Unforgiven Hero

Remake

gyumingracle present

Cast; Kyuhyun, Sungmin, Victoria, etc.

Pair; Kyumin.

Rate; T.

Genre; Romance, Drama.

Disclaimer; Semua alur milik cerita ini adalah milik Shanty Agatha. Saya hanya mengubah nama tokoh.

Summary; Awalnya rasa ini adalah rasa tanggung jawab, namun semakin lama rasa ini malah menjadi rasa obsesi.

Warning; Genderswitch. Typo(s). D l l.

...

...

...

DLDR. RNR.

...

"Kau sangat menyedihkan." Victoria menoleh ke namja di sebelahnya, yang kebetulan Oppanya.

"Bukan urusanmu."

Victoria mendengus lalu menyesap menuman kalengnya dan meletakkannya di dashbor mobil.

"Sampai kapan kau terus bigini? Sampai dia menjadi nenek-nenek dan tetap tidak menyadari keberadaanmu?"

"Sttt." Kyuhyun bahkan tidak menoleh ke wajah adiknya yang duduk di sebelahnya. Tatapannya lurus ke depan, ke pintu keluar sebuah kampus.

Tak lama, sosok yang di carinya itu keluar, dengan senyum manis yang sudah di hafalnya, ia sedang bercanda bersama teman-temannya.

"Dia tersenyum." Gumam Kyuhyun lega.

"Tentu saja dia tersenyum, dia berhasil lulus dengan predikat cum laude." Tukas Victoria kasar. "Dan itu karena siapa?"

"Aku tidak mau membahasnya."

"Karena kau! Semua karena perjuanganmu." Victoria tidak mempedulikan peringatan Oppanya dan terus melanjutkan.

"Dan sekarang, kau bahkan tak bisa memberikan selamat kepadanya, malah mengintip dari jauh seperti ini. Benar-benar menyedihkan."

Kyuhyun terus menatap sosok itu sampai menjauh, menghilang di dalam bus yang dikendarainya.

"Dia bahkan masih naik bus, aku harus mengusahakan kendaraan untuknya. Supaya dia tidak perlu capek dan kepanasan naik bus lagi."

Perkataan itu semakin membuat Victoria gusar karena Oppanya itu tidak memperhatikan kata-katanya.

"Kau menyedihkan, Oppa. Sampai kapan kau menghukum dirimu sendiri seperti itu?"

Sepi. Tampaknya Kyuhyun menganggap pertanyaan Victoria itu tidak perlu dijawab. Dua kakak beradik itu terdiam di dalam mobil mewah yang sengaja di parkir agak jauh dari kampus, agar tidak mencolok. Kyuhyun sibuk dengan pikirannya sendiri, pikirannya melayang ke masa 10 tahun yang lalu, saat usianya masih 18 tahun. Kaya, tampan, punya kuasa, dan tentu tidak tahu tentang rasa tanggung jawab.

-oOo-

Flashback, 10 tahun yang lalu...

"Ini mobil hadiah ulang tahunku, baru ada dua di negara ini." Gumam Kyuhyun bangga pada waktu itu.

Semu temannya mengagumi mobil sport warna merah yang di parkir Kyuhyun di lapangan itu.

"Gila, Kyu. Mobil ini enak sekali dibawa ngebut." Seru salah satu temannya.

"Tentu saja, namanya juga mobil sport."

"C'mon. Let's try." Seru seorang temannya yang lain.

Kyuhyun tertawa bangga dengan kesombongan mada mudahnya waktu itu. Malam itu mereka mabuk-mabukan dan berpesta pora.

Dan malam itu pula Kyuhyun belajar bahwa kesenangan sesaat kadang kala bisa merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Mobil yang ia kendarai dalam keadaan mabuk, menabrak sebuah taksi yang berjalan pelan di jalur berlawanan.

Pengemudi taksi itu, lelaki tua yang tidak tahu apa-apa, tewas seketika.

Tentu saja semua permasalahan dapat dibereskan dengan cepat. Appa Kyuhyun adalah pengusaha yang sangat berpengaruh karena harta dan kekuasaannya yang melimpah.

