicaraan.

"Ini semua salah Vongola! Jadi kuperintahkan kalian untuk menghabisi Vongola Decimo yang berada di Jepang!" Ucap Dante sambil menunjuk Flavia dan Ruvina berapi-api bahkan sampai bangkit berdiri kembali.

"Kenapa jadi salah Vongola?" Tanya Ruvina sangsi.

"Iya, dan apa untungnya kalau kita menghabisi Vongla Decimo?" Lanjut Flavia sambil berkacak pinggang. Dante terdiam lalu dahinya berkerut. Rupanya dia memikirkan jawaban yang tepat. Suasana menjadi hening kembali sementara Dante berpikir.

"Ah! Karena dengan mengalahkan Vongola Decimo, kita akan mendapat kejayaan kita kembali. Famiglia lain pasti akan menaruh hormat pada kita kembali! Primo psti akan bangga!" Dante merepet seperti tupai dengan cepat. Bawahannya hanya speechless di tempat.

"Jadi, kapan kita harus pergi?" Tanya Flavia dengan senyum yang dibuat-buat sementara Ruvina menggumamkan sesuatu, "Pertanyaanku belum dijawab."

"Ya, sempurna!" Jawab Dante pendek.

"Ongkosnya mana?" Tanya Flavia dan Ruvina serempak. Dante hanya tersenyum seraya mengulurkan amplop coklat kepada Ruvina.

"Nah, sekarang misi kalian resmi dimulai!"

Bersamaan dengan ucapan terakhir Dante, seorang bocah berambut coklat caramel di Jepang sana terbangun dari tidurnya sambil berteriak.

"Hiee!"

"Ada apa, Dame Tsuna?" Tanya seorang bayi bersetelan mafia alis Hitman terbaik Vongola, Reborn.

"Aku mimpi buruk Reborn!" Jerit Tsuna panic, baju tidu0rnya sudah miring sana sini.

"Apa ada hubungannya dengan Vongola? Kalau tidak aku tidak perduli." Jelas Reborn datar tanpa berkedip.

"Ada! Ada kira-kira tiga orang dalam mimpiku ini, kurasa dua orang pri dan seorang wanita, eh? Tunggu dulu! Apa dua orang wanita dan seorang pria?" Ucap Tsuna sedikit meragukan ingatannya. Ini membuat Raborn langsung menghadiahinya sebuah free kick tepat di kepala membuatnya jatuh tersungkur.

"Mana yang benar?!"

"Aku tidak tahu! Ruangannya benar-benar gelap!" Pekik Tsuna menahan sakit di kepalanya.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Reborn lagi.

"Hanya berbicara satu sama lain kurasa." Jawab Tsuna seraya mencoba mengingat-ingat mimpinya kembali.

"Apa yang mereka bicarakan kalau begitu?" Tanya Reborn lagi, kali ini dengan anada yang sedikit meninggi.

"Aku tidak tahu, mereka bicara dalam bahasa Italy." Jawab Tsuna polos tanpa dosa. Satu lagi free kick melayang. Tsuna kembali mencium lantai.

"Kalau begitu bagaimana kau bias berpikir itu mimpi buruk, dame Tsuna?!" Bentak Reborn galak.

"Habis saat mereka mulai menyebut-nyebut nama Vongola perasaanku langsung memburuk!" jawab Tsuna dengan wajah memerah karena sakit. Reborn terdia karena menyadari kalau Tsuna memang memiliki Hyper Intuition seperti Vongola Primo.

"Dame Tsuna, sebentar lagi kau akan terlambat." Ucap Reborn datar lalu pergi keluar kamar meninggalkan Tsuna yang langsung bergegas dengan panik.


Seminggu kemudian di Namimori Junior High School

Sudah satu minggu sejak mimpi aneh Tsuna tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan terjadinya hal buruk pada Vongola Banyak yang mulai mengira itu hanya mimpi biasa.

" Mimpi biasa kau bilang, baseball freak?!" Bentak Gokudera sangar pada Yamamoto.

