The Colours of Life

ReyxYingxFang

OOC, AU.


Gadis itu menyeruput teh panasnya dengan hati-hati, sebelah tangannya menggenggam ponsel yang ditempelkannya ke telinga sambil menunggu nada sambung.

Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan menghubungi beberapa saat lagi.

Arghh.. lagi-lagi tidak bisa dihubungi batinnya kesal. Ini sudah kesekian kalinya gadis itu mencoba menghubungi nomer tersebut tetapi suara operator yang selalu menyahutnya.

Dimana sih dia? Kenapa nomer ponsel nya tidak bisa dihubungi. Gadis itu menyandarkan punggungnya ke bangku kafe, dan menghembuskan nafasnya yang berat untuk kesekian kalinya.

Kringgg.. lonceng kafe berbunyi, masuklah seorang cowok berambut acak-acakan dan menghampiri meja kasir.

"Selamat datang, silahkan mas.. mau pesan apa?" tanya pelayan itu dengan ramah

"Green latte nya 2" jawab cowok itu tanpa membuka menu yang disediakan di kasir. Seolah-olah cowok itu sudah berkali-kali ke kafe ini.

"Ya.. baik, ada tambahan lagi?" tanya pelayan dengan senyuman ramah. Cowok itu menggeleng- gelengkan kepalanya. Pelayan kasir tersebut segera mengerti dan mengucapkan,"Baiklah, kalau begitu silahkan ditunggu terlebih dahulu" sambil mempersilahkan cowok itu untuk memilih tempat duduk.

Cowok bertubuh tinggi itu kemudian beranjak dari tempat nya ke sebuah meja di dekat jendela yang tak jauh dari meja kasir. Dengan pelan menarik kursinya, lalu menghempaskan pantatnya begitu saja.

Sudah 15 menit sejak kedatangan cowok itu, dan sejak itu pula dia selalu melihat kearah jam tangannya berkali-kali. Seolah sedang menunggu seseorang menghampirinya. Green latte nya pun sudah disuguhkan dari tadi, namun tak kunjung diminum juga. Ada rasa tidak sabar dalam raut wajahnya.

Tiba-tiba lonceng kafe kembali berbunyi, seorang cowok dengan penampilan rapi, dan rambut diklimis memasuki kafe. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke sisi kiri kafe dengan kening berkerut, mencari –cari seseorang yang ingin ditemuinya. Belum ada 5 detik, cowok itu berhasil menemukan objek yang dicari-carinya, seulas senyum pun terukir di wajahnya. Dengan langkah sigap, ia menghampiri meja tersebut.

"Haloo bro.. sudah nunggu lama?" sapanya riang. Seketika itu juga, orang yang disapa langsung membalikkan badan menatapnya.

"Ehh.. bro, lama sekali datangnya. Kamu nggak lihat badanku hijau semua gara-gara lumutan. Kebiasaan molor dehh.." jawabnya dengan raut muka sebal.

"Biasalah bro.. macet, namanya juga kota" balas nya santai.

"Eh iya.. gimana tuh kabarnya pacar kamu? " Tanya cowok berambut acak-acakan penasaran, mengingat pacar sahabatnya yang tertimpa musibah beberapa minggu yang lalu.

"Hhh..baik-baik aja bro, papanya masih dirawat di rumah sakit." Curhatnya tenang.

"Ohh.. beg-" belum selesai cowok berambut acak-acakan itu menjawab, seorang gadis kira-kira sebayanya, berjalan dengan langkah cepat lalu menghampiri mejanya.

"Rey" panggil gadis itu, membuat kedua pria itu menoleh ke arahnya. Rey yang dipanggil terkejut melihat Ying ada di depannya.

"Jadi kamu di sini. Kamu dari mana saja? Aku telponin hp kamu tapi nggak aktif terus" cecar gadis itu lancar.

Yang ditanya pun masih terkejut dan langsung menarik dengan lembut tangan sang gadis ke luar dari kafe itu. Sesampai diluar, Rey langsung melontarkan pertanyaan.

"Ying, kamu kok bisa ada di sini?" tanya Rey dengan kedua alis terangkat.

"Ya tadi aku mampir ke kafe ini, trus nggak sengaja liat kamu waktu mau balik." Jelas gadis itu pelan, diikuti dengan gumaman paham Rey.

"Oh ya, hp kamu nggak aktif?" lontar Ying seolah baru teringat.

"Iya, udah dari tadi siang lowbatt, kelupaan nge-cas kemarin. Memangnya ada apa kamu telponin aku terus?" balas Rey dengan kening berkerut.

"Tadi aku sempet nonton berita gitu di line, katanya ada kecelakaan deket rumah kamu. Waktu aku liat mobilnya persis sama punya kamu. Tanpa melihat plat nomer, karena aku panik. Makanya aku langsung telponin kamu terus. Eh ternyata, kamu disni" Jelasnya panjang lebar.

Tiba-tiba, pintu kafe terbuka sesosok berambut acak-acakan keluar dengan tergesa-gesa.

"Bro.. aku tinggal ya, di rumah nggak ada siapa-siapa, ibuku mau pergi ada urusan, jadi terpaksa deh aku yang jaga rumah." Ucapnya sambil menepuk bahu Rey. "Ok deh kalau gitu.. hati-hati bro" sahut Rey sambil melambaikan tangan.

"Dia siapa?" celetuk Ying penasaran.

"Ohh.. dia namanya Fang, sahabat aku, dia baru saja pindah dari Jakarta dikarenakan orang tuanya dipindahtugaskan.

"Ohh.. gitu" gumam Ying diikuti anggukan kepalanya. "Yuk, aku antar kamu pulang sebelum larut malam" ajak Rey dengan seulas senyum sambil menggandeng tangan Ying erat.

Bersambung..


Haloo readers.. :)

Ini cerita fanfic pertama aku..

jadi maklumin aja kalau ceritanya gaje, boring, dan banyak typo bertebaran..

hehehe.. ^v^

oh ya, di sini ada tambahan karakter dari aku sendiri (Rey) dan nggak cuman Rey sih.. kenapa aku tambahin?

ya sebenernya nggak papa sih.. nggak tahu tiba-tiba muncul aja ide kayak gitu.

ditunggu part selanjutnya y..

salam.. *author*