Tidak ada yang mempermasalahkan mengapa Kyuhyun mengendarai kendaraannya dalam kondisi mabuk berat, uang jaminan sudah disiapkan. Kyuhyun sendiri waktu itu lebih mencemaskan keadaannya daripada memikirkan supir taksi tua yang tewas itu. Toh, supir taksi itu lebih beruntung langsung tewas, tak menanggung sakit seperti dirinya.

Limpanya terbentur keras, bengkak, sehingga memerlukan perawatan dan pengobatan khusus. Dan rasa sakitnya sungguh tidak terkira. Bahkan Kyuhyun sempat menyalakan supir taksi yang menurutnya kurang ajar. Kenapa bisa ada di jalan yang berlawanan dengan dirinya sehingga membuatnya tertabrak.

Semua permasalahan dibereskan dengan cepat oleh Appanya. Kyuhyun langsung dikirim ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Sampai 6 bulan dari kejadian itu, ia pulang ke Seoul.

Eommanya, seorang yeoja keturunan China yang sudah tinggal di negara ini sejak menikah dengan Appa Kyuhyun, mengingatkannya.

"Kau tidak pernah ingin tahu tentang mereka?" Tanya Eommanya waktu itu.

Kyuhyun yang saat itu merasa bosan karena masih harus beristirahat di rumah dan tidak bisa keluar rumah menatap Eommanya dengan marah.

"Buat apa, Eomma? Bukankah Appa sudah memberikan tunjangan yang sepadan untuk mereka? Mungkin bahkan lebih banyak dari yang biasa dihasilkan supir taksi itu ketika dia hidup."

Kesombongan membuat suaranya terdengar keras.

Sang Eomma menggelengkan kepalanya. "Supir taksi itu memiliki isteri yang berduka dan seorang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah. Apakah kau tidak menyesal atas kehilangan yang dialami anak kecil itu, Kyu?"

Kyuhyun merasa terganggu mendengar ucapan Eommanya. "Sebenarnya apa yang Eomma inginkan?"

"Eomma hanya ingin merasa sedikit lega, Eomma ingin kau bertemu dengannya dan meminta maaf langsung. Bahkan selama ini hanya pegawai Appa saja yang kesana dan mengurus semuanya."

Kyuhyun mencibir. "Mereka itu keluarga miskin. Kalau aku datang kesana dan menunjukkan penyesalan, mungkin mereka akan meminta uang tunjangan lahi."

"Kalau begitu beri saja. Kau sudah mengambil nyawa seorang ayah, Kyuhyun. Berapapun harta yang kau berikan, itu tak akan tergantikan."

Dan datanglah Kyuhyun keesokan harinya, dengan diantarkan sopir dalam mobil mewah, tentu saja tak lupa membawa buket bunga di tangannya.

Ternyata mobil tidak dapat masuk ke kompleks itu. Kyuhyun masih harus berjalan melewati gang-gang sempit dan rumah yang tak terurus dengan bau yang mengganggu indra penciumannya. Dengan jijik dipandangnya lumpur di depatu mahalnya. Dia akan membuang sepatu ini, putusnya jengkel.

Rumah itu sederhana. Terletak di ujung gang, tetapi tampak paling bersih diantara semua rumah yang berdesak-desakan disana. Kelihatannya seseorang berusaha meletakkan pot-pot mungil berisi bunga mawar untuk menutupi pagar jelek yang menyedihkan didepan rumah itu. Ketika Kyuhyun mengucapkan permisi di depan pintu, seorang gadis remaja, mungkin usianya terpaut beberapa tahun dibawahnya muncul dari ruang tamu dan menatapnya curiga.

Gadis itu cantik. Itu yang pertama kali Kyuhyun pikirkan saat melihatnya. Cantik, dengan mata rubah dan bibir shape M, meskipun hanya berpakaian sederhana, tetap saja tidak bisa menahan keterpesonaan Kyuhyun.

"Nugu?" Tanya gadis itu hati-hati.

Kyuhyun memasang senyumnya yang paling mempesona. Selama ini, banyak perempuan yang mengejarnya. Dia tidak pernah meragukan pesonanya.

"Ah, aku Cho Kyuhyun. Maaf baru bisa kemari. Aku baru pulang dari Singapura setelah menjalani perawatan medis karena luka setelah kecelakaan itu."