"Maa maa, Gokudera, aku hanya mencoba menghibur Tsuna karena dia tampak tegang sekali." Jawab Yamamoto santai sambil mengarahkan pandangannya pada Tsuna.

"Teman-teman sudahlah! Sebentar lagi kelas dimulai, dan lagi aku malu jadi pusat perhatian kelas." Bisik Tsuna yang duduk ditengah sambil menunduk menatap bukunya, mungkin dia memang malu.

"Juudaime/Tsuna…" Ucap Gokudera dan Yamamoto bersamaan.

"Lagi pula seharusnya kita merasa senang kalau tidak ada hal buruk yang terjadi pada Vongola. Ah! Lihat Niwa-sensei telah datang!" Ucap Tsuna menenangkan kedua sahabatnya, dan dia memang benar, Niwa-sensei wli kelas mereka sudah ada di depan kelas. Tapi, dia tidak sendiri ada seorang siswi berambut pirang yang berdiri di sebelahnya.

"Selamat pagi anak-anak. Seperti yang kalian lihat hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Italy. Nah sekarang mari kita dengar perkenalannya. Silahkan Flavia-san." Niwa-sensei mempersilahkan si murid baru untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Flavia Mondiale. Mohon bantuannya!" Flavia mengakhiri ucapannya dengan senyum lalu membungkukkan badannya bermaksud untuk memberi hormat. Sontak kelas menjadi ramai.

"Dia cantik ya! Rambutnya pirang!" Ucap siswa 1.

"Imut, aksen Italy-nya kental banget." Lanjut siswa 2.

"Furabia-chan disingkat Fura-chan!" Bisik siswi 1.

"Fura-chan nanti kita ajak makan siang bareng yuk!" Pekik siswi 2 tidak kalah semangat.

Seisi kelas langsung berceloteh riuh membicarakan si murid baru mengabaikan Tsuna yang memucat.

"Ada apa juudaime?" Tanya Mr. Right Hand Man alias Gokudera.

"Dia… Salah satu orang yang kulihat di dalam mimpiku." Bisik Tsuna lemah sambil menatap Flavia yang sedang berjalan menuju bangkunya yang berada tepat di depan meja Kyoko. Gokudera tercekat kaget dan langsung menoleh pada Flavia yang sudah duduk dibangkunya dan mengobrol kecil dengan Sasagawa Kyoko.


Di kelas senior Namimori Juhior High School.

"Hari ini bosan sekali, To The Extreme!" Ucap salah satu Vongola Guardian, Sun Guardian yang bernama Sasawa Ryohei.

"SASAGAWA KAU DENGAR PERKATAAN SAYA TIDAK?!" Bentak sang guru yang ternyata sudah bercelotah panjang lebar di depan kelas sedari tadi. Menyadarkan Ryohei yang sepertinya lupa bahwa dirinya sedang berada di kelas dan di tengah jam pelajaran.

"Apa?" Tanyanya tak kalah keras.

"Kubilang tolong bimbing Ruvina Mondiale agar dia tidak kesulitan karena dia murid baru! Bisa tidak?" Tanya si guru, mengulang kembali pertanyaannya.

"Siapa itu Ruvina Mondiale?" Tanya Ryohei yang merasa belum pernah mendengar nama itu.

"Orang yang duduk di sebelahmu, Ryohei!" Kali ini seisi kelas yang menjawab karena kesal. Ryohei sontak menoleh ke sebelahnya dan mendapati seorang perempuan berambut merah bergelombang duduk di deret kursi sebelahnya.

"Woow! Kau mencolok sekali To The Extreme!" Teriak Ryohei yang langsung bersemangat.

"Aku…" Ucap Ruvina pelan membuat kelas hening seketika karena ingin tahu apa yang akan dikatkannya. Ruvina melanjutkan kata-katanya dengan datar, "…benci orang berisik!"