Setelah kalimat itu, Kyuhyun bahkan tidak bisa mengingat jelas apa yang terjadi.

Yang bisa diingatnya adalah jeritan histeris penuh kemarahan sang gadis. Tetangga-tetangga yang berdatangan untuk memisahkan mereka karena sang gadis tiba-tiba menyerangnya dengan tamparan bertubi-tubi. Bunga-bunga berserakan dihancurkan. Dan ancaman penuh kebencian keluar dari bibir gadis itu.

"Jangan pernah kau menampakkan wajahmu didepanku! Kau manusia hina yang bersembunyi dibalik kekuasaan Ayahmu! Kau pikir nyawa seseorang bisa diganti dengan mudah? Kami memang miskin, tetapi kami mempunyai harga diri! Jadi, jika kau belum bisa menunjukkan bahwa kau punya harga diri, jangan berani-berani menunjukkan wajahmu didepanku!"

Hari itu, Kyuhyun diberi tahu oleh seorang tetangga. Sang Ibu yang jatuh sakit karena tak kuat menahan kepedihan, meninggal semalam dalam kondisi sakit parah, menyusul Ayahnya.

Hari itu, Kyuhyun menyadari bahwa perbuatannya telah menghancurkan hidup sebuah keluarga.

"Mereka sama sekali tidak mau menerima semua uang tunjangan ini, Kyu. Itulah yang mengganjal hati Eomma." Sang Eomma menatap Kyuhyun sedih.

"Gadis itu membenciku, Eomma. Baru kali ini aku menerima tatapan kebencian seperti itu."

Kyuhyun masih terpekur shock dengan kejadian yang baru dialaminya. Sang Eomma hanya menatapnya sedih.

"Gadis itu kehilangan Ayahnya dengan tragis, dan Ibunya yang bisa dilakukannya selain menumpahkan kemarahannya padamu, penyebab semua ini?"

"Dia sebatang kara, tetapi tidak mau menerima uang tunjangan ini. Aku harus bagaimana, Eomma?"

Eommanya menatap Kyuhyun dengan kebijaksanaan yang diperolehnya dari pengalaman hidupnya bertahun-tahun.

"Mungkin kau harus memulainya dari dirimu sendiri, Kyuhyun."

-oOo-

"Mau sampai kapan kita terus parkir disini? Gadis itu sudah pergi sejak tadi." Suara Victoria memecahkan keheningan. Hampir membuat Kyuhyun berjengat karena kaget.

"Melamun lagi, ya? Akhir-akhir ini kebiasaanmu melamun semakin parah."

Kyuhyun menarik nafas lalu memundurkan mobilnya keluar dari parkiran. "Terimakasih sudah menemaniku menunggunya."

Victoria menatap Oppanya seksama, lalu tatapannya berubah penuh sayang. Kejadian kecalakaan itu sudah lama, tetapi Oppanya menanggung beban rasa berdosa itu dipundaknya tanpa henti. Hingga seolah Kyuhyun benar-benar lupa bagaimana caranya tersenyum.

"Aku sayang padamu, Oppa. Aku tidak tahan jika melihatmu terus-terusan seperti ini."

Kyuhyun terdiam, tak menanggapi.

"Dia sudah lulus kuliah, nilainya bagus, dia pasti diterima di perusahaan yang juga telah susah payah kau persiapkan untuknya." Victoria menatap Kyuhyun penuh arti. Lalu mendesah saat Kyuhyun tak mengatakan apa-apa. "Bukankah ini waktunya kau berhenti, Oppa?"

"Berhenti apa?"

"Berhenti memikul tanggung jawab ini seolah-olah kau tak akan pernah termaafkan."

Cengkraman tangan Kyuhyun di roda kemudi semakin mengerat. "Aku memang tak akan pernah termaafkan."

"Kejadian itu sudah sangat lama berlalu, gadis itu bahkan mungkin sudah melupakan kesedihannya dan hidup bahagia."

Kyuhyun menyerngit menggelengkan kepala. Membantah apapun yang berusaha diucapkan oleh adiknya.

"Tidak. Aku yang merenggut semua kebahagiaannya. Sebelum semuanya bisa aku kembalikan kepadanya dalam kondisi utuh, aku tak akan pernah berhenti."

"Kau itu menyedihkan." Victoria menatap Oppanya dengan pandangan seperti kaset yang rusak karena mengulang kalimatnya terus menerus. "Aku hanya berdoa, semoga gadis itu tahu, siapa yang ada dibalik jalan hidupnya yang berjalan begitu mudah selama ini."

-oOo-

"Surat panggilan untukmu." Ibu asrama menyerahkan surat yang terbungkus rapi dalam amplop berbahan kertas mahal itu.

Sungmin mengkerutkan kening, dibacanya amplop surat itu yang di tulis dengan tinta emas elegan dengan emblem lambang perusahaan yang sangat bonafit. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa kontruksi dan sangat terkenal. Sungmin tahu emblem perusahaan ini, dan dia mengenal perusahaan ini, yang sering disebut-sebut dosennya, dan juga yang sering muncul di media massa terutama yang menyangkut leteratur bisnis dan keuangan.

Perusahaan ini benar-benar didirikan dari bawah, CEOnya yang menurut gosip masih muda, memulai usahanya ini setelah pulang dari sekolahnya di Amerika. Dia menderikan perusahaan dengan sistem yang serupa dengan join ventura dengan penanaman modal dari perusahaan asing yang bergerak di bidang sejenis. Dan kemudian dalam waktu lima tahun sudah merajai jajaran perusahaan kontruksi yang patut diperhitungkan.

Sebuah surat panggilan? Itu benar-benar membuat Sungmin bingung. Dia merasa tidak pernah mengirim surat lamaran ke perusahaan ini. Perusahaan ini terlalu bonafit untuk fresh graduate sepertinya. Tapi bagaimana mungkin ada surat panggilan kalau dia tidak pernah mengajukan surat lamaran?

Ibu asrama tersenyum melihat raut kebingungan Sungmin. "Sudah, buka saja. Mungkin isinya benar-benar panggilan kerja untukmu."

"Tapi Aku tidak pernah merasa mengirim surat lamaran ke perusahaan ini, Eomma." Sungmin terbiasa memanggil Ibu asrama dengan panggilan Eomma.

Ibu asrama ini sudah seperti ibu kedua baginya. Ketika ia sebatang kara dan orang tuanya meninggal, Sungmin memutuskan berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Kebetulan saat itu seorang tetangganya mengenalkannya dengan Leeteuk Ahjumma. Seorang pegawai yang sangat bertanggung jawab terhadap sebuah asrama panti asuhan yang saat itu sedang membutuhkan pembantu dan teman untuk menunggui asrama.

Leeteuk Ahjumma adalah seorang janda tanpa anak yang hidup sendirian. Dan kehadiran Sungmin sangat membantunya. Bahkan kemudian Leeteuk Ahjumma mengusahakan beasiswa untuk Sungmin agar dia bisa melanjutkan sekolahnya. Dan kemudian semua terasa mudah bagi Sungmin, beasiswanya terus berlanjut hingga Sungmin lulus kuliah. Tentu saja sebagian biaya hidupnya harus Sungmin tanggung sendiri. Dia sekolah sekaligus bekerja sebagai pegawai asrama panti asuhan tersebut mengurus administrasinya. Bahkan kadang menjadi pegawai kebersihan kalau sedang tidak ada tenaga kebersihan.

"Mungkin itu rekomendasi dari Universitasmu. Kau, kan, lulusan terbaik." Leeteuk Ahjumma tersenyum. "Ayo, buka."

Dengan enggan dan sedikit takut, Sungmin merobek amplop itu. Sebelumnya ia benar-benar memastikan amplop itu ditujukan untuknya. Setelah yakin, ia mengeluarkan kertas surat yang tak kalah elegan itu dan mulai membacanya.

Dengan hormat,

...Maka kami meemanggil anda untuk menjalani rangkaian interview...

Sungmin mengerutkan keningnya, membacanya berulang kali.

"Bagaimana?" Leeteuk Ahjumma begitu optimis dan penasaran.

Sungmin tersenyum. "Benar. Memang surat panggilan pekerjaan."

"Kau harus datang."

"Tapi, Eomma. Aku masih bingung."

Leeteuk Ahjumma menggelengkan kepalanya, menelan semua bantahan Sungmin. "Tidak semua orang berkesempatan sepertimu, Sungmin. "Kau harus datang dan memenuhi panggilan kerja itu."