Ryohei membeku syok mengetahui dirinya ditolak mentah-mentah. Siswa lain yang berada di ruang kelas itu langsung heboh berteriak-teriak.

"Huoo! Cool! Ice Queen telah muncul di kelas kita!"

"Mulai sekarang aku akan memanggilnya Ru-sama kalau begitu!" Susul siswa yang lainnya. Baik siswa maupun siswi semuanya tertawa setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ruvina, sementara Ryohei masih membeku akibat syok yang baru saja diterimanya. Ruvina yang sedikit terganggu dengan suasana di ruang kelas saat itu mendadak bangkit dari bangkunya lalu berjalan keluar kelas. Sebelum dia menggeser pintu kelas, dia berhenti dan tanpa menoleh berucap dengan datar, "Aku izin ke UKS, sensei."

Hanya dengan beberapa kata saja, kelas yang tadinya riuh dengan tawaan sempat menjadi hening mendadak lagi dan kembali riuh membicarakan Ruvina.

"Ruvina keren!" Pekik siswa dan siswi bersamaan. Sementara Ryohei yang telah tersadar dari syoknya hanya dapat menatap mejanya sambil berkata pelan, "Sepertinya dia membenciku To The Extreme."

"Hei hei kalian, sudah dulu membicarakan Ruvina-nya. Sekarang ayo kita lanjutkan pelajaran." Ucap sensei yang sedari tadi berada di depan kelas berusaha untuk menenangkan para muridnya dan bermaksud untuk melanutkan pelajaran yang sedari tadi tertunda dan disambut dengan ekspresi kecewa para muridnya.

Sementara itu, Ruvina yang sedang berjalan menyusuri koridor sekolah dengan memperhatikan bacaan papan gantung yang tertera di setiap ruangan yang dilewatinya, berusaha mencari dimana letak ruang UKS. Yah, dia terlalu gengsi untuk bertanya dimana letak ruang UKS di sekolah ini.

Ruang UKS. Itulah nama yang tertera di papan nama yang terletak tepat di sebelah pintu masuk ruangan yang berada disebelahnya. Tanpa pikir panjang Ruvina langsung menggeser pintu ruangan hingga terbuka.

"Permisi." Ucap Ruvina kepada sensei yang berjaga di ruang UKS. Sensei tersebut menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap Ruvina dengan wajah bersemangat.

"Hallo gadis , sepertinya aku belum pernah melihatmu. Aku Shamal! Sensei tertampan di sekolah ini!" Ucap Shamal sambil mengedipkan sebelah matanya. Ruvina speechless di tempat. Mengabaikan niatnya untuk berbaring sebentar di ruang UKS dan langsung menggeser pintu ruang UKS yang tadi sempat dibukanya sehingga sekarang menjadi tertutup saat Shamal mulai beranjak dari kursinya dan membentangkan kedu tangannya berniat untuk memeluk Ruvina.

"Hei! Kau tidak perlu lari, aku tidak akan menggigitmu." Teriak Shamal pada Ruvina yang sudah terlihat agak jauh dari jarak pandangnya.

Ruvina berniat untuk menghabiskan waktunya di atap sebelum akhirnya dia melihat sesosok manusia berbalut seragam dengan label komite kedisiplinan di lengannya, sedang berjalan semakin dekat dengannya. Ruvina berusaha untuk memfokuskan jarak pandangnya. Tunggu dulu, sepertinya seseorang yang memakai label komite kedisiplianan di sekolah ini hanya dia. Dia si Cloud Guardian.

Glek. Ruvina menelan ludahnya dengan susah payah.

'Kuharap dia tidak melihatku.' Batin Ruvina dalam hati.

To Be Continued


Hai minna! Terima kasih sudah membaca karya fic collab pertama kami ini. Dragphilie dan Demon D. Dino akan sangat berterima kasih jika kalian mau sekedar memberi komentar atau kritik yang membangun melalui review kalian. Sekali lagi, terima kasih!

Read and Review ya~

Tertanda,

Dragphilie dan Demon D. Dino