Sungmin terdiam, mengerutkan kening, tapi pikirannya melayang, hidupnya terasa begitu mudah. Seolah-olah Tuhan mengulurkan tanganNya langsung dan membantunya. Dia mendapatkan semuanya dengan begitu mudah. Asrama panti asuhan yang menampungnya gratis, beasiswa demi beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya, Leeteuk Ahjumma sebagai pengganti orang tuanya. Pekerjaan yang sangat fleksibel yang memungkinkannya bekerja sambil sekolah, sekaligus menyediakan uang untuk kebutuhan pribadinya. Dan sekarang, begitu lulus pun, tawaran pekerjaan langsung datang padanya. Dan tak tanggung-tanggung, langsung di sebuah perusahaan bonafit berkelas tinggi.

Sungmin tersenyum dan otomatis memandang ke atas, ke titik khayalan yang ada di belakangnya.

"Hai, malaikat pelindungku." Bisiknya pelan kepada langit. "Kau pasti sudah bekerja sangat keras, bernegosiasi dengan Tuhan untuk membuat hidupku begitu mudah. Terimakasih, ya."

-oOo-

Sungmin merapikan rok setelan kerjanya yang sedikit kusut dengan gugup. Bus yang dinaikinya sangat sempit dan sesak sehingga penampilan Sungmin tidak serapi saat pertama berangkat tadi. Dan disinilah ia berdiri, di lobby mewah perusahaan ini dengan keragu-raguan dan kecemasan yang tampak jelas.

Aku telah berbuat kesalahan dengan datang kesini. Ini bukan tempatku.

Sungmin mengusap keringat di dahinya ketika tugas resepsionist yang ramah tersenyum kearahnya, mengundangnya mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu?" Resepsionist itu mungkin kasihan melihat Sungmin yang gugup dan kebingungan seperti salah tempat.

"Eh, ini.." Sungmin mengeluarkan surat panggilan interview yang diterimanya kemarin. Dia mengeluarkan dengan hati-hati seolah itu harta karun berharga dan menunjukkannya kepada sang resepsionist. "Saya menerima panggilan interview disini hari ini."

Resepsionist itu menerima dan mengerutkan kening. Dia adalah pegawai berpengalaman dan tahu, bahwa surat panggilan ini tidak main-main. Dikirimkan langsung oleh sekretaris sang CEO. Bahkan di tanda tangani langsung sang CEO. Ini bukan surat main-main, ini surat penting.

"Sebentar, saya akan menelpon." Sikap sang resepsionist yang ramah dan mengasihani itu langsung berubah dan meninggalkan Sungmin untuk mengangkat telpon.

Jantung Sungmin langsung berdegup kencang. Pikiran-pikiran buruk langsung menerkanya. Apakah dia salah? Apakah surat itu palsu? Atau mungkin sekedar lelucon untuk mengerjai Sungmin? Oh, astaga! Kenapa tak pernah terpikirkan kemungkinan itu didalam benaknya?

Sungmin memandang sekeliling dengan gelisah. Apakah dia akan di usir? Apakah dia akan dipermalukan?

Rasanya lama sekali ketika resepsionist itu kembali dari belakang. Dia sudah berhasil menguasai diri rupanya. Senyum ramahnya sudah kembali.

"Interview akan dilakukan di lantai lima. Saya akan meminta petugas kami untuk menemani Anda."

Seorang petugas yang entah muncul dari mana mengantar Sungmin masuk ke lift menuju lantai lima.

"Mari, Nona. Silahkan duduk disitu, saya akan memberitahu kedatangan anda."

Sungmin duduk di sofa sambil tetap mengerutkan kening. Memberitahu kedatangannya? Kenapa seolah-olah dia adalah tamu yang ditunggu dan bukannya salah satu calon pegawai yang akan menghadapi test interview? Dan dimana yang lainnya? Sungmin memandang ke sekeliling yang sepi. Dia akan menyangka akan di interview bersama calon-calon pegawai lainnya, tetapi ternyata ia hanya sendirian.

"Selamat siang, silahkan duduk." Gumamnya datar mempersilahkan.

Dengan canggung Sungmin duduk dihadapan yeoja itu.

"Saya Victoria, HR Manager disini. Mungkin anda bertanya-tanya mengapa anda bisa mendapat panggilan dari perusahaan ini. Kami memperoleh rekomendasi dari Universitas anda, bahwa anda adalah lulusan terbaik disana."

Rupanya kata-kata Leeteuk Ahjumma ada benarnya. Dia dipanggil karena rekomendasi dari kampusnya.

"Baik. Pekerjaan yang ditawarkan adalah staff inti dari direksi. Maksud saya, anda akan bekerja sebagai bawahan langsung dari CEO kami."

Otak Sungmin serasa dicubit. Staff direksi? Kenapa jabatan sepenting staff direksi, perusahaan ini mengambil seorang lulusan baru seperti dirinya? bukankah untuk jabatan seperti itu biasanya sebuah perusahaan akan mengambil dan mempromosikan pada pegawainya yang sudah lama mengabdi untuk naik jabatan? Tapi pertanyaan-pertanyaan di otak Sungminlangsung terabaikan ketika dia berusaha berkonsentrasi penuh atas wawancara resmi yang mulai dilakukan oleh HR Manager yang cantik itu.

Wawancara itu berlangsung lama, dan begitu resmi, Sungmin menjawab semua pertanyaan sesuai kemampuannya. Dan setelah pertanyaan terakhir terjawab, Victoria terdiam agak lama dan menatap catatan di mejanya.

Perempuan itu lalu menatap Sungmin lama seolah-olah ingin membaca isi hatinya.

"Kalau anda di terima, seberapa cepat anda bisa mulai bekerja di perusahaan kami?"

Sungmin tergagap, tidak menyangka akan ditanya selugas itu. Biasanya mereka akan menyalamimu, kemudian mengatakan akan melakukan evaluasi dan akan menghubungi beberapa waktu nanti, bukan?

"Saya bisa kapan saja." Jawab Sungmin cepat.

Victoria menganggukkan kepalanya.

"Anda diterima. Saya ingin anda siap dan mulai bekerja Senin depan. Cukupkah waktu untuk mempersiapkan semuanya? Dalam tiga hari?"

Sungmin menganggukkan kepalanya meskipun masih merasa ini hanyalah mimpi.

"Baik. Saya akan bersiap."

Victoria berdiri dan mau tak mau Sungmin ikut berdiri juga. Yeoja itu menyalami Sungmin dan tersenyum aneh.

"Semoga sukses di perusahaan ini." Dia lalu melepaskan tangannya dan melangkah keluar. "Sampai bertemu lagi. Anda bisa keluar sendiri, kan?" Dan dengan langkah cepat dan tegas, setegas pembawaannya, yeoja itu meninggalkan Sungmin sendirian.

Meninggalkan Sungmin yang masih terpaku di tengah ruangan itu, menahan keinginan kuat untuk mencubit dirinya sendiri. Secepat inikah prosesnya? Mimpikah ia?

-oOo-

"Sudah beres." Victoria menaruh berkas-berkas itu ke meja Kyuhyun.

"Terimakasih." Kyuhyun tersenyum menatap adiknya. "Bagaimana?"

"Dia kebingungan." Victoria mencibir. "Semua ini terlalu mudah. Kalau aku jadi dia, pasti aku juga kebingungan sama sepertinya. Dan kau sudah membuatku melanggar aturan perusahaan dalam merekrut pegawai."

Kyuhyun tersenyum miris.

"Perusahaan ini milikku. Dan aku juga yang ber hak menentukan penerapan aturan itu."

Victoria mengangkat bahunya.

"Yah, lagipula, siapalah aku. Bisa dibilang kau merintis perusahaan ini demi gadis itu. Sekarang, keinginanmu sudah tercapai, Kyuhyun."

"Panggil aku GuiXian jika berada disini."

Victoria meringis.

"Dia pasti akan tahu suatu saat nanti, Kyuhyun." Dengan keras kepala Victoria tetap memanggil Oppanya dengan sebutan Kyuhyun. "Appa kita bisa dibilang pengusaha dengan nama besar. Suatu saat nanti pasti akan menghubungkan namamu dengan Appa. Dan identitasmu akan terbongkar."

Kyuhyun diam tak membantah yang terasa jelas di ucapan Victoria. Matanya menerawang.

"Dia akan tahu, nanti, setelah aku bereskan semua untuknya."

"Dan kau pikir dia akan berterimakasih padamu?"

Kyuhyun menggeleng dan tersenyum.

"Ini bukan tentang pemberian dan rasa terimakasih. Ini tentang hutang yang dibayar, Vict. Dan tidak pernah ada orang yang wajib berterimakasih atas hutangnya yang dibayarkan. Yang ada, yang berhutanglah yang wajib mengucapkan terimakasih."

Victoria mendesah, menatap Oppanya sedih.

"Aku hanya bisa mendoakanmu. Semoga semua baik-baik saja." Dan menyerahkan semuanya pada Tuhan, sambung Victoria dalam hati. Walaupun dia merasa mulai tidak yakin, sebab kalu seperti kata-kata orang bahwa Tuhan itu pemaaf, lalu mengapa dia membiarkan Oppanya menanggung dosa dan rasa bersalahnya selama bertahun-tahun?

-oOo-

"Ini ruanganmu." Seorang perempuan yang lebih tua darinya menunjukkan sebuah ruangan kecil disudut yang terletak di lantai paling atas gedung megah itu.

"Seluruh staff direksi berjumlah delapan orang, termasuk dirimu. Kami bertugas untuk memfasilitasi kegiatan CEO perusahaan ini, GuiXian sajangnim. Tugasmu adalah membantu Eunhyuk, sekretaris direksi terutama karena dia akan cuti hamil beberapa bulan lagi. Kau harus bisa mem back up semua pekerjaannya selama ia cuti nanti. Jadi, sekarang dia akan menjadi mentormu." Kata perempuan itu, yang ternyata bernama Grace.

Eunhyuk, perempuan muda cantik yang kelihatan montok karena sedang hamil besar itu tersenyum padanya. Dan Sungmin merasa lega karena mentornya itu kelihatan sangat baik.

"Grace memang kelihatan sangat ketus. Tapi dia sangat baik. Dia bisa dibilang wakil direktur utama disini. Dia yang menghandle semuanya kalau GuiXian sajangnim sedang tidak ada di tempat." Eunhyuk menjelaskan dengan tersenyum saat mereka duduk. Dan Eunhyuk menerangkan tugas-tugasnya.

"Pemilik perusahaan ini namanya GuiXian sajangnim?" Sungmin sudah tahu sebenarnya. Karena penasaran, kemarin dia membeli dan membaca berbagai majalah bisnis yang menyangkut perusahaan ini. Dan sesuai dengan keterangan dosennya sewaktu mencontohkan perusahaan ini sebagai materi kuliahnya. Pemilik perusahaan ini masih muda. Muda dan cemerlang karena bisa membangun bisnis sesukses ini dalam waktu yang begitu singkat.

"Ya. Kau akan sering bertemu dengannya nanti. Apalagi saat aku cuti melahirkan, bisa dibilang jadwalmu adalah mengatur seluruh jadwal dan keperluannya." Eunhyuk tersenyum dan matanya menerawang. "Jangan kuatir, GuiXian sajangnim tidak seketus Grace. Dia sangat baik dan tenang, tidak pernah meledak amarahnya. Dan sangat tampan karena Ibunya berdarah China." Eunhyuk mengedip nakal. "Biarpun beliau sedikit murung, seperti ada sesuatu yang tersimpan didalam benaknya, membuatnya susah tersenyum. Walau begitu.." Eunhyuk mengedipkan matanya lagi. "Dia adalah lelaki single yang paling diincar disini. Kesan misteriusnya malah membuatnya semakin memiliki banyak penggemar. Sayang dia begitu penuh rahasia. Tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun."

Sungmin mengernyit. Muda, kaya, sukses, dan cemerlang. Tetapi tidak pernah dekat dengan satu yeoja pun?

Eunhyuk tertawa, bisa membaca apa yang dipikirkan Sungmin.

"Dia bukan Gay." Bisiknya pelan. "Sebenarnya ini rahasia, aku pernah mengatur beberapa pertemuan beliau dengan wanita-wanita cantik dari kalangan atas. Tetapi hubungan mereka hanya begitu-begitu saja. GuiXian sajangnim tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan yeoja satu pun." Eunhyuk menghela nafas dengan dramatis. "Lelaki setampan itu... Kau tidak boleh jatuh cinta kepadanya, Sungmin. Daripada kau nanti patah hati seperti yang dialami beberapa karyawan disini yang berani memendam perasaan kepada GuiXian sajangnim. Mereka semua berujung patah hati, karena GuiXian sajangnim tak sedikitpun melirik mereka."

Aku tidak akan jatuh cinta pada GuiXian sajangnim itu. Sungmin tersenyum. Berpikir dalam hati. Dari ceritanya, lelaki itu terdengar terlalu sempurna. Sempurna dan pemurung. Ralatnya, sama sekali bukan tipe lelaki idaman Sungmin. Karena kekasih yang diimpikannya adalah lelaki biasa, yang ceria dan bisa membuatnya tertawa setiap saat.

Dan lelaki itu bukan GuiXian sajangnim. Aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya. Sungmin merasa sangat yakin.

Meskipun keyakinan manusia kadangkala bisa bertentangan dengan kehendak Tuhan.

-oOo-

Dia ada disini.

Kyuhyun menelan ludahnya, merasa konyol karena kegugupannya. Astaga! Dia yang selama ini menghadapi begitu banyak orang dengan percaya diri kini merasa gugup hanya karena seorang wanita biasa yang bahkan tidak akan mengenalinya.

Kyuhyun berdehem menenangkan diri.

Tapi perempuan ini bukan perempuan biasa. Perempuan inilah yang sadar atau tidak, telah mengubah seluruh kehidupannya, telah mengubah seluruh cara pandangnya terhadap kehidupan. Perempuan inilah yang sekarang telah menjadi tujuan hidup Kyuhyun. Kebahagiaannya adalah tujuan hidup Kyuhyun.

Setelah menarik nafas panjang, Kyuhyun melangkah masuk ke ruangan staff direksi. Grace sedang berdiri di dekat pintu dan langsung membungkukkan badan.

"Selamat pagi, sajangnim."

Kyuhyun mengangguk tak kentara. Matanya berputar ke sekeliling ruangan. Dimana Sungmin? Seharusnya dia mulai bekerja hari ini, kan?

Grace sepertinya menyadari apa yang dicari oleh Kyuhyun. Dia termasuk orang kepercayaan Kyuhyun yang tahu rencana bossnya itu ketika memasukkan Sungmin ke perusahaan ini.

"Dia sedang berada di kamar mandi, sajangnim."

Kyuhyun mengangguk, merasa sedikit malu karena wakil direksinya ini menyadari apa yang dicarinya.

"Suruh dia menghadap ke ruanganku nanti." Gumamnya setelah berdehem dan melangkah masuk ke dalam ruangannya.

Di dalam ruangannya, Kyuhyun merasa begitu susah berkonsentrasi. Berkali-kali dia melemparkan pandangan ke pintu dengan gelisah. Kenapa Sungmin lama sekali?

Kyuhyun merasa bahwa detik pertemuan inilah nanti yang akan menentukan langkah ke depannya. Dia harus memastikan bahwa Sungmin tidak akan mengenalinya. Tentu saja dia tetap harus menghadapi resiko bahwa Sungmin tetap akan mengenalinya. Siapa yang bisa mengukur daya ingat seseorang? Apalagi ingatan tentang kejadian buruk biasanya lebih kuat melekat. Dan jika Sungmin mengenalinya, maka selesailah sudah semuanya.

Semoga Sungmin tidak mengenalinya. Kyuhyun masih merapalkan doa singkat itu berulang-ulang bagai mantra, ketika sebuah ketukan pintu mengalihkan pandangannya.

"Masuk." Gumamnya penuh antisipasi.

...

...

...

TBC

Halooo. Aku tau aku masih ada hutang ff, tp aku pengen publish ff ini. Hehehe.

Adakah yang berminat membaca?

Coba tebak, Sungmin bakal inget gak, ya, sama Kyuhyun? Hahaha.

Gak janji update cepet, ya. Yah u know so many homework laaa orz. Pusinggg.

Panjang, kan? Puas? Penasaran?

Oke, Review!

.

.